Di Jalanan, Anak Punk Mampu Isi Kekosongan Hidup Mereka

Koropak.co.id, 14 February 2020 19:57:18
Penulis : Erni Nur'aeni
Di Jalanan, Anak Punk Mampu Isi Kekosongan Hidup Mereka


Koropak.co.id - Permasalahan anak jalanan berpenampilan punk tidak pernah ada titik solusi. Masyarakat menganggap mereka adalah sekelompok orang yang mengganggu. Bahkan masyarakat risih dengan penampilan mereka yang tampak urakan.

Dijumpai Koropak, Jumat (14/2/2020) Founder and Director Universal Quantum, Nana Supriatna menjelaskan anak punk sejarahnya berasal dari Inggris dengan prinsip Anarchy atau anarkis dan Equality atau kebersamaan yang tidak memandang adanya pimpinan.

"Anak punk sebetulnya orang yang mempunyai satu permasalahan, yaitu tangki cinta mereka yang kosong. Di jalanan lah mereka bisa mengisi kekosongan tersebut dengan berbaur dan menjalani kehidupan sebagai anak punk yang bebas dan tanpa aturan.

Kata Abi, hal yang menyebabkan adanya anak punk, tidak selalu disebabkan oleh faktor ekonomi. Namun kebanyakan komunikasi di antara keluarga yang kurang. Bahkan, tidak sedikit dari mereka adalah korban broken home.

"Adapula anak punk yang terjerumus, terperangkap dalam trend atau budaya yang negatif. Dari kebudayaan atau trend tersebut mereka akan tergila-gila terhadap sesuatu yang menurutnya dapat mengisi kekosongan dalam hidupnya.

 

Anak punk sebetulnya orang yang
mempunyai satu permasalahan,
yaitu tangki cinta mereka yang kosong.
Di jalanan lah mereka bisa mengisi
kekosongan tersebut dengan berbaur
dan menjalani kehidupan sebagai
anak punk yang bebas dan tanpa aturan.

 

 

Koropak.co.id - Di Jalanan, Anak Punk Mampu Isi Kekosongan Hidup Mereka (2)

 


Baca : Mediasi Dengan Keluarga, Tangani Anak Punk Bawah Umur

Dalam menangani anak punk, harus menerapkan metode yang benar dengan tahapan awal masuk ke dunia mereka, pendekatan secara bertahap agar memberikan rasa nyaman, hingga akhirnya mereka akan dapat diajak untuk kembali ke jalan yang benar.

"Mereka diibaratkan sedang berada di persimpangan jalan, mereka bingung harus seperti apa dan harus bagaimana, sehingga kita harus mencari kesamaan karena anak-anak tersebut, misalnya mencari kesamaan tokoh panutan," tuturnya.

Jadi, untuk penanganannya bukanlah dengan cara menggurui, tapi dengan menganggap mereka sebagai temannya, serta mendengarkan keinginan dan keluhan mereka.

"Kita pun tidak boleh mengajak debat, memotong, mengarahkan atau bahkan langsung mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Tapi arahkan secara perlahan dan bertahap," kata psikoterapis yang akrab disapa Abi Nana itu.

 

Jadi, untuk penanganannya
bukanlah dengan cara menggurui,
tapi dengan menganggap mereka
sebagai temannya,
serta mendengarkan keinginan
dan keluhan mereka.

 

Anak punk, ucap Abi, pada dasarnya sangat membutuhkan pertolongan. Oleh sebab itu, diharapkan masyarakat tidak memvonis atau mengkritik anak punk sebagai individu pengganggu, perusak atau lainnya.

"Jika ingin mengajak mereka kembali ke kehidupan yang normal, kita harus menerapkan pola empati, simpati dan masuk ke dunia mereka. Kita harus tahu posisi mereka agar tahu arah dan tujuan mereka," katanya.*

 


Baca pula : Memprihatinkan! Anak Jalanan Didominasi Anak Usia di Bawah Umur