Hadirkan Baterai Berbahan Dasar Karbon
Koropak.co.id – Pada Senin (12/3/2018) Sejumlah peneliti dari RMIT University Melbourne Australia berhasil menciptakan baterai proton terbaru dengan berbahan dasar karbon dan air. Ditambah lagi Prototipe baterai yang menggunakan air dan karbon tersebut untuk menghasilkan energi ini juga digadang-gadang dapat menggantikan material litium di masa depan. Selain itu pihak peneliti juga mengklaim bahwa hasil ciptaanya tersebut lebih hemat biaya sekaligus ramah lingkungan dibandingkan dengan material litium.
“Dengan dunia yang terus mencari energi terbaru, maka akan terdapat juga permintaan dari publik yang signifikan terhadap teknologi yang memanfaatkan material murah sekaligus tersedia secara banyak,” ujar Profesor John Andrews yang memimpin penelitian tersebut.
Dikutip dari detik.com, penelitian tersebut melahirkan baterai proton pertama yang mampu diisi ulang dayanya dan dia juga menjelaskan sedikit bagaimana timnya tersebut mampu menciptakan baterai berbahan dasar karbon dan air tersebut.
“Penelitiannya tersebut kami memanfaatkan karbon untuk menyimpan proton yang dihasilkan oleh air. Baik karbon maupun air tersebut juga sudah tersedia secara melimpah di Bumi,” katanya.
Selain itu baterai yang sama sekali tidak menghasilkan emisi karbon tersebut masih dalam bentuk prototipe. Meskipun begitu, hasil penelitian ini juga memiliki potensi yang besar dan dapat bersaing dengan baterai lithium-ion konvensional. Bahkan Andrews juga mengatakan ada kemungkinan bagi baterai ini untuk dikomersialkan dan jangka waktu yang dipatoknya juga sekitar lima hingga sepuluh tahun mendatang.
“Saat baterai ini sudah dapat tersedia secara komersial, maka hal tersebut akan menjadi kompetitor bagi Powerwall yang dimiliki oleh Tesla. Sementara itu kami juga berharap mampu melakukan penerapan baterai ini dengan skala layaknya power plant yang dimiliki Tesla di Australia Selatan, atau bahkan bisa lebih besar lagi,” ucapnya.
Menurut berita yang beredar, Power plant milik perusahaan besutan Elon Musk tersebut akan selesai dalam waktu empat tahun dan mampu menghasilkan energi sebesar 250 MW. Pada akhirnya, sumber energi tersebut juga akan disalurkan untuk 50.000 rumah tangga di Australia Selatan.*