Koropak.co.id – Tanaman Camellia ini memang unik. Aromanya yang khas telah mengumpulkan banyak cerita dan peradaban hingga berabad-abad.
Dinasti Han dalam sejarah Tiongkok, memosisikan tradisi minum teh menjadi sesuatu yang sangat sakral. Minum teh menjadi bagian penting bagi inspirasi sang pempimpin menentukan kebijakan.
Di Inggris juga demikian. Tradisi dalam kerajaan Inggris menjadikan minum teh menjadi sesuatu yang penting. Bahkan kabarnya, Ratu Elizabeth II punya 3 jenis teh favorit.
Tradisi minum teh masih lestari di Jepang hingga sekarang. Kendati dikenal sebagai negara maju dan modern, namun tradisi inimasih menjadi bagian penting dari pergaulan masyarakat di negara Matahari Terbit ini.
Upacara minum teh di Jepang ini dinamakan sad? yang berarti jalan teh. Ini menjadi tradisi penting bagi masyarakat Jepang saat menjamu tamu. tak terkecuali tamu-tamu kenegaraan.
Tradisi minum teh di Jepang ini unik. Dihimpun Koropak dari yuktravel.com, disebutkan bahwa minuman teh di Jepang ini mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9 oleh seorang biksu Budha dari Cina.
“Di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan.”
Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh.
Dihimpun dari berbagai sumber, tradisi minum teh di Jepang ini memang tidak sembarangan. Ada etika dan adab yang harus dipatuhi oleh mereka yang akan ngeteh.
Etika ini terkait dengan persiapan Sado, kemudian pelaksanaan Sado dan terakhir setelah Sado dilaksanakan. Semua tahapan ini menjadi bagian penting dalam tradisi minum teh di Jepang.
Misalnya, yang pertama dalam etika persiapan Sado yaitu: melepas semua aksesoris atau pershiasan yang dipakai, membawa sumpit dan kain, memakai pakain yang sopan dan kaos kaki, mencuci tangan dan terakhir masuk ke ruangan khusus minum teh.
Demikian minum teh di Jepang yang serba tertib dan penuh dengan nilai-nilai filosofi. Budaya yang sangat indah di tengah perkembangan zaman dan derasnya pergaulan globalisasi yang tak terbendung.
Selain di Jepang, tradisi ngeteh ini ternyata ada di Indonesia. Dengan beragam budayanya, daerah-daerah Nusantara memiliki keunikan dan kekhasan saat menyajikan teh.
Pertama, adalah Teh Poci di Jawa Tengah. Tradisi minum teh wangi melati di dalam poci dan di tambah dengan gula batu ini menjadi suguhan khusus masyarakat Jawa Tengah, terutama di daerah Cirebon, Indramayu, Slawi, Tegal, Brebes dan Pemalang.
Baca : Tradisi Minum Teh di Surakarta, Dari bangsawan Hingga Rakyat Biasa
Ada yang unik dari tradisi “Teh Poci” ini. Laman bobo.grid.id menulis tentang keunikan ini. “Penikmat teh ini hanya dibolehkan menambahkan gula batu, tetapi tidak boleh mengaduknya.”
“Mengapa? Ternyata hal ini memiliki asal-usulnya tersendiri, yakni hidup ini memang pahit pada awalnya, tapi jika ingin bersabar maka kita akan mendapatkan manisnya.”
Kedua Nyaneut di Sunda. Nyaneut merupakan singkatan dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang berarti air hangat.
Tradisi minum teh ini tak sembarangan. Sebelum meminum teh, para penikmatnya ini harus memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak 2 (dua) kali, lalu kemudian, aroma teh harus dihirup sekira 3 (tiga) kali.
Saat menikmati teh, para penikmatnya telah merasasakan lima pancaindera melalui teh yang tersaji. Sangat filosofis.
Ketiga adalah Nyahi di Betawi. Menurut kisah masyarakat Betawi, kata “Nyahi” berasal dari budaya Arab, dari kata “Syahi” yang artinya teh.
Nyahi dilakukan bersama keluarga, relasi, teman dekat dan sahabat. Biasa dilakukan saat pagi, sore dan malam. Di kala berkumpul menikmati waktu.
Keempat Patehan, Keraton Yogyakarta. Tradisi ini tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, hanya boleh dilakukan oleh lingkungan keraton. Lebih unik dalam tradisi di Yogyakarta ini, karena tradisi ini tidak lakukan semabarangan.
Sebelum melakukan Patehan, akan ada lima pria dan lima perempuan berpakaian adat Jawa. Mereka yang berpakaian khusus khas Keraton Yogyakarta ini meracik teh dengan sedemikian rupa dan kemudian menyajikan untuk raja dan keluarga keraton atau tamu keraton.
Tapi jangan salah, Bangsawan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di masa lalu ternyata pernah memiliki perkebunan teh di Ngampel, Boyolali dan budidaya tanaman teh yang dijajal kaum aristokrat itu diberi nama Madusita. Fakta tersebut terekam dalam Serat Biwadha Nata.
Kelima, tradisi Ngeteh di Surakarta Solo. Keraton Solo memiliki peranan dalam mengembangkan usaha perkebunan teh dan membentuk budaya ngeteh di tanah Jawa.
Sebab, hingga saat ini teh juga berhasil menjadi komoditas yang dijual di berbagai tempat, mulai dari angkringan pinggir jalan hingga restoran mewah kelas satu.
Guna memperkuat kultur ngeteh, pada Oktober 2012 lalu sempat digelar Festival Teh Internasional di Kota Solo. Acara tersebut digelar di sepanjang koridor Ngarsapura yang menghadirkan 1.000-an penjual teh. Kota Solo dipilih sebagai tuan rumah Festival Teh Internasional pertama karena dianggap sebagai etalase teh di Indonesia.
Sampai saat ini, teh berhasil menjadi salah satu ikon kuliner di Kota Solo yang sangat populer. Tiap angkringan di Kota Solo juga memiliki resep dan cara meracik teh yang berbeda-beda. Hingga munculah budaya mencampur atau mengoplos teh yang diklaim hanya ada di Kota Solo.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini