Seni Budaya

Mengenal Pewter Bangka, Seni Kriya Timah yang Melimpah

×

Mengenal Pewter Bangka, Seni Kriya Timah yang Melimpah

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Ada Bangka dan ada Belitong. Sama-sama berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terletak di sebelah Baratnya Selat Bangka dan sebelah Utaranya adalah Laut Natuna.

Laskar Pelangi menyuguhkan literasi tentang suasana tambang timah di Belitong. Daerah yang sejak abad ke-19 sudah terkenal dengan wilayahnya yang punya harta karun berupa timah yang melimpah.

Tak heran jika dulu, zaman Belanda, pernah mendirikan perusahaan Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB) untuk mengeruk timah.

Ceritanya mirip dengan Bangka. Sama-sama penghasil timah. Namun Bangka punya potensi lain, yakni terkenal dengan produk kerajinan berbahan timah.

Kriya berbahan timah atau latinnya Stannum, dalam tabel periodik kimia memakai simbol Sn, dari Bangka ini dikenal dengan sebutan “Pewter”. Kerajinan ini kini jadi andalan industri ekonomi kreatif di pulau tersebut.

Dilansir dari laman Indonesia.go.id, Pewter merupakan seni kerajinan logam dari timah, mineral tambang berwarna putih keabuan yang terdapat di perut bumi pulau seluas 11.623,54 kilometer persegi tersebut.

Hasil tambang Bangka sudah dikenal dunia sejak lebih dari 350 tahun lampau dan banyak dipakai oleh industri logam daratan Eropa sejak abad 19 dengan kode Banka Tin. Seperti ditulis Louis-Charles Damais yang dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara, terdapat dua kitab sastra India yang menyebutkan nama Bangka.

Menurut sejarawan Prancis yang memiliki spesialisasi mengenai Indonesia tersebut, kitab pertama adalah kitab sastra kuno India dari abad 1 Sebelum Masehi, Milindapanca dan kemudian Mahaniddesa, kitab dari abad 3 Masehi. Di dalam kedua kitab tersebut, Bangka disebut sebagai ‘vanca’ atau ‘wangkadwipa’, alias Pulau Timah.

 

Baca : Mengenal Lebih Dekat Penghargaan Kalpataru

Sedangkan pewter secara etimologi diduga berkaitan erat dengan kata “spelter” dalam bahasa Inggris.

Demikian dikatakan ahli sejarah bahasa dan naskah kuno (filolog) Walter William Skeat yang hidup di abad 19 dalam bukunya An Etymological Dictionary of The English Language (Kamus Etimologi dari Bahasa Inggris), terbitan 1893.

Pria berkebangsaan Inggris itu menyebut spelter bermakna sebagai kegiatan melebur dan menempa timah batangan (ingot) untuk dibuat alat makan-minum (tableware) seperti sendok-garpu, mangkuk sup, baskom buah, piring makan, cangkir dan teko (teapot).

Produk sejenis lainnya adalah kotak jam dinding, gantungan lilin (candlestick), tudung penutup lampu (light fixture), serta medali. Sebagian produk ditujukan untuk kebutuhan keluarga kerajaan sejak abad 15.

Produk-produk kerajinan berbasis spelter tadi akhirnya menyebar pada awal abad 16 di daratan Eropa dengan penyebutan berbeda.

 

 

Misalnya peltro di Italia, peltre (Spanyol), piautre (Prancis), atau peauteur (Belanda). Pematung Prancis, Jacques Limousin pada awal abad 20 menjadikan teknik spelter untuk pembuatan patung-patungnya yang bertema Art Nouveau dan Art Deco dan ornamen lainnya.

Namun menurut kurator kerajinan timah asal Inggris, Charles Hull, seni pewter sesungguhnya telah ada sejak Zaman Perunggu dengan ditemukannya potongan pewter di sekitar makam kuno Mesir dari abad 1450 Sebelum Masehi.

Dalam bukunya, Pewter yang dirilis pada 1992, Hull yang nenek moyangnya telah menekuni kerajinan timah sejak tahun 1415, masih tidak yakin bahwa itu merupakan penemuan pertama dari seni pewter di Mesir.

Menurutnya seni pewter sudah berkembang sejak era Mesir kuno dan Romawi kuno sebelum meluas di daratan Eropa abad pertengahan.

 

Baca : Cerita Eksotisme Kartu Pos dan Kuliner Zaman Belanda

Pewter memadukan antara keterampilan dan teknologi di dalam proses pembuatannya. Bahan baku pewter berasal dari timah berkadar timah putih (Sn) sebesar 97 persen ditambah tembaga (Cu) sebesar 2 persen dan 1 persen sisanya yaitu antimon (Sb).

Menurut Budi Pramono seperti dikutip dari bahan penulisan “Pelatihan Dasar Pewter”, penggunaan tembaga adalah untuk mengkilapkan timah sedangkan antimon untuk membuat timah menjadi keras.

Ini lantaran timah putih merupakan logam lunak karena dapat melebur pada titik didih 223 derajat. Berbeda dengan antimon yang baru melebur di suhu 630 derajat atau tembaga pada suhu 1.083 derajat.

Dari kerajinan pewter ini bisa dibuat bermacam-macam produk, yaitu produk tetap dan yang dibuat sesuai permintaan konsumen. Contoh produk tetap seperti gantungan kunci dari replika-replika mini seperti balok timah, Pulau Bangka. Ada pula replika kereta dorong pengangkut balok timah, dan kereta tas golf.

Kalau produk yang dibuat sesuai dengan permintaan konsumen, misalnya, bentuk-bentuk mini (miniatur) dari perahu pinisi, kendaraan tambang, rumah adat Bangka, Jembatan Ampera, atau piala, helm tambang berukir, vas bunga, kaligrafi, dan asbak rokok.

Untuk pembuatan pewter produk tetap rata-rata memerlukan waktu produksi selama 1-3 hari. Dan jika berdasarkan pesanan konsumen, waktu pembuatannya antara 1 minggu hingga 1 bulan tergantung dari tingkat kesulitannya.

Kendati kegiatan penambangan timah sudah berlangsung sejak 350 tahun lalu di Bangka, pengembangan pewter sebagai sebuah produk kerajinan baru dilakukan pada 1980-an.

Demikian disebutkan Mary F Somers Heidhues di dalam bukunya Timah Bangka dan Lada Mentok: Peran Masyarakat Tionghoa Dalam Pembangunan Pulau Bangka Abad ke XVIII s/d XX.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

error: Content is protected !!