Koropak.co.id – Apakah kalian Pernah berkunjung ke Kota Tegal? Tahukah kamu bahwa di tengah-tengah kota ini, atau tepatnya di depan Masjid Agung Kabupaten Tegal, terdapat sebuah tugu dengan teko bertuliskan Teh Poci?
Lantas, apa hubungannya antara Tegal dan Teh Poci itu? Diketahui, hampir semua rumah di Tegal sendiri menyediakan teh untuk menjamu tamu yang datang.
Teh poci pun menjadi pilihan masyarakat disana untuk disuguhkan kepada tamu yang datang. Seiring berjalannya waktu, Teh poci itu pun pada akhirnya menjadi simbol kekerabatan di Tegal.
Tak hanya disediakan di rumah, Teh poci itu juga bisa ditemui di kantor-kantor bahkan di hotel. Sebab, di Tegal terdapat sebuah tradisi yang dikenal tradisi moci atau tradisi minum teh poci.
Dilansir dari berbagai sumber, usut punya usut, ternyata tradisi ini merupakan simbol dari hubungan saling mendukung antara pabrik teh dan gula yang sudah ada sejak zaman Belanda di Tegal.
Sehingg pada akhirnya tradisi moci ini pun mengakar di masyarakata dan tetap dipertahankan sampai dengan sekarang oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Tegal.
Di sisi lain, tradisi moci itu juga membuat teh poci pun dinobatkan sebagai simbol kota Tegal. Bahkan, di pinggir kota Tegal sendiri mulai bermunculan lesehan-lesehan untuk minum teh.
Baca : Tradisi Minum Teh di Surakarta, dari Bangsawan Hingga Rakyat Biasa
Bukan hanya itu saja, tradisi moci juga turut membuat pabrik teh dan gula di kota itu semakin berkembang. Berbicara mengenai Poci, kata Poci tersebut sebenarnya berasal dari nama wadah untuk membuat dan menyediakan teh yang dibuat di Tegal sebagai salah satu bentuk kerajinan.
Akan tetapi, masyarakat di kota itu pun dengan mudahnya menggabungkan nama keduanya hingga minuman ini pada akhirnya dikenal sebagai Teh Poci.
Sementara itu, tradisi moci di Tegal itu juga ternyata memiliki ciri khas, keistimewaan dan merupakan panggung sosial yang memiliki berbagai dimensi mulai dari konteks ekonomi, sosial dan budaya.
Menariknya lagi, tradisi moci ini mengandung nilai nilai yang tersirat didalamnya yang meliputi ajang silaturahmi, musyawarah (berembug bareng), gotong royong, kebersamaan, persaudaraan, kontrol sosial, dan keterbukaan berpendapat.
Selain itu, untuk filosofi dari perangkat dan proses moci juga turut menciptakan keseimbangan hidup dan keadilan melalui kerja keras dan tempaan waktu dalam menapaki kehidupan yang harus saling berbagi, memberi pada pihak yang lebih kecil dan merata atau adil dan bersikap pada siapapun yang ada di bawahnya.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini