Koropak.co.id – Perhelatan olahraga atau yang biasa dikenal dengan istilah olimpiade, kerap terselenggara dan diikuti oleh berbagai mancanegara. Sejatinya, olimpiade merupakan warisan dari bangsa Yunani Kuno.
Bangsa Yunani Kuno yang menganut sistem kepercayaan politeisme memunculkan keyakinan bahwa para dewa tinggal di puncak paling tinggi Gunung Olimpus. Dilansir dari berbagai sumber, untuk menghormati dan menyenangkan para dewa, mereka menggelar pesta olahraga empat tahun sekali dalam rentang awal Agustus sampai pertengahan September.
Asal muasal olimpiade tidak lepas dari mitos dan legenda, mitos paling populer adalah Zeus dan anaknya, Herakles, sebagai nenek moyang pencetus olimpiade. Namun, waktu olimpiade pertama yang banyak disetujui para pakar terjadi pada 776 SM.
Olimpiade pertama dilakukan di Olympia, situs suci yang lokasinya dekat dengan pantai barat Peloponnese, Yunani. Cabang olahraga yang berlangsung saat itu adalah lari, balap kereta kuda, tinju, gulat, lempar lembing, serta cakram.
Peserta yang mengikuti perhelatan ini diharuskan berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki tersebut juga harus memenuhi kualifikasi sebagai orang yang bebas, bukan budak, dan diwajibkan fasih berbahasa Yunani. Sementara para perempuan yang sudah menikah tidak diperbolehkan menonton kompetisi, mereka telah mengemban tanggung jawab untuk menjaga anak dan mengurus rumah tangga.
Uniknya, semua peserta dilarang mengenakan pakaian alias telanjang. Ada legenda Yunani Kuno yang mengekori peristiwa tersebut. Adalah Orsippus dari Megara, atlet olimpiade yang cawatnya lepas ketika tengah mengikuti lomba lari 185 meter.
Baca : Olimpiade Tokyo 2020 Berakhir, Indonesia Finish di Posisi ke 55 Klasemen
Alih-alih berhenti dan membetulkan cawatnya, Orsippus justru tetap berlari sampai memenangkan perlombaan. Ketelanjangannya yang mengantarkan pada kemenangan dianggap sebagai teladan, hingga memunculkan gagasan heroisme bahwa telanjang ialah cara mudah mengenali kesopanan dan ke-Yunani-an seseorang.
Karenanya, olimpiade dengan keadaan telanjang menjadi kegemaran bagi bangsa Yunani. Hal itu merupakan bentuk penghargaan paling tinggi bagi dewa Zeus. Tidak lupa, mereka juga kerap mengoleskan minyak zaitun agar kelembaban tubuh selalu terjaga, serta lebih terlihat berotot.
Di sisi lain, olimpiade memiliki peraturan yang ketat. Misalnya pelari tidak diperkenankan mengenakan alas kaki dan peloncat membawa haiteres sebagai pemberat. Namun, tidak terdapat peraturan mengenai poin, waktu, serta kategori berat badan dalam pertandingan tinju.
Olimpiade pernah menempati puncaknya di abad 6-5 SM, tetapi popularitasnya perlahan menurun seiring jatuhnya Yunani ke tangan Romawi. Kemudian, olimpiade pun menemui titik akhir pada 393 M. Kaisar Theodosius I yang beragama Kristen melarang karena menganggap olimpiade sebagai penyembahan terhadap patung.
Hingga pada akhirnya, Baron Pierre de Coubertin membentuk International Olympic Committee (IOC) pada tahun 1984. Dimana komite tersebut adalah titik awal modernisasi olimpiade pada masa-masa berikutnya.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini