Koropak.co.id – Akhir tahun ini pesantren mendadak jadi perbincangan khalayak. Sayangnya, arus pembicaraannya bernada sumbang. Apa pasal? Semua tahu itu. Tapi mohon, jangan terpengaruh hingga menilai buruk pada pesantren.
Tetap objektif melihat keandalan pondok pesantren. Lembaga pendidikan ini merupakan pusat budaya, pendidikan, dan peradaban. Itu sudah teruji dan terbukti lintas generasi. Coba sebutkan kurikulum di Indonesia yang usianya sudah dua hingga tiga dekade. Ada?
Pondok pesantren punya kurikulum mutakhir dan rovolusioner. Tanpa konsep ujian nasional, SKS, dan skripsi, namun tetap menjaga keaslian ilmu secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Pesantren punya sanad keilmuan yang jelas. Kurikulumnya teruji berabad-abad. Dan sudah menyelamatkan berbagai kondisi krusial dari setiap persimpangan sejarah manusia. Mari lebih objektif membuka masalah ini.
Terkait pemberitaan kemarin yang membuat heboh, soal kejahatan seks yang dilakukan oknum, hal semacam itu bisa terjadi di mana saja. Namanya oknum, di manapun ada. Tak mengenal tempat dan waktu.
Namun, sejak dulu pesantren sudah menyiapkan tamengnya. Ada satu kitab legendaris bagi para santri, yaitu “Qurrat Al-Uyun Bi Syarh Nazham Ibnu Yamun” karya Syaikh Muhammad Al-Tahami.
Jauh sebelum para pakar modern berbicara tentang pendidikan seks bagi anak, kurikulum pondok pesantren salaf sudah melangkah lebih awal. Beragam kitab referensi terkait hal itu sudah menjadi bagian penting dari pembelajaran santri.
Baca : Pendidikan Seks, Pesantren, dan Oknum
Jika hari ini banyak berita tentang kekerasan seksual pada anak di lingkungan pendidikan, maka sejatinya pondok pesantren sudah mengantisipasinya dengan kurikulum yang khas. Menempatkan pendidikan seks sebagai bagian penting bagi remaja yang akan menginjak usia balig.
Pendidikan seks menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan kehidupan santri. Bukan perkara tabu bicara seks. Bahkan tak cuma itu, kitab-kitab kuning yang dipelajari di pesantren akan menempatkan bab pembuka berjudul pernikahan.
Boleh dikata, setelah membaca kitab yang punya 20 bab ini, para santri akan paham bahwa pendidikan seks menjadi bagian tak terpisahkan dari ilmu fikih. Kitab itu mengulas tentang pernikahan, memilih jodoh, rumah tangga harmonis, hingga pendidikan seks.
Qurratul ‘Uyun mengupas tentang sisi penting dari manusia, yaitu menempatkan berahi pada tempat yang tepat. Diawali dari bab pertama yang mengupas tentang hukum dan keutamaan pernikahan, hikmah dan manfaat pernikahan, kemudian tentang tips memilih jodoh.
Di pesantren, semua itu diajarkan. Sebelum anak memasuki masa balig, mereka sudah disiapkan berbagai macam pengetahuan seputar seks.
Saya jadi ingat cuplikan dialog dalam novel Pancar; Novel Cinta Platonik, Santri, dan Sakura. “Jang, mau jadi apa saja kamu nanti. Mau ke mana saja kamu nanti. Ibu akan tenang dan lega. Ibu ikhlas. Asalkan kamu pernah merasakan mondok. Pernah tidur di pesantren. Pernah merasakan lapar dahaga, puasa di pesantren.”
Baca juga : Mengulas Kitab Qurratul Uyun; Lima Panduan Memilih Jodoh