Koropak.co.id – Golok itu ukurannya kecil dan tidak terlalu panjang. Kendati tidak terlihat mengilap, ketajamannya tak diragukan. Hanya dalam satu kali ayunan bisa memotong dahan pohon. Sekali tebas langsung terpenggal.
Lelaki ini biasa disapa Kang Manik. Lengkapnya Manikmaya. Pengasuh PS Sakadomas Sabandar Karimadi yang bermarkas di Nyalindung, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung, ini rutin melatih bela diri silat. Siapapun boleh belajar di sini. Tak memandang usia, tua atau muda, pintu selalu terbuka.
Jeublagan. Orang-orang menyebutnya begitu. Ilmu jeublagan. Di paguron PS Sakadomas Sabandar Karimadi, salah satu ilmu yang dipelajari adalah tenaga dalam. Mengolah pernapasan untuk membangkitkan eneri positif yang ada dalam tubuh.
Penampilan seperti ini biasa dipertunjukan dalam acara-acara tertentu. Selain debus, ada pula yang menyebutnya ilmu kebal. Kendati keduanya memiliki perbedaan mendasar, namun antara debus dan ilmu kebal dalam praktiknya tidak jauh berbeda.
Mereka yang menguasai ilmu itu umumnya memerlihatkan pangabisanya dengan menggunakan golok. Sebilah golok yang ketajamannya sudah diuji lalu ditebas atau digesek-gesekkan ke lengan atau bagian tubuh lainnya. Apakah terluka atau berdarah? Sama sekali tidak.
Golok yang sebelumnya dipakai menebas dahan pohon itu tidak bisa menembus kulit walau hanya satu inci. Sehelai rambut pun tidak rontok meski golok digesek berulang-ulang. Tak cukup dengan golok, air keraspun dicoba. Hasilnya? Sama sekali tidak bereaksi. Tidak melukai. Air keras yang dibasuhkan ke tangan hanya menyembulkan kepulan asap.
Pertunjukan seperti itu hanya dua dari sekian banyak ilmu debus yang biasa dipertontonkan dalam acara-acara tertentu. Padahal, di awal kemunculannya, debus dipelajari untuk misi suci, yaitu syiar agama Islam.
Baca : Sekilas Sejarah Debus Banten
Seiring perjalanan waktu, debus mengalami banyak perubahan fungsi. Bukan semata untuk syiar Islam, tapi kerap digunakan sebagai seni pertunjukan. Bahkan ada yang memanfaatkannya untuk tujuan lain yang tidak sesuai dengan ruh awal dipelajarinya debus.
Orang-orang yang merasa dirinya kebal dibacok atau ditembak seringkali menggunakannya di jalan yang salah. Mereka misalnya menjadi ketua preman di tempat-tempat perputaran uang, seperti pasar atau terminal. Untuk menguasai tempat itu, adu kekuatan jadi satu-satunya pilihan. Siapa paling kuat, dia yang jadi penguasanya.
Ada banyak cara untuk bisa menguasai ilmu debus. Selain melalui tirakat, puasa, zikir, juga bisa melewati jalur alternatif atau jalan pintas dengan cara memasukkan benda ke dalam tubuh. Cara yang terakhir itu diyakini melanggar syariat Islam.
Namun, tak sedikit orang yang enggan melalui proses panjang dan lebih memilih jalan terakhir itu. Apalagi mereka mempunyai uang untuk membayar mahar, meski harganya terbilang mahal. Kendati harganya jutaan rupiah, mereka berani bayar demi ilmu kebal tubuh.
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini