Koropak.co.id – Jika menghitung bilangan-bilangan kecil, kita tentu dapat memanfaatkan jari-jeri tangan, atau menghitungnya dnegan mencoret-coret buku catatan.
Bahkan pada zaman dulu, orang-orang terbiasa menghitung dengan biji-bijian. Namun, bagaimana jika harus menghitung menjumlahan, perkalian, atau pembagian dalam angka berskala besar? Tentu kita gempor jika menghitungnya secara manual.
Permasalahan tersebut kemudian mendorong orang-orang untuk menciptakan mesin hitung yang dapat melakukan rangkaian hitungan yang cepat namun akurat, yang kemudian diberi nama kalkulator.
Sejarah mencatat, cikal bakal alat hitung-menghitung ini bernama Abacus, disebut juga swipoa, sempoa, sempoah, atau cipoah. Alat ini muncul sekitar 5.000 tahun silam di Asia.
Abacus memungkinkan penggunanya melakukan proses penghitungan menggunakan biji-bijian geser yang disusun membentuk sebuah rak. Para pedagang memanfaatkan Abacus untuk menghitung jumlah transaksi dalam perniagaan.
Kemunculan kertas dan pensil membuat sebagian besar orang, terutama di Eropa, berangsur-angsur meninggalkan alat hitung tersebut.
Selama hampir dua belas abad lamanya, akhirnya muncul penemuan baru dalam mesin hitung ini. Tahun 1642, Blaise Pascal yang saat itu berusia 18 tahun menemukan numerical wheel calculator alias kalkulator roda numerik guna membantu sang ayah menghitung pajak.
Alat ini berbentuk kotak berbahan kuningan yang kemudian dinamai Pascaline. Pascaline menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk melakukan penjumlahan bilangan hingga delapan digit.
Meski terdengar canggih, alat ini memiliki kelemahan, yakni hanya dapat melakukan proses hitung penjumlahan saja.
Baca : Sejarah Unik Jas Hujan, Awalnya Dibuat dari Jerami
Beranjak ke tahun 1694, filsuf sekaligus matematikawan Jerman bernama Gottfred Wilhem von Leibniz memperbaharui Pascaline sehingga bisa melakukan proses perkalian.
Leibniz mempelajari catatan dan gambar-gambar buatan Pascal untuk menyempurnakan alat hitung tersebut. Leibniz juga masih menggunakan roda-roda bergerigi.
Barulah pada tahun 1820, kalkulator mekanik muncul dan menjadi populer. Adalah Charles Xavier Thomas de Colmar yang menemukan mesin hitung untuk menyelesaikan empat aritmatik dasar.
Kalkulator temuan Colmar ini bernama Arithometer dan terbilang praktis sebab dapat menyelesaikan penjumlahan, perkalian, pembagian, serta pengurangan. Karena fungsionalnya tersebut, Arithometer banyak digunakan sampai Perang Dunia I.
Baik Pascal, Leibniz, dan juga Colmar bukan hanya berperan dalam penemuan dan pembuatan mesin hitung. Melainkan juga menjadi cikal bakal komputasi mekanikal.
Sebagaimana dilansir dari laman medanheadlines.com, terbukti pada tahun 1903, John V. Atanasoff bersama Clifford Berry membuat komputer elektrik dengan memadukan aljabar Boolen, yakni sebuah proses hitung yang dapat menyatakan benar atau salah.
Dua puluh delapan tahun kemudian, Vannever Bush membuat kalkulator yang dapat menyelesaikan persamaan differensial kompleks.
Mesin tersebut dapat melakukan perhitungan dalam jumlah besar dan dianggap rumit. Sayangnya, karena masih menggunakan gerigi dan poros, maka alat tersebut sangat besar dan berat.
Lalu pada 1935, seorang insinyur konstruksi asal Jerman bernama Konrad Zuse mengembangkan kalkulator mekanik untuk menyelesaikan sejumlah proses perhitungan matematik untuk profesinya. Zuse kemudian membuat peralatan elektronik terprogram yang kemudian rampung tahun 1938.
Sejak saat itu, kalkulator mulai banyak digunakan oleh khalayak sebab memungkinkan penggunanya menyelesaikan proses perhitungan yang cepat dan akurat.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini