Dedi Mulyadi Hadiri Undangan Persatuan Pedalangan Indonesia
Koropak.co.id – Pada Selasa (20/2/2018) kemarin, Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri undangan dari Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Karawang. Masyarakat Jawa Barat terutama komunitas lingkung seni juga bukan hanya mengenal Dedi Mulyadi sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Barat namun mengenal baik Bupati Purwakarta dua periode tersebut sebagai seorang dalang.
Pertemuan bersama salah satu kader terbaik Nahdlatul Ulama tersebut juga dimanfaatkan oleh para anggota PEPADI untuk mencurahkan gagasan yang mereka miliki. Mereka terlihat antusias karena mengetahui bahwa pasangan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar berpasangan dengan Deddy Mizwar yang merupakan juga seorang penggemar wayang golek sejak kecil.
Ketua Pepadi Kabupaten Karawang, Dasa Wibiksana mengatakan bahwa dia merasa khawatir atas kelangsungan wayang golek di masa depan karena mulai ditinggalkan oleh para generasi muda yang cenderung kini lebih menggunakan permainan modern mulai dari gadget, komputer, dan lainnya.
“Kita tahu kang, wayang golek ini sebagai seni tradisional Sunda dan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Saya tahu bahwa akang juga mempunyai gagasan tentang kelangsungan wayang golek ini untuk ke depannya,” kata Dasa.
Kemudian Dedi pun menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi terkait dengan manajemen pertunjukan wayang golek. Pertama adalah terkait dengan manajemen waktu. Menurutnya, durasi waktu pagelaran wayang golek tersebut terlalu panjang sehingga perlu dipersingkat dengan cara melakukan pemadatan terhadap alur cerita dan kawih Sunda yang biasa dibawakan.
“Biasanya wayang golek mulai Pukul 22.00 WIB dan selesai Pukul 03.00 WIB. Namun sekarang bagaimana kalau ini diubah mulai Pukul 20.00 WIB, maksimal sampai Pukul 23.00 WIB,” kata Dedi.
Menurutnya, gamelan pengiring pertunjukan wayang golek pun membutuhkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan gamelan memainkan peran psikologi yang memberi jiwa terhadap sebuah pertunjukan wayang golek tersebut. Kondisi ini, para nayaga (pemain gamelan) seringkali mengabaikan kebersihan dan tata letak gamelan yang mereka mainkan sendiri.
“Ini mah hanya sekedar otokritik dan masukan, lihat bagaimana gamelan wayang kulit dari Jawa itu diperhatikan betul, bahan pembuatannya, saat membuatnya, sampai kebersihan dan tata letaknya. Saya sering melihat para nayaga gamelan Sunda kurang memperhatikan itu, dengan memperhatikan itu maka jiwa kebudayaan dalam gamelan itu akan tetap hidup” ujarnya.*