Bertemu Cicit Pembuat Perkakas Pertanian
Koropak.co.id – Kaget bukan main, itulah perasaan calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat mengunjungi Desa Kutagandok, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, kamis (22/2/2018). Di Dusun Junti, Dedi bertemu dengan keturunan langsung pembuat perkakas pertanian favoritnya. Perkakas yang terbuat dari besi baja itu biasa dia gunakan untuk mengolah sawah bersama ibunya, Karsiti.
“Dulu kalau saya nyangkul atau ngarit, atau motong batang pohon pasti minta merk perkakasnya Waja Selap. Sekarang saya malah bertemu dengan cicit pembuat perkakas itu,” kata Dedi.
Menurut Dedi, produk Waja Selap memiliki kualitas tinggi berupa ketajaman yang baik dan daya tahan yang kuat. Karena itu, produk tersebut difavoritkan bukan hanya oleh dirinya, melainkan juga para petani di daerah tempat dia tinggal.
“Kemiringan dari ketajaman untuk goloknya punya sudut dibawah 20 derajat. Ini sangat baik. Jadi bisa memotong dengan cepat,” ujarnya.
Waja Selap merupakan produk dalam negeri yang pertama kali diciptakan oleh Bapak Nerman sekitar 70 tahun yang lalu. Ekspansi produk impor pabrikan membuat pangsa pasar Waja Selap terganggu dan kini hanya dipesan oleh kalangan terbatas.
Cicit dari Nerman, Dian Mardiana (45) mengatakan masih mengutamakan kualitas produk yang dia buat. Pengetahuan turun temurun dari datuknya ia jadikan modal utama untuk memelihara kualitas tersebut.
“Kalau sekarang saya hanya membuat berdasarkan pesanan saja. Kalau gak ada yang pesan ya gak buat sama sekali. Soal harga, variatif sih, paling mahal itu cangkul, saya hargai Rp180 ribu tapi kualitasnya biasa,” ucapnya.
Arit dihargai oleh Dian dengan harga yang lebih murah yakni Rp 40 ribu. Sedangkan golok Rp 150 ribu. “Alhamdulillah sih ya, yang mesan tetap saja ada meski tidak banyak,” katanya.
Kegiatan usaha yang dilakoni oleh Dian bukan tanpa kendala. Dia mengaku mengalami kesulitan mencari bahan baku. “Bijih besi dulu mah prima, sekarang sedikit susah cari yang bagus,” tuturnya.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Dedi Mulyadi berkomitmen memasukan berbagai kearifan pembuatan produk kebudayaan ke dalam kurikulum pendidikan. Jika tidak demikian, ia khawatir kebudayaan warisan bangsa ini akan musnah.
“Kalau tidak ada penerus, ini khawatir musnah. Jadi, saya kira penting ini dimasukan ke dalam kurikulum sekolah,” ujarnya.*