Koropak.co.id – Salat Duha menjadi rutinitas bagi banyak kaum muslimin melengkapi ibadah-ibadah sunnah. Bagi yang sudah merutinkan Salat Duha, banyak keutamaan yang dirasakan.
Hukum melaksanakan salat ini adalah sunnah muakkadah. Orang yang sudah terbiasa menjalankannya akan merasakan ketenangan dan keberkahan. Bahkan disebut-sebut, salat ini adalah salah satu pembuka pintu rezeki.
Waktu pelaksanaan Salat Duha adalah ketika matahari sudah setinggi tombak hingga menjelang masuknya waktu salat zuhur. Salat ini dikerjakan minimal dua rakaat dan bisa 4, 6, 8, 10 dan 12 rakaat.
Para ulama menyebutkan bahwa Salat Duha ini mempunyai keutamaan khusus. Di antaranya adalah bentuk sedekah kita pada semua tulang manusia. Sebagaimana sabda Nabi,
“Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupi semuanya itu.” (HR Muslim)
Kedua, menjadi shalat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala. Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’ Rasulullah SAW bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).
Sementara itu, terkait dengan bacaan, tata cara dan doa, Koropak mengutip islam.nu.or.id yang menyebutkan bahwa Salat Dhuha ini dilakukan dengan dua rakaat salam.
Batas minimalnya adalah dua rakaat, sedangkan batas maksimalnya adalah 12 rakaat.
Baca : Halo November, Inilah Doa Terbebas dari Utang
1. Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihrâm. Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat shalat Dhuha berikut:
Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Surat yang sunnah dibaca setelah surat al-Fatihah adalah surat as-Syamsu dan ad-Dhuha, atau surat al-Kafirun dan al-Ikhlas. Atau lebih utama digabung, rakaat pertama membaca as-Syamsu dan al-Kafirun, kemudian rakaat kedua membaca ad-Dhuha dan al-Ikhlas.
Kemudian untuk rakaat-rakaat berikutnya surat al-Kafirun di rakaat pertama dan al-Ikhlas di rakaat kedua. Pendapat bacaan surat ini, dituliskan dalam Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255.
3. Selanjutnya, seperti salat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam. Gerakan dan bacaan salat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.
4. Setelah salam atau selesai seluruh shalat kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:
Doa pertama:
Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.
Baca : Kejarlah Doa Saat Hujan Turun, Ini Doa yang Diajarkan Nabi
Artinya:
“Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”
Doa kedua:
Allâhumma bika ushâwilu, wa bika uhâwilu, wa bika uqâtilu.
Artinya: “Dengan-Mu, aku menerjang. Dengan-Mu, aku berupaya. Dengan-Mu, aku berjuang.”
Doa ketiga:
Dibaca sebanyak 40 atau 100 kali
Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm. Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.” (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255).*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini