Koropak.co.id – Egrang atau orang Sunda bilang menyebutnya jajangkungan merupakan permainan tradisional yang menjadi primadona pada masanya. Di Lampung, permainan egrang disebut terompang pancung. Sementara di Sumatera Barat dikenal dengan nama tengkak atau pincang. Di Bengkulu disebut ingkau atau sepatu bambu, dan di Kalimantan Barat dinamakan batungkau.
Anak-anak zaman dulu akrab bermain dengannya. Menyenangkan dan menyehatkan. Saling bantu untuk bisa berjalan lancar. Bila ada yang jatuh, sigap ulurkan tangan agar bisa berdiri lagi.
Kini, permainan itu terancam punah. Jangankan memainkannya, mendengar namanya saja anak-anak mengernyitkan dahi. Padahal, permainan tradisional ini berkembang dan populer di era tahun 1900-an. Permainan yang satu ini memiliki makna mendalam dan banyak manfaatnya. Selain mengasah keberanian, ketekunan, dan kesabaran, juga melatih kekuatan dan keseimbangan fisik.
Selanjutnya, mengandung nilai-nilai seperti sportivitas dan kerja keras. Nilai sportivitas itu tercermin pada pemain yang bisa menerima kekalahan dengan lapang dada, dan pemain juga tidak berbuat curang selama permainan berlangsung. Sementara itu, nilai kerja keras tampak dari semangat pemain yang berusaha agar bisa berjalan dengan cepat dan stabil hingga sampai ke tempat yang sudah ditentukan.
Baca : Egrang, Permainan Tradisional yang Hampir Punah Termakan Zaman
Meskipun permainan egrang termasuk ke dalam olahraga tradional, namun belum bisa diperlombakan sebagai salah satu cabang olahraga berskala nasional ataupun internasional. Egrang hanya dapat diperlombakan sebagai olahraga permainan untuk bersenang-senang di daerah tertentu saja.
Cara memainkannya cukup sederhana. Hanya dengan cara menaiki tongkat bambu kemudian pemainnya harus berjalan dengan menggunakan kaki egrang. Meskipun begitu, itu tentunya tidaklah mudah untuk dilakukan. Perlu kesimbangan yang baik.
Saat kaki sudah dipijakkan pada egrang, pemain harus mencondongkan badan ke depan untuk bisa berjalan. Tentunya dalam melakukannya pun kita tidak boleh ragu-ragu. Pemain egrang juga harus bisa berjalan cepat agar seimbang dan tidak jatuh, sebab jika terjatuh maka akan terasa sakit. Tentunya ini sama halnya dengan kehidupan. Ketika kita sudah mengambil suatu keputusan, maka kita harus bertekad dan berkomitmen untuk menyelesaikannya dan tidak boleh ragu-ragu.
Sayangnya, saat ini egrang jarang dimainkan. Anak-anak lebih asyik bermain ponsel, meski harus menghabiskan kuota dan lupa waktu. Mirisnya lagi, anak-anak yang tidak mengetahui apa itu permainan egrang, gasing, petak umpet, dan lainnya.
Permainan atau olahraga tradisional ini tentunya harus tetap dipertahankan, karena merupakan bagian dari sejarah dan olahraga tradisional di Nusantara.
Baca pula : Sejarah Permainan Ketapel, Dulunya Senjata untuk Perang