Kawasan Pecinan Didirikan VOC Agar Orang Tionghoa Mudah Diawasi

Koropak.co.id, 29 December 2021 12:44:26
Penulis : Eris Kuswara
Kawasan Pecinan Didirikan VOC Agar Orang Tionghoa Mudah Diawasi

 

Koropak.co.id - Meskipun orang Tionghoa sudah jauh lebih awal berada di kota berjuluk Lumpia ini, namun berdasarkan sejarahnya kawasan pecinan Semarang yang berada di tepi barat Kali Semarang ternyata baru lahir pada tahun 1743.

Diketahui, seiring dengan terjadinya peristiwa pemberontakan Tionghoa yang terjadi di Batavia tahun 1740, di Semarang orang Tionghoa memiliki peranan dalam partisipasinya mengepung kota yang dilakukan oleh Mataram pada tahun 1740-1743.

Olivier Johannes Raap dalam bukunya 'Kota Di Djawa Tempo Doeloe' menuliskan, agar orang Tionghoa tersebut mudah diawasi, VOC memindahkan mereka ke kawasan pecinan. Sementara itu, di tepi Kali Semarang saat itu, berdiri 10 kelenteng yang salah satu kelentengnya bernama Siu Hok Bio yang sudah didirikan sekitar tahun 1753.

"Disana juga terdapat Gang Baru yang merupakan supermarketnya pecinan Semarang. Tercatat sampai dengan saat ini, setiap harinya digelar pasar pagi yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari di pinggiran jalan dan didepan ruko," tulisnya.

Olivier menambahkan bahwa tempat itu juga terkenal sebagai asal 'ibu-ibu gendong' yakni perempuan pribumi dengan keranjang pada punggungnya dan menawarkan jasa membantu dalam membawa barang belanjaan dengan imbalan kecil.

"Sementara itu, sebelum terjadinya revolusi di negeri Tiongkok yang terjadi pada tahun 1911, pria keturunan Tionghoa diketahui seringkali memakai kucir rambut khas Dinasti Qing. Di pecinan Surabaya yang berdiri pada abad ke-17, di tepi timur Kali Mas saat VOC bermukim ditepi barat, dibangun bentengf Belvedere pada tahun 1678," tulisnya.

Olivier menambahkan bahwa disana terdapat jalan yang merupakan bagian pecinan tertua dan Belanda saat itu menyebutnya dengan nama Chineesche Voorstraat atau Jalan Hadapan Cina dikarenakan berhadapan dengan pemukiman Belanda di seberang sungai.

"Seiring berjalannya waktu atau tepatnya pada abad ke-18, pecinan tersebut diperluas ke arah timur yang kemudian orang Jawa menjulukinya dengan Pecinan Kulon karena merupakan bagian barat dari Pecinan Surabaya," tambahnya.

 

 


Baca : Mengintip Kawasan Pecinan di Nusantara Pada Awal Abad 20

Selain itu, dikarenakan nama-nama lama disana tidak menunjukan ke-Indonesia-annya, maka sekitar tahun 1950-an ruas jalan itu berganti nama menjadi Jalan Karet yang sesuai dengan nama jalan disekitarnya yang bertemakan hasil perkebunan. Kebetulan juga di sepanjang jalan itu, banyak warga yang bekerja sebagai pengrajin karet.

Di pusat pecinan Surabaya juga ada perempatan yang menautkan antara Jalan Kembang Jepun dengan Jalan Slompretan. Di jalan itu juga sangat ramai dengan banyaknya pedagang barang keliling hingga kendaraan yang lalu lalang seperti sado dan gerobak dorong.

Diketahui bahwa nama Slompretan sendiri berasal dari kata Jawa Slompret yang berarti terompet atau pemain terompet. Pada zaman VOC tepatnya abad ke-18, di kawasan itu menjadi pemukiman militer dengan perumahan pemain terompet yang dimana ditiup saat mengadakan apel.

Meskipun pada abad ke-19 suasan militer hilang dan kawasannya sudah menjadi perluasan pecinan, namun orang pribumi tetap menyebutnya dengan Slompretan. Di sekitarnya juga terdapat beberapa nama jalan di peta lama yang akan mengingatkan kita pada hidangan Tionghoa.

Seperti, Bamistraat (Jalan Bakmi yang kini menjadi Jalan Samudera), Kimlostraat (Jalan Kimlo, kini jadi Jalan Bongkaran) yang pernah disebut juga dengan Tjaipostraat (Jalan Caipo) dan Blinde Varkenstraat (Jalan Babi Buntu, kini Songoyudan Gang 1).

Bukan tanpa alasan juga apabila Batavia dahulu disebut juga dengan 'Venesianya Jawa', khususnya di Kawasan Pecinan sebelah kota lama yang banyak dipotong kanal sebagai bagian penting dari infrastruktur dan ramai dilintasi perahu.

Disana juga terdapat sebuah bangunan gapura kelenteng beratap khas Tionghoa di tepi kali. Dalam komunitas Tionghoa, bagi mereka yang berhasil, wajib memberikan kontribusi pada komunitasnya seperti berupa sumbangan yang digunakan untuk membiayai kelenteng di kampungnya.

Bagi mereka juga, mendirikan kelenteng itu berarti membangun usaha yang dapat menguntungkan dari tip pengunjung.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

Komentar

Ada Sejarah Menarik Di Balik Penamaan Sayur Lodeh

Koropak.co.id, 31 May 2023 15:14:56

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jawa Tengah - Sayur lodeh menjadi salah satu makanan khas Indonesia terutama dari daerah Jawa yang biasanya selalu ada di meja makan. Diketahui, santan menjadi bahan utama dalam pembuatan sayur lodeh.

Tak hanya berwarna putih, ada juga sayur lodeh yang berwarna kuning hingga kuning kemerahan. Hal itu disebabkan oleh keanekaragaman variasi bumbu yang ditambahkan pada sayur lodeh hingga membuat santan yang awalnya berwarna putih menjadi berubah warna. 

Adapun untuk isian sayur lodeh yang pada umumnya saat ini sering ditambahkan, mulai dari nangka muda, labu siam, terong, kacang panjang, hingga sayuran.

Berbicara mengenai asal usulnya, ada beberapa versi sejarah yang menjelaskan tentang keberadaan sayur lodeh. Ada versi yang menyebutkan bahwa sayur lodeh sudah ada sejak masa peradaban Jawa Tengah atau tepatnya sejak abad ke-10. Pada masa itu, sayur lodeh dibuat untuk melewati masa selama letusan Gunung Merapi yang terjadi pada 1006.

Sementara itu, Sejarawan kuliner, Fadly Rahman sendiri memperkirakan bahwa kemunculan sayur lodeh terjadi pada abad ke-16 s.d ke-17, atau tepatnya setelah bangsa Spanyol dan Portugis membudidayakan jagung dan kacang panjang di Indonesia.

Lambat laun, masyarakat Nusantara khususnya Jawa, mengkombinasikan hasil pangan khas Indonesia hingga pada akhirnya terciptalah sayur lodeh yang merupakan kombinasi dari santan dan berbagai sayuran.

Tahukah kamu? Ternyata ada sejarah menarik dibalik penamaan sayur lodeh. Ya, ada pendapat yang mengatakan bahwa asal usul nama dari sayur lodeh sendiri diambil dari kata "terserah lo deh". Penamaan itu diketahui berawal dari masa peperangan antara Kerajaan Mataram Sultan Agung melawan VOC. 

Diceritakan saat itu, salah satu prajurit Sultan Agung yang berasal dari Betawi, ditanya mengenai sayur yang dikonsumsi di medan peperangan. Lantas, sang prajurit Betawi itu pun menjawab "terserah lo deh". Ketidaksengajaan itulah yang pada akhirnya membuat prajurit lain menganggap makanan tersebut bernama "sayur lodeh".



Baca: Keanekaragaman Suku Indonesia dalam Semangkuk Sayur Asem


Sejatinya, sayur lodeh ini memiliki 7 bahan utama dengan 7 warna yang berbeda dan wajib selalu ada. Tercatat bahan-bahan yang digunakan pada sayur lodeh itu diantaranya, kluwih atau sejenis nangka muda, cang gleyor atau kacang panjang, terong, waluh atau labu, godong so atau daun melinjo, buah melinjo, dan tempe.

Selain memiliki nilai sejarah, sayur lodeh juga ternyata kental dengan mitos di dalamnya. Pasalnya, banyak beredar mitos yang mengaitkan sayur lodeh ini sebagai pengusir pageblug atau wabah. Legenda sayur lodeh yang bisa menjadi pengusir pageblug yang paling kuat terjadi pada abad ke-20, dan yang paling terkenal pada 1931 tepatnya di masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII.

Disebutkan pada masa itu selama lebih dari dua dekade di Jawa terjadi wabah pes. Sultan pun memerintahkan kepada warganya untuk memasak sayur lodeh dan berdiam diri di rumah selama 49 hari. Setelah itu wabah pun berakhir. 

Selain itu juga, ada catatan sejarah yang menunjukkan bahwa sayur lodeh telah dimasak untuk menanggapi krisis pada 1876, 1892, 1946, 1948, dan 1951. Namun, Sejarawan Jawa, Kelik dan Fadly Rahman menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada relevansinya antara sayur lodeh yang dianggap memiliki khasiat untuk mengusir wabah.

Tak hanya mengandung mitos dan nilai sejarah, sayur lodeh juga memiliki nilai filosofi yang terkandung pada 7 bahan utamanya. Mulai dari Kluwih yang mengandung filosofi Kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne atau Keluarga harus lebih diurusi dan diperhatikan.

Kedua, Cang Gleyor atau Kacang Panjang mengandung filosofi Cancangen awakmu ojo lungo-lungo atau Ikatlah dirimu jangan pergi-pergi. Lalu, Terong yang mengandung filosofi Terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng atau Lanjutkan beribadah kepada yang maha kuasa, jangan kalau butuh saja.

Keempat, Kulit Melinjo mengandung filosofi Ojo mung ngerti njobone, ning kudu ngerti njerone babakan pagebluk atau Jangan hanya lihat dari luar, tetapi harus mengetahui yang ada di dalam bencana. Kemudian yang kelima, Waluh atau labu mengandung filosofi Uwalono ilangono ngeluh gersulo atau hilangkan sifat mengeluh.

Selanjutny ada Godong so atau daun melinjo yang mengandung filosofi golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh Babakan agomo lan pagebluk, atau bersatu padu berdoa bersama orang yang salih, pandai soal agama, juga wabah penyakit. Terakhir, ada Tempe yang mengandung filosofi Temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah atau Yakinlah dalam memohon pertolongan sang pencipta.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023: We Need Food Not Tobacco

Koropak.co.id, 31 May 2023 07:17:24

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Hari ini, 36 tahun lalu masyarakat seluruh dunia memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini, diharapkan secara serentak para perokok di seluruh dunia tidak menghisap rokoknya selama 24 jam.

Diketahui, peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini dideklarasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyusul banyaknya jumlah kasus kematian yang diakibatkan oleh rokok.

Lantas, bagaimana sejarah atau asal usul dari Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini?

Sejarah Hari Tanpa Tembakau Sedunia berawal dari kasus kematian 6 juta orang akibat rokok yang dihasilkan dari tembakau setiap tahunnya. Atas dasar itulah, pada 1987, WHO mendeklarasikan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

Di sisi lain, rokok juga memiliki kandungan bahan kimia yang bersifat adiktif dan karsinogenik. Selain itu, rokok pun bisa menjadi sumber berbagai penyakit, salah satunya kanker. Pasalnya, tembakau itu tidak hanya mengakibatkan kematian pada perokok aktif, akan tetapi juga pada perokok pasif.



Baca: Sejarah Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia


Selanjutnya, WHO mendeklarasikan 7 April 1988 sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan harapan masyarakat di seluruh dunia tidak merokok pada hari itu. Namun dikarenakan adanya beberapa pertimbangan, Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang awalnya dideklarasikan pada 7 April 1988 digeser menjadi tanggal 31 Mei.

Adapun tujuan dari diperingatinya Hari Tanpa Tembakau Sedunia adalah untuk menekan jumlah perokok aktif yang kian hari semakin banyak di dunia. Dengan diperingatinya Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini, diharapkan masyarakat juga dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Sementara itu, untuk peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023 yang jatuh hari ini, Rabu 31 Mei 2023 mengusung tema kampanye "We Need Food, Not Tobacco" atau "Kita Butuh Makanan, Bukan Tembakau".

Dengan adanya kampanye "We Need Food, Not Tobacco" ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mengenai produksi tanaman alternatif dan juga peluang pemasaran bagi para petani tembakau. Selain itu juga, tema yang kali ini diusung dapat mendorong para petani tembakau untuk menanam tanaman yang berkelanjutan dan bergizi.

Selanjutnya, tujuan lainnya dari Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2023 ini adalah untuk mengekspos upaya industri tembakau dalam mengganggu upaya mengganti penanaman tembakau, dengan tanaman yang berkelanjutan dan bergizi. Upaya industri tembakau ini tentunya menjadi salah satu dari penyebab krisis pangan global.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Berawal dari Ketidaksengajaan, Nanas Madu Jadi Ikon Kabupaten Pemalang

Koropak.co.id, 30 May 2023 12:09:36

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jawa Tengah - Nanas dan Kabupaten Pemalang, menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan. Bahkan saking erat hubungannya, hasil bumi yang satu ini sudah menjadi sebuah ikon yang merepresentasikan Kabupaten Pemalang. 

Seiring dengan pemasarannya yang semakin luas, nanas khas Pemalang yang kemudian disebut dengan nanas madu Pemalang ini semakin populer. Di sisi lain, kenikmatan dari nanas madu Pemalang ini juga tidak bisa diragukan. 

Faktor ini jugalah yang membuat nanas madu khas Pemalang ini semakin terkenal, khususnya bagi para pencinta buah kuning berduri ini. Rasanya yang manis berpadu dengan rasa asam yang menyegarkan, membuat buah yang satu ini cocok di lidah banyak orang.

Terlepas dari kepopulerannya, lantas bagaimana awal mula budidaya nanas ini di daerah Pemalang hingga membuatnya menjadi buah khas daerah tersebut?

Berbicara mengenai sejarah nanas madu di Pemalang, dalam Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Nanas Madu Pemalang yang disusun Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Pemalang Tahun 2022, awal mulanya nanas madu Pemalang yang tergolong sebagai jenis nanas Queen ini sebenarnya berasal dari Bogor, Jawa Barat.

Diceritakan pada saat itu, ada tokoh agama terkenal di masyarakat Desa Beluk, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Mereka adalah Karya Sumar dan Surjayus. Keduanya datang ke Pemalang dengan membawa oleh-oleh nanas madu setelah melakukan wisata religi.



Baca: Keanekaragaman Suku Indonesia dalam Semangkuk Sayur Asem


Setelah nanas tersebut dikonsumsi, mahkota dari nanas itu pun dibuang di halaman rumah yang berada di Desa Beluk. Tak disangka, pohon nanas pun berhasil tumbuh dengan baik dari mahkota tersebut. Melihat hal itu, tanaman nanas pun selanjutnya dicoba untuk ditanam kembali.

Kali ini nanas itu dicoba ditanam di daerah perbukitan untuk dibudidayakan, sekaligus juga sebagai lahan konservasi di daerah yang rawan longsor. Dari percobaan untuk budidaya itu, ternyata hasil yang didapatkan sangat memuaskan. Buah yang sudah dipanen memiliki rasa yang manis meski dengan ukuran yang tergolong lebih kecil dikarenakan perbedaan lokasi penanamannya yang berada di bebatuan.

Diketahui, nanas madu Pemalang ini hanya berukuran 0,4 kilogram sampai dengan 0,7 kilogram. Meskipun begitu, nanas madu Pemalangnya memiliki rasa yang lebih manis, cukup kandungan airnya, serta bagian tengah buahnya tidak tebal dibandingkan dengan jenis yang lainnya.

Secara perlahan, budidaya nanas madu di Pemalang pun menjadi semakin meluas. Nanas yang sebelumnya disebut sebagai nanas batu tersebut pun akhirnya berubah penyebutannya menjadi nanas madu. Hal itu dikarenakan rasa manisnya yang otentik, hingga membuatnya dikenal banyak orang.

Seiring berjalannya waktu, saat ini nanas madu Pemalang pun sedang diupayakan untuk Indikasi Geografis (IG) sebagai komoditas khas. Selain itu, nanas pun telah melekat sebagai tanaman khas. Bahkan saat ini juga di alun-alun terdapat Monumen.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Hari Lanjut Usia Nasional; Bentuk Kepedulian Terhadap Kesejahteraan Lansia

Koropak.co.id, 29 May 2023 12:09:27

Eris Kuswara

 

Koropak.co.id, Jakarta - Tanggal 29 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ini digelar sebagai upaya penghargaan dan kepedulian terhadap orang lanjut usia (lansia) yang tinggal di Indonesia.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia sendiri merupakan kategori orang yang telah berusia di atas 60 tahun. 

Di sisi lain juga lansia memiliki peranan penting dan strategis dalam mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan dan memajukan bangsa. Saat ini, kebanyakan lansia diisi oleh veteran kemerdekaan Indonesia.

Lantas, bagaimana sejarah atau asal usul diperingatinya Hari Lanjut Usia Nasional?

Dilansir dari laman Kementerian Sosial (Kemensos), sejarah Hari Lanjut Usia Nasional atau HLUN ini pertama kalinya dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang pada 29 Mei 1996-an. 

Tanggal tersebut pun dipilih sebagai peringatan HLUN, untuk menghormati jasa Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat yang memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei 1945. 

Diceritakan saat itu, Dr. Radjiman sendiri merupakan anggota paling sepuh atau tertua di BPUPKI. Ia pun mencetuskan gagasan perlunya dasar filosofis negara Indonesia.

Di sisi lain, Hari Lanjut Usia Nasional juga ternyata sejalan dengan Hari Lanjut Usia Internasional atau International Day of Older Persons yang ditetapkan dalam Sidang Umum PBB setiap 1 Oktober berdasarkan resolusi No. 45/106 tanggal 14 Desember 1990.



Baca: Hari Keanekaragaman Hayati Internasional; Build Back Biodiversity


Penetapan hari lansia internasional itu juga merupakan kelanjutan dari Vienna International Plan of Action on Aging atau "Vienna Plan" yang diputuskan di Wina pada 1982-an dengan resolusi No. 37/1982.

Resolusi itu pun akhirnya dapat melahirkan kesepakatan untuk mengundang bangsa-bangsa yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia.

Sementara itu, menurut Kemensos, lansia dapat dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan pada kondisi fisik, mental dan sosial lansia, serta tingkat kemandirian dan ketergantungan mereka terhadap lingkungan. 

Adapun tiga kategori lansia itu diantaranya, Lansia Pra-Lanjut Usia (Pra-LU) atau lansia yang berusia antara 60 s.d 69 tahun, Lansia Lanjut Usia (LU) atau lansia yang berusia antara 70 s.d 79 tahun serta, Lansia Lanjut Usia Akhir (LUA), atau lansia yang berusia 80 tahun ke atas.

Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional pada 29 Mei ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tentang hak-hak dan kesejahteraan lansia, dan mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam perlindungan dan pemberdayaan lansia agar dapat selalu dipedulikan oleh sesama.

Dengan memperingati Hari Lanjut Usia Nasional, maka diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai dan menghormati lansia sebagai bagian dari keluarga, masyarakat dan bangsa. 

Tanpa disadari juga bahwa nanti kita akan menjadi lansia suatu saat nanti, Tak berhenti sampai disana saja, Lansia juga diharapkan bisa tetap aktif, produktif dan bermartabat dalam menjalani hidupnya.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Bir Jawa, Minuman Tradisional Khas Jogja yang Tidak Memabukkan

Koropak.co.id, 28 May 2023 07:08:18

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Yogyakarta - Tahukah kamu? Yogyakarta memiliki minuman tradisional yang terbuat dari aneka rempah pilihan. Minuman menyehatkan khas Yogyakarta itu pun diberi julukan bir Jawa.

Berbicara mengenai sejarahnya, bir Jawa khas Yogyakarta ini diperkirakan sudah muncul pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII. Usut punya usut ternyata kehadiran minuman tradisional khas Yogyakarta ini terinspirasi dari kebiasaan pasukan Belanda yang suka mengonsumsi bir.

Meskipun minuman tradisional itu disebut "Bir", namun faktanya bir Jawa ini sama sekali tidak mengandung alkohol. Oleh karena itulah minuman yang satu ini tidak memabukkan, justru sebaliknya dapat memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh.

Pada masa itu, biasanya bir Jawa ini dikonsumsi oleh para kaum priyayi Keraton Yogyakarta untuk menghangatkan badan. Sementara itu, kemunculan bir Jawa pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII ini terjadi ketika Sri Sultan sering melihat pasukan Belanda minum bir hingga mabuk.

Sri Sultan pun kemudian berniat untuk meracik bir sendiri tanpa menggunakan alkohol. Hingga pada akhirnya terciptalah bir Jawa yang dibuat dari berbagai rempah-rempah pilihan. Setelah itu, minuman tersebut kemudian menjadi minuman khas bagi para raja di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.



Baca: Tentang Bir Pletok, Ada Sejak Zaman Belanda


Adapun rempah-rempah yang digunakan dalam pembuatan bir Jawa, berupa bunga cengkih, kayu manis, serutan kayu secang, jahe, kapulaga, daun serai, daun pandan, jeruk nipis, dan gula pasir atau gula batu. 

Semua bahan tersebut selanjutnya dicampurkan ke dalam air dan direbus hingga berwarna kemerahan. Setelah itu, dibubuhi dengan air perasan jeruk, es batu, lalu dikocok hingga berbuih layaknya seperti bir.

Bisa dikatakan bahwa rasa bir Jawa ini sebenarnya mirip dengan wedang uwuh atau wedang jahe. Untuk perbedaannya yakni terletak pada penambahan es batu dan adanya buih-buih yang membuat bir Jawa sangat mirip dengan bir pada umumnya.

Awalnya bir Jawa itu berwarna merah dan agar warnanya lebih mirip dengan bir biasa, maka diberikanlah tambahan jeruk nipis. Seiring berjalannya waktu, kini, bir Jawa pun semakin populer dan dikenal hingga ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Tak hanya itu saja, bahkan minuman tradisional khas Yogyakarta ini juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) sejak 2022 lalu.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Keanekaragaman Suku Indonesia dalam Semangkuk Sayur Asem

Koropak.co.id, 27 May 2023 12:15:46

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Indonesia terkenal sebagai negara dengan keanekaragaman sukunya. Bahkan setiap suku di Indonesia juga memiliki beraneka ragam budaya. Menariknya lagi, keanekaragaman suku di Indonesia itu bisa dirasakan dengan menyantap sayur asem.

Diketahui, sayur asem sendiri merupakan hidangan yang sering hadir dalam masakan rumahan. Alasan mengapa keanekaragaman suku di Indonesia bisa dirasakan dengan menyantap sayur asem, dikarenakan setiap daerah di Indonesia itu memiliki kreasi sayur asem yang berbeda-beda. 

Seperti di Sumatra Utara yang memiliki sayur asam dengan kuah yang lebih keruh, merah, dan berminyak. Berbeda halnya dengan sayur asam Betawi yang berkuah bening. Sedangkan di Aceh, sayur asem dikenal dengan nama sayur asam sunti. 

Adapun bahan baku untuk membuat sayur sunti itu juga ternyata cukup berbeda dengan sayur asam yang ada di daerah Pulau Jawa, karena dalam proses pembuatannya memakai belimbing wuluh dan daun ubi jalar. 

Lalu ada juga sayur asam yang dimasak oleh masyarakat Kalimantan Selatan dengan memakai terung asam atau asam rimbang, kunyit, dan kepala ikan patin. Sementara itu di Pulau Jawa, sayur asam ini juga memiliki beraneka ragam jenis. 

Salah satunya sayur asam di daerah Jawa Timur yang cenderung memiliki cita rasa yang pedas. Masyarakat Jawa Timur juga menambahkan kangkung dan timun pada sayur asam buatannya. Di Semarang, citarasa sayur asem cenderung pedas dan asam. Namun di Solo, sayur asam tidak memiliki bumbu yang tajam.

Selain bumbu dan cita rasanya yang berbeda, cara menyantap sayur asam di setiap daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Masyarakat Jawa Barat dan Betawi, biasanya menikmati sayur asam di mangkuk dan terpisah dengan nasi.



Baca: Gohu Ikan, Sashimi Ala Ternate


Sedangkan di Jawa Timur, masyarakat lebih suka mencampurkan sayur asam, nasi dan lauk-pauk dalam satu wadah. Meskipun di beberapa daerah di Indonesia memiliki beraneka ragam kreasi sayur asem, akan tetapi berdasarkan sejarahnya sayur asem ini pertama kalinya muncul di daerah Sunda atau Jawa Barat. 

Disebutkan bahwa sayur asem sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Pada masa itu, sayur asem merupakan masakan kelas bawah dikarenakan kalangan yang menikmati hanyalah masyarakat Indonesia yang sedang kesusahan.

Diceritakan pada saat Kolonial Belanda menguras habis berbagai kekayaan Indonesia, pohon asem tubuh subur di tanah Betawi. Di tengah kondisi sulit itulah, sayur asem pun muncul. Kala itu, untuk bumbu yang digunakan juga hanya cabai dan buah asem. 

Kemudian untuk isian dari sayur asem pun terdiri dari sayuran yang beraneka ragam dan tidak teratur. Selain bersejarah, sayur asem juga ternyata memiliki peranan yang penting dalam dunia kuliner di Indonesia. 

Pasalnya, sayur asem ini jugalah yang menjadi cikal bakal terciptanya sayur lodeh. Di sisi lain, sayur asem juga memiliki filosofi bagi kehidupan. Sayur asem menggambarkan keanekaragaman dan hal tersebut dapat dilihat dari isi sayur asem yang beraneka ragam.

Sayur asem berisi aneka biji-bijian sampai dengan sayuran mulai dari, kacang panjang, jagung manis, labu, kacang tanah, daun melinjo, terung, dan nangka. Meskipun memiliki beraneka ragam isi, namun rasa sayur asem tetap menyatu sehingga nikmat untuk dimakan.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Jejak Perjalanan Toko Buku Gunung Agung, Menenami Sejak Zaman Kemerdekaan

Koropak.co.id, 26 May 2023 07:09:04

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Tahun ini menjadi tahun terakhir bagi Toko Buku Gunung Agung. Setelah 70 tahun eksis di tanah air, toko buku legendaris yang berdiri sejak 1953-an itu memutuskan untuk menutup seluruh gerainya di Indonesia pada akhir tahun 2023. 

Tercatat, sejumlah outlet yang nantinya akan ditutup diantaranya di Jakarta, Bandung, Semarang, Gresik, Magelang, Bekasi dan Surabaya. Adapun alasan penutupan toko buku tersebut dikarenakan faktor penjualan yang dinilai tidak mampu menutupi beban operasional yang besar setiap tahunnya.

"Penutupan toko atau outlet ini tidak hanya kami lakukan akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi pada 2020 saja, akan tetapi dikarenakan kami juga telah melakukan efisiensi dan efektivitas usaha sejak 2013," tulis Direksi PT GA Tiga Belas.

Dalam perjalannya, bisa dikatakan bahwa toko buku ini sudah puluhan tahun berdiri. Kemudian selama itu jugalah, toko buku yang biasanya ada di dalam mal tersebut sudah melekat di hati konsumennya. Pasalnya, toko buku ini hadir ketika permintaan buku-buku sangat tinggi setelah kemerdekaan Indonesia.

Melihat kesempatan yang terbuka lebar itu, Tjio Wie Tay mencoba untuk melebarkan bisnisnya dengan membangun sebuah kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, hingga majalah di pusat Jakarta.

Bak gayung bersambut, masyarakat yang antusias pun mampu memberikan keuntungan yang besar dibandingkan usaha penjualan rokoknya. Tjio Wie Tay pun kemudian membeli sebuah rumah, tepatnya di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat. Tak hanya itu saja, ia juga bahkan membeli percetakan kecil di belakang rumahnya.

Dikarenakan besarnya keuntungan yang didapatkan, Tjio Wie Tay memutuskan untuk menutup bisnis rokok dan bir-nya. Kemudian setelah itu ia mendirikan sebuah perusahaan baru yang menerbitkan dan mengimpor buku bernama firma Gunung Agung.



Baca: Menguak Sejarah Hari Buku Nasional dan Abdul Malik Sebagai Pencetusnya


Dengan modal Rp500.000, Gunung Agung berhasil memamerkan 10.000 buku yang tentunya jumlah tersebut sangat fantastis pada masa itu. Pameran yang dilakukan pada 1953-an, menjadi momentum awal dari bisnis Toko Buku Gunung Agung.

Setahun berikutnya, melalui Pekan Buku Indonesia pada 1954, Tjoe Wie Tay berkenalan dengan pemimpin Indonesia saat itu yakni Presiden Ir Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Dari perkenalan inilah, Gunung Agung mendapat kepercayaan untuk menggelar pameran buku di Medan.

Setelah itu, bisnis Gunung Agung kemudian semakin membesar seiring dengan ditandainya pendirian gedung berlantai tiga yang ada di Jalan Kwitang Nomor 6 dan diresmikan secara langsung oleh Bung Karno pada 1963.

Selanjutnya, di tahun yang sama, Tjoe Wie Tay memutuskan untuk mengubah namanya menjadi Masagung. Diketahui, salah satu penerbitan bersejarah yang dilakukan kala itu adalah buku autobiografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams berjudul "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat".

Selama 70 tahun berdiri, membuat Toko Buku Gunung Agung telah merasakan manis pahitnya dunia bisnis. Selain itu, ada sebanyak 14 toko dibuka di 10 kota besar di Pulau Jawa serta 20 Toko Buku Gunung Agung di Jabodetabek.

Namun setelah masa kejayaannya, Toko Buku Gunung Agung harus mengalami masa pahit terutama ketika badai pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020 lalu. Akibatnya, saat itu ada beberapa toko yang perlu ditutup.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Mengenang Sultan Baabullah, Sang Penguasa 72 Pulau Pengusir Penjajah Portugis

Koropak.co.id, 25 May 2023 15:01:10

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Maluku Utara - Sultan Baabullah merupakan anak tertua dari Sultan Khairun Jamil yang memerintah pada 1535-1570-an. Dalam sejarah Ternate dan Maluku, Sultan Baabullah dianggap sebagai Sultan teragung dalam dikarenakan keberhasilannya dalam mengusir penjajah Portugis dari Tanah Ternate.

Yusuf Hasani dalam buku "Sistem Pemilihan Sultan Kesultanan Ternate" menyebutkan, masa pemerintahan Sultan Baabullah berlangsung pada 1570-1583. Masa itu juga disebutkan sebagai massa paling spektakuler dalam sejarah Kesultanan Ternate.

Bukan tanpa alasan, karena Sultan Baabullah sendiri pada masa itu menjadi pemimpin yang berhasil menaklukkan bangsa asing yakni bangsa Portugis. Disebutkan bahwa kekejaman yang dilakukan bangsa Portugis begitu melukai hati Baabullah dan rakyat Ternate.

Oleh karena itulah, hanya dalam kurun waktu lima tahun, mereka pun berhasil mengepung benteng Portugis di Ternate hingga membuat pasukan Portugis semakin lemah. Akibat pengepungan yang dilakukan itu, pasukan Portugis pun kekurangan obat dan makanan hingga membuat mereka terpaksa menyerah.

Sehingga, tepat pada 28 Desember 1575, Portugis menyerah tanpa syarat. Bahkan tiga hari kemudian atau tepatnya pada 31 Desember 1575, Sultan Baabullah mengizinkan Portugis untuk angkat kaki dan meninggalkan Ternate dengan syarat alat perang atau senjata mereka harus ditinggalkan.

Setelah kemenangannya dalam menaklukkan bangsa Portugis, Sultan Baabullah langsung memperluas wilayah kekuasaannya yang meliputi wilayah Mindanao, Bima-Koreh, dan Nove Guinea. Tak hanya itu saja, ia juga memiliki prajurit yang terdiri dari 30.000 orang.

Akibat kehebatan yang ditunjukannya itulah, Francois Valentyn menyebutnya sebagai "Baabullah si penguasa 72 pulau". Di era itu juga Ternate telah berhasil mencapai puncak kejayaannya dan menjadi kerajaan yang besar.



Baca: Museum Sejarah dan Budaya Kesultanan Ternate Segera Diresmikan


Di sisi lain, Sultan Baabullah juga telah berhasil menanamkan rasa percaya diri rakyatnya, agar dapat bangkit melawan kekuasaan asing yang ingin menguasai hidup mereka. Seiring berjalannya waktu, kini namanya pun abadi di Bandara Ternate.

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi mengabadikan namanya pada bandara yang dikenal dengan nama Bandara Sultan Baabullah Ternate. 

Sementara itu, dilansir dari laman Kementerian Sosial, Sultan Baabullah diketahui merupakan sultan ketujuh sekaligus penguasa ke-24 dari Kesultanan Ternate di Kepulauan Maluku. Sultan Baabullah memerintah Kesultanan Ternate antara 1570 s.d 1583.

Baabullah lahir di Ternate 10 Februari 1528 dan meninggal dunia di usia ke-55 tahun pada 25 Mei 1583. Ia berkuasa menggantikan sang ayah, Sultan Khairun Jamil yang meninggal akibat dibunuh oleh Portugis.

Selama masa pemerintahannya, Baabullah berhasil membawa Kesultanan Ternate menuju puncak kejayaannya di akhir abad ke-16. Bahkan, di bawah penguasaannya itu juga Maluku berperan dalam jaringan rempah Asia dan perdagangan rempahnya juga meningkat secara signifikan.

Adapun untuk wilayah kekuasaan Sultan Baabullah di Indonesia timur mencakup sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi. Tak hanya itu saja, pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya itu juga bahkan mampu menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa bagian timur), Mindanao, dan Raja Ampat.

Dengan wilayah kekuasaannya yang luas itulah membuat Sultan Baabullah dijuluki sebagai sang penguasa 72 negeri yang semua rajanya tunduk kepadanya, hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Cerita Gudang VOC di Jakarta Utara yang Kini Terbengkalai

Koropak.co.id, 24 May 2023 15:13:23

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Hingga saat ini sisa-sisa peninggalan zaman kolonial Belanda di Indonesia masih dapat ditemukan. Salah satunya adalah sebuah Gudang VOC yang ada di Kota Intan, Jakarta Utara.

Dilansir dari laman detik, pada masanya, gudang tersebut dipakai sebagai gudang perbekalan bagi kapal-kapal yang ingin berlayar. Namun sayangnya, bangunan yang cukup besar dan mencolok itu kini mangkrak terbengkalai. Bahkan gedung yang sudah tampak lawas dan ditinggalkan itu, dindingnya sudah dikuasai akar gantung. 

Konon pada masa kolonial Belanda, tercatat ada empat gudang serupa di Jakarta, sebelum pada akhirnya dihancurkan hingga hanya tersisa dua gedung saja. Selain di Kota Intan, gudang lainnya berada di Museum Bahari. Akan tetapi untuk gudang yang berada di Jalan Tongkol ini diyakini masih terjaga keasliannya.

Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA), Nadia Purwestri saat menemani peserta tur Tempo Doeloe dari Sahabat Museum menjelaskan bahwa gudang yang ada di Museum Bahari awalnya memiliki lantai dasar yang pendek, namun sudah ditinggikan kurang lebih satu meter. 

"Kalau di sini benar-benar asli dan belum ditinggikan. Selain itu juga belum ada yang berubah dari bahan bangunannya, mulai dari dinding, plesterannya, hingga jendela-jendelanya masih asli. Kecuali pintunya, saya juga nggak tahu itu asli atau nggak. Soalnya kusennya tipis, karena biasanya kalau yang asli itu kusennya tebal," jelas Nadia

Dalam kesempatan itu, Nadia juga mengungkapkan bahwa Gudang VOC di Kota Intan ini dulunya berperan dalam suplai makanan bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitar Batavia (sekarang Jakarta), khususnya kapal yang ingin pergi ke Eropa. Sebab, perbekalan menjadi hal yang penting saat melakukan pelayaran.



Baca: Dicap Sebagai Perusahaan Terkaya, Benarkah Kekayaan VOC Tiada Bandingannya?


"Karena ketika itu, kekurangan vitamin C saat berlayar dapat menyebabkan kematian bagi pelaut. Adapun beberapa barang bawaan penting yang biasanya dibawa diantaranya kacang tanah, beras, kacang hijau, kacang kedelai, roti, kue, dan bahan makanan lainnya.

"Jadi semua kapal dagang VOC dari Belanda itu harus mampir ke Batavia dulu sebelum ke Dejima, Tainan, Maluku, Banda, Ternate, dan lainnya. Demikian juga dengan kapal dagang yang ada di Asia, mereka juga ke sini dulu, baru ke Eropa. Makanya dibutuhkan gudang perbekalan untuk kapal-kapal tersebut, dan di sinilah disimpannya," ungkapnya.

Nadia juga menjelaskan, gedung yang tersisa tersebut dibangun pada periode 1727 s.d 1730-an, atau lebih muda dari gudang di bagian Museum Bahari. "Gedung itu juga sekaligus yang paling tua karena dibangun pada 1652-an," jelasnya.

Sementara itu, Sejarawan sekaligus Ketua Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali meminta agar pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk lebih memperhatikan lagi situs-situs bersejarah yang sudah tak terawat dan terbengkalai.

"Sekarang kondisi bangunan ini sudah lebih parah dibandingkan terakhir saat saya kunjungi. Saya dulu masuk ke sini, masih ada beberapa bangunan dan masih ada sumur tua. Tapi sekarang sumur itu sudaj tidak ada lagi. Di sisi lain saya juga sangat menyayangkan tempat bersejarah ini hanya dijadikan sebagai tempat parkir truk-truk tronton," kata Asep.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Tragedi Berdarah "Jumat Kelabu", Peristiwa Kelam Pemilu 1997 Banjarmasin

Koropak.co.id, 23 May 2023 15:02:16

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Kalimantan Selatan - Dalam sejarahnya, perjalanan demokrasi di Indonesia diwarnai dengan beragam peristiwa, salah satunya peristiwa kerusuhan yang sampai memakan ratusan korban jiwa.

Tanggal 23 Mei 1997, menjadi tragedi berdarah dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pasalnya di tanggal tersebut terjadi peristiwa kerusahan berdarah yang dikenal dengan "Tragedi Jumat Kelabu" saat putaran akhir kampanye Pemilu 1997.

Akibat dari tragedi itu, sebanyak 123 orang dinyatakan meninggal dunia, 118 orang mengalami luka-luka dan 179 lainnya dinyatakan hilang.

Lantas, bagaimana kronologi Tragedi Jumat Kelabu Banjarmasin ini?

Peristiwa itu berawal dari tanggal 23 Mei 1997, yang kala itu bertepatan juga dengan hari Jumat. Di sisi lain, dalam rangka menyambut Pemilu 1997, direncanakan akan ada acara besar yang dilangsungkan di pusat kota. 

Diketahui, salah satu partai yang ikut serta dalam pemilu, yakni Golkar akan menyelenggarakan kampanye dengan panggung hiburan rakyat yang rencananya akan dilaksanakan setelah ibadah salat Jumat. Namun sayangnya, rencana tersebut tak pernah terwujud, dan justru berubah menjadi tragedi berdarah yang akan selalu dikenang.

Dilansir dari laman bosscha.id, kala itu sebagian massa dari kampanye Golkar yang terdiri dari anak-anak muda, membuat kegaduhan dengan membuat suara raungan sepeda motor. Hal itu pun tentunya mengganggu ketenangan masyarakat muslim yang tengah melaksanakan salat Jumat.

Tak berhenti sampai disana saja, kegiatan pun dilanjutkan dengan arak-arakan sepeda motor yang melewati Masjid Noor di Jalan Pangeran Samudra. Meskipun sebenarnya juga sudah ada larangan untuk tidak melewati Masjid Noor. Terlebih lagi saat itu jemaah salat Jumat juga sampai meluber ke depan halaman depan masjid. 

Akan tetapi massa kampanye yang didukung oleh Satgas Golkar, justru tetap ngotot ingin melewati jalan tersebut dengan alasan salat Jumat sudah hampir selesai. Akibatnya selepas salat Jumat, massa yang tadinya terganggu ibadahnya mulai berdatangan dari berbagai penjuru menuju Kantor DPD Golkar Kalimantan Selatan.



Baca: 23 Mei 1997, Mengenang Tragedi Jumat Kelabu di Banjarmasin


Bentrokan pun menjadi tak terelakkan antara massa dengan Satgas Golkar dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI). Bahkan tepat pukul 14.00 WIB, situasi kian memanas. Tak hanya itu saja, masa yang melengkapi dirinya dengan senjata tajam pun mulai bergerak ke pusat kota. 

Mirisnya lagi, pergerakan ke pusat kota itu juga diikuti dengan perusakan. Setidaknya mulai dari bangunan, mobil, hingga fasilitas umum yang dilalui tak luput dari amukan massa. Selain itu, bentrokan fisik juga sampai menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Ruko-ruko dirusak, dan Mitra Plaza dibakar hingga aksi penjarahan pun tak terhindarkan. Di sisi lain, listrik yang padam juga ikut menjadikan suasana kota kian mencekam. Sehingga pemandangan di Banjarmasin kala itu tampak kacau balau bak arena peperangan.

Dari yang semula hanya melibatkan dua kubu, pada akhirnya kerusuhan itu pun melebar hingga massa menjadi tak terkendali. Beberapa gereja, satu klenteng juga dikabarkan ikut dihancurkan. Bahkan rumah WNI keturunan Tionghoa pun tak luput dari serangan massa.

Pada malam harinya, pasukan keamanan yang terdiri dari prajurit TNI dan Polri mulai beraksi dengan menyisir kampung-kampung kecil untuk memburu massa dan para penjarah.

Akibat kerusahan ini, tercatat jumlah korban dan kerugian yang ditimbulkan dinilai menjadi salah satu yang paling parah di masa-masa berakhirnya rezim orde baru. 

Berdasarkan data hasil investigasi Tim Pencari Fakta Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), ada sebanyak 123 korban jiwa tewas, 118 orang luka-luka, dan 179 lainnya hilang. Belum lagi dengan kerugian materiil yang tentunya dinilai sangat besar. 

Bagaimana tidak, mulai dari pusat pertokoan, kantor pemerintahan, tempat peribadatan, sekolah, rumah warga, bahkan rumah panti jompo, ikut menjadi korban amukan masa dengan cara dirusak, dibakar, dan dihancurkan.

Setelah kerusuhan ini berakhir, ratusan mayat yang menjadi korban akhirnya dikuburkan secara massal di Komplek Pemakaman Landasan Ulin Tengah, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru. Disana juga turut ditancapkan kayu dengan tulisan "Makam Masal Jum'at Kelabu 23 Mai 1997".


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


Hari Keanekaragaman Hayati Internasional; Build Back Biodiversity

Koropak.co.id, 22 May 2023 12:04:38

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Hari ini, tanggal 22 Mei, masyarakat dunia setiap tahunnya memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional atau International Biodiversity Day. 

Diketahui, peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional ini dirayakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai upaya untuk mempromosikan isu-isu keanekaragaman hayati di dunia sekaligus juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah keanekaragaman hayati.

Dilansir dari situs United Nations Environment Programme, tahun ini, Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2023 mengusung tema "From Agreement to Action: Build Back Biodiversity" atau "Dari Persetujuan ke Tindakan: Bangun Kembali Keanekaragaman Hayati" dengan tagar #BuildBackBiodiversity. 

Tema itu dipilih dengan tujuan untuk menjadikan keanekaragaman hayati sebagai fondasi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Melalui Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, diharapkan masyarakat dunia bisa sadar akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati bagi keberlangsungan kehidupan dunia.

Sementara itu, untuk perayaan global tahun ini, menawarkan harapan baru dengan diadopsinya Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal pada Konferensi Para Pihak ke-15 Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati.

Pada momentum Hari Keanekaragaman Hayati Internasional ini, tentunya kita diingatkan untuk senantiasa menjaga lingkungan sebagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Keanekaragaman Hayati sendiri merupakan keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya, termasuk semua jenis tumbuhan, hewan, dan mikroba.

Berkurangnya keanekaragaman hayati tentunya akan berdampak pada kehidupan termasuk kesehatan manusia. Hilangnya keanekaragaman hayati juga dapat memperluas zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, serta menjadikan pandemi lebih mudah terjadi.



Baca: 21 Mei: Sejarah Lahirnya Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia


Oleh karena itulah, semakin banyak jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di bumi, maka semakin mudah juga bagi manusia untuk dapat bertahan hidup di bumi.

Berbicara mengenai sejarahnya, Hari Keanekaragaman Hayati Internasional ini awalnya ditetapkan pada 29 Desember. Namun pada Desember 2000, Majelis Umum PBB menunda peringatannya itu menjadi tanggal 22 Mei. Tanggal itu dipilih untuk memperingati adopsi Konvensi Keanekaragaman Hayati pada 22 Mei 1992 di Nairobi, Kenya.

Salah satu masalah terkait dengan keanekaragaman hayati adalah, berkurangnya jumlah spesies secara signifikan akibat aktivitas yang dilakukan oleh manusia tertentu. Bahkan, keanekaragaman hayati juga dianggap sebagai aset global yang sangat berharga bagi generasi mendatang.

Oleh karena itulah, kita harus senantiasa menjaga lingkungan sebagai bagian dari upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Dikarenakan pentingnya meningkatkan kesadaran publik tentang topik ini, PBB pun telah memutuskan untuk merayakan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional setiap tahunnya.

Setidaknya ada beberapa cara untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, salah satunya dengan berkontribusi dalam melestarikan keanekaragaman hayati.

Selain itu, ada juga beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Caranya yaitu, dengan memanfaatkan sumber daya alam secukupnya dan sesuai dengan keperluan, serta mengurangi aktivitas manusia yang merusak lingkungan.

Tak hanya itu saja, biasanya Hari Keanekaragaman Hayati Internasional akan diiringi dengan berbagai kegiatan, seperti konferensi, seminar, lokakarya, pameran, dan kampanye edukatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran, serta menumbuhkan kecintaan terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas di bumi.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini:


21 Mei: Sejarah Lahirnya Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia

Koropak.co.id, 21 May 2023 15:04:30

Eris Kuswara


Koropak.co.id, Jakarta - Tanggal 21 Mei setiap tahunnya di dunia diperingati sebagai Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia. Peringatan Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia ini juga sudah diperingati sejak 2002, setelah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tujuan diperingatinya Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia adalah untuk menghargai keragaman budaya yang ada di berbagai negara di dunia. 

Peringatan Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia ini juga dinilai sangat penting, karena dapat menyatukan berbagai dimensi budaya dan keberagaman, yang dimiliki oleh setiap orang di seluruh penjuru dunia.

Dengan dipimpin UNESCO dan didukung PBB, peringatan ini mengajak semua orang untuk merefleksikan keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Selain itu, peringatan hari ini juga diharapkan dapat memberikan ruang untuk berdialog kepada orang-orang dari budaya yang berbeda.

Sehingga, dengan demikian nantinya setiap orang dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan penting, salah satunya adalah perdamaian.

Lantas, bagaimana dengan sejarah Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia ini?

Dalam perjalanan sejarahnya, PBB berpendapat bahwa 75 persen dari konflik di dunia itu berkaitan dengan budaya dan 89 persen dari seluruh konflik di dunia saat ini terjadi di negara-negara dengan dialog atau komunikasi antar budaya yang rendah.



Baca: Sejarah Hari Museum Internasional, dan Peranan Pentingnya Bagi Masyarakat


Hal ini tentunya telah menjadi norma dikarenakan orang cenderung lebih menyukai apa yang biasa mereka lakukan, dibandingkan dengan menerima atau mentolerir sesuatu yang asing.

Setelah beberapa upaya dilakukan, UNESCO pun akhirnya mengadopsi Deklarasi Universal tentang keanekaragaman Budaya pada 2001. UNESCO mengakui perlu adanya peningkatan potensi budaya, sebagai sarana untuk mencapai kemakmuran, pembangunan berkelanjutan, dan hidup berdampingan secara damai di dunia.

Selanjutnya pada Desember 2002, majelis umum PBB dalam resolusinya 57/249, mendeklarasikan tanggal 21 Mei sebagai Hari Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia, dengan mengutamakan untuk menjalin kerja sama yang efektif dalam menjaga perdamaian serta memprioritaskan penguatan dialog antar budaya.

Hingga pada 2015, komite kedua majelis umum PBB pun mengadopsi resolusi tentang budaya dan pembangunan berkelanjutan, untuk berkontribusi lebih lanjut terhadap keragaman budaya.

Dalam perayaannya, peringatan Hari Dialog dan pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia ini menghadirkan kesempatan kepada seluruh orang di dunia, untuk memperdalam pemahaman tentang keanekaragaman budaya, mempromosikannya, dan menyoroti signifikansinya sebagai agen inklusi dan perubahan positif.

Dengan adanya peringatan ini, mengajak semua orang di dunia untuk menyadari bahwa menerima perbedaan satu sama lain, merupakan satu cara terpenting dalam membawa perdamaian antara orang, negara, dan dunia.


Silakan tonton berbagai video menarik di sini: