Video

Iket Sunda Bukan Sekadar Penghias Kepala

×

Iket Sunda Bukan Sekadar Penghias Kepala

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Indonesia punya banyak budaya yang dibalut dengan beragam pakaian. Di Jawa Barat, misalnya, ada iket yang bukan saja berguna sebagai penghias kepala, tapi juga punya filosofi mendalam.

Di daerah lainpun sama. Di Jawa Timur atau Jawa Tengah ada penutup kepala yang diberi nama blangkon. Sementara di Bali, penutup kepalanya disebut Udeng. Masing-masing memiliki falsafah dan sudah melalui perjalanan budaya yang teramat panjang.

Kali ini kita akan fokus membahas iketnya orang Sunda. Selain digunakan sebagai kelengkapan pakaian pria, iket Sunda memiliki nilai estetis yang tinggi, banyak ragamnya, dan mengandung falsafah mendalam.

Bagi orang Sunda, iket bukan sekadar penghias kepala. Secara filosofis, iket memiliki arti sauyunan dalam satu kesatuan hidup. Ibaratnya lidi, jika dibentuk menjadi satu ikatan sapu, maka lidi tersebut akan mampu membersihkan apapun.

Begitu juga dengan manusia. Jika bergerak sendiri-sendiri, pasti akan menjadi berat ketika menghadapi suatu masalah. Tapi akan berbeda cerita bila dilakukan secara bersama-sama. Diperlukan kebersamaan yang diikat dalam semangat gotong royong. Iket itu juga menandakan agar pemakaiannya tidak ingkah atau lepas dari jati diri Kasundaan.

Sebagai generasi muda, sudah menjadi kewajiban kita untuk terus melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa. Apalagi, iket ini bukan lahir kemarin sore. Iket telah menemani perjalanan urang Sunda sejak dulu.

Berpijak pada perjalanannya, iket Sunda terbagi menjadi lima rupa atau bentuk. Pertama, rupa iket bihari atau masa lampau yang sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat kampung adat.

 

Baca : Falsafah Iket Sunda dan Jenisnya

 

Kedua, iket kiwari atau masa kini. Pembuatan iket yang satu ini dimulai sekitar awal tahun 2000. Dimotori oleh para pelaku seni, budayawan, serta komunitas kreatif yang peduli terhadap budaya Sunda.

Bentuk ketiga adalah iket praktis atau iket panganteur. Disebut praktis lantaran iket yang satu ini sudah dijahit, sehingga mudah memakainya. Sedangkan rupa keempat dan kelima adalah iket wanoja dan iket kolaborasi.

Iket wanoja, sesuai namanya, adalah iket yang dipakai oleh perempuan. Dalam Bahasa Sunda, wanoja berarti perempuan. Iket yang satu ini mulai dikenalkan pada 2011 oleh Komunitas Iket Sunda, dan sampai sekarang masih dilakukan pengembangan model.

Adapun iket kolaborasi adalah iket yang dimodifikasi untuk kebutuhan khusus, seperti untuk pertunjukan atau ditambah logo tertentu. Kendati dilakukan berbagai modifikasi, termasuk dalam penggunaan jenis kainnya, filosofi dalam iket Sunda tetap dipertahankan.

Selain merupakan identitas budaya dan menambah estetika penampilan, satu hal yang paling penting dari iket Sunda adalah filosofinya, yaitu mengikat hawa nafsu dalam diri, sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya. Iket harus menjadi pengikat hawa nafsu untuk menjadi manusia yang baik.

Iket bukan hanya selembar kain yang dipakai untuk memperindah penampilan pria, tapi merupakan perwujudan dari budaya Sunda yang di dalamnya terkandung filosofi tentang ketuhanan dan nilai-nilai kebenaran.

 

Baca juga : Kabayan, Totopong dan Blankon Sunda

 

error: Content is protected !!