Video

Petualangan Kho Ping Hoo, Penjual Obat yang Jadi Penulis Cerita Silat

×

Petualangan Kho Ping Hoo, Penjual Obat yang Jadi Penulis Cerita Silat

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Kho Ping Hoo. Siapa tidak tahu nama itu? Bagi pembaca cerita-cerita silat, nama itu pasti sudah tidak asing lagi. Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926, itu memang sangat produktif dalam menulis karya-karya fiksi.
Jauh sebelum serius menekuni dunia menulis, di usianya remajanya Kho Ping Hoo menjadi pelayan toko. Namun, ketika Jepang masuk ke Solo, ia pindah ke Surabaya dan bekerja sebagai penjual obat. Kala itu, Kho menjajakan pil-pil ke toko-toko.
Dari Surabaya, ia kembali lagi ke Sragen dan bergabung dalam Barisan Pemberontak Tionghoa yang ketika itu senantiasa kompak dengan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia. Setelah dari Sragen, ia pindah ke Kudus.
Pada 1949, ia pindah ke Sragen lagi untuk membuka usaha rokok yang ilmunya diperolehnya ketika dirinya bekerja di Kudus. Pada tahun ini mulai muncul berbagai cobaan yang menimpanya. Belanda mengobrak-abrik segala yang dimilikinya.
Kho harus mulai dari nol lagi. Ia pun  berangkat ke pengungsian di Solo dan selama dua tahun ia tinggal di sana. Ia lantas pindah ke Tasikmalaya dengan membawa dua orang anak, yang satu masih dalam kandungan. Di Tasikmalaya, keluarga Kho mempunyai semangat baru untuk memperbaiki nasib.
Di Tasikmalaya, awalnya ia bekerja menjadi staf dari seorang anemer yang sedang membangun sebuah rumah sakit di Banjarnegara. Sedikit demi sedikit, kesuksesan pun berhasil diraihnya. Pada tahap akhir, ia telah menjadi Ketua Perusahaan Pengusaha Pengangkutan Truk (P3T) kawasan Priangan Timur. Padahal ia tidak pernah mempunyai truk dalam hidupnya.
Fase hidup yang membuat namanya melambung bermula pada 1951. Kho Ping Hoo mulai menulis cerita detektif, novel, dan cerpen yang dimuat dalam berbagai majalah seperti di Liberty, Star Weekly, dan Pancawarna.
Menggunakan nama Asmaraman, karya tulisannya berhasil menyerbu majalah-majalah terkenal waktu itu. Namun, cerita-cerita yang ditulisnya ketika itu tak tersirat sedikit pun warna “silat” di dalamnya. Dominannya cerita-cerita roman.
Penggunaan nama Asmaraman itu bukan tanpa alasan. Di zaman Orde Baru, semua warga keturunan asing harus menggunakan nama Indonesia. Maka Ditambahlah Asmaraman Sukowati di depan nama Kho Ping Hoo.
Pada 1959-an, Kho baru menulis cerita silat. Di tahun yang sama di Tasik terbit satu majalah bernama “Teratai”. Untuk melengkapi konten majalah, para penulis mengusulkan agar majalah juga diisi dengan cerita silat. Saat itu diputuskan agar Kho Ping Hoo yang mengisinya, sehingga lahirlah cerita silat pertamanya “Pedang Pusaka Naga Putih”.
Ada lebih dari 400 buku cerita silat yang dibuat Kho Ping Hoo. Sebut saja misalnya “Pendekar Bodoh”, “Darah Mengalir di Borobudur”, “Pendekar Super Sakti”, “Iblis dan Bidadari”, “Pedang Kayu Harum” dan lain-lain. Karya-karyanya itu disukai banyak orang, tak terkecuali Gus Dur dan B.J. Habibie.
Dari pernikahannya dengan Ong Ros Hwa, gadis asal Sragen kelahiran Yogyakarta, Kho Ping Hoo mempunyai 13 anak. Satu di antaranya adalah Tina Asmaraman yang tak lain merupakan ibu kandung dari Deddy Mahendra Desta atau lebih dikenal dengan nama Desta yang kini aktif di dunia hiburan.

error: Content is protected !!