Video

Mengenang Ajip Rosidi Mendulang Inspirasi

×

Mengenang Ajip Rosidi Mendulang Inspirasi

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Dua tahun lalu, kabar duka menyelimuti dunia sastra Indonesia. Ajip Rosidi, sastrawan kelahiran Cirebon, dikabarkan meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir pada Rabu, 29 Juli 2020, sekitar pukul 22.30 WIB.

Semasa hidupnya, pria kelahiran Cirebon, 31 Januari 1938, itu telah membuat banyak karya. Selain menulis buku dan puisi, ia juga mengarang cerita pendek, novel, naskah drama, hingga esai.

“Tahun-Tahun Kematian” merupakan karya perdananya yang terbit pada 1955. Selang satu tahun, kumpulan puisinya yang berjudul “Pesta” diganjar Hadiah Sastra Nasional BMKN. Masih banyak karyanya yang mendapatkan beragam penghargaan.

Kendati tidak berpendidikan tinggi, Ajip yang sempat sekolah SMA di Jakarta namun tidak berijazah, sangat produktif berkarya. Di usianya yang masih belia, saat duduk di SMP, ia dipercaya menjadi pengasuh majalah Soeloeh Peladjar.

Ada alasan kenapa ia tidak punya ijazah SMA. Diceritakan, saat akan diadakan ujian akhir, ia memutuskan tidak mengikutinya lantaran tersiar kabar tentang bahan ujian yang bocor. Beberapa orang rela membayar untuk mendapatkan soal-soal ujian agar bisa lulus dan mendapatkan nilai bagus.

Ajip jengah membaca kabar tersebut. Ia marah, dan memutuskan tidak ikut ujian. Dalam hatinya terpatri tekad bahwa ia bisa sukses meskipun tidak punya ijazah. Beragam pengetahuan yang didapatnya dari membaca buku menjadi modal utama.

Baginya, buku adalah pintu masuk untuk mewujudkan semua mimpi. Apalagi sejak duduk di bangku sekolah dasar ia sudah aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dimuat dalam beberapa surat kabar.

Kendati tidak punya ijazah SMA, apalagi perguruan tinggi, Ajip telah membuktikan bahwa dirinya mampu berkarya dan dipercaya banyak orang. Itu dibuktikan dengan sederet amanah yang pernah diembannya dalam dunia kepenulisan. Ia misalnya dipercaya menjadi redaktur majalah Prosa, redaktur Budaya Jaya, hingga menjabat ketua Paguyuban Pengarang Sastra Sunda.

 

Baca: Ajip Rosidi, Sastrawan Sunda yang Serba Bisa

 

Bahkan, dunia akademik pun meliriknya. Pada 1967 ia dipercaya menjadi dosen luar biasa di Universitas Padjadjaran. Bukan hanya di Indonesia, Ajip juga diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku; Universitas Bahasa-Bahasa Asing Osaka, dan sejumlah perguruan tinggi di Jepang, seperti Osaka Gaidai dan Tenri Daigaku.

Saat tinggal di Osaka, Ajip dilanda gundah. Ia merasa prihatin terhadap nasib sastrawan Sunda yang kurang diapresiasi. Banyak pengarang bahasa daerah yang produktif tapi honornya sedikit. Padahal, kualitasnya jempolan. Karya-karyanya bermutu tinggi.

Lantas terbesitlah ide dalam benak Ajib untuk memberi hadiah sastra kepada para pengarang berbahasa daerah. Maka, pada 1989, untuk kali pertama Hadiah Sastra Rancage diberikan kepada Yus Rusyana, pengarang kumpulan cerita pendek “Jajaten Ninggang Papasten”.

Sejak saat itu, Hadiah Sastra Rancage rutin diberikan setiap tahun. Selain karya sastra Sunda, penghargaan tersebut juga diberikan kepada pengarang yang dianggap berjasa terhadap perkembangan sastra Sunda, termasuk kepada pengarang yang menerbitkan buku bacaan kanak-kanak berbahasa Sunda.

Pemberian Hadiah Sastra Rancage rutin digelar setiap tahun. Untuk menjaga kesinambungan, dibuatlah Yayasan Kebudayaan Rancage pada 23 Maret 1993. Sejak 1994, Hadiah Sastra Rancage diberikan juga kepada pengarang sastra berbahasa Jawa. Empat tahun berselang, 1998, penghargaan serupa diberikan kepada sastrawan Bali.

Beragam karya dan dedikasi Ajip Rosidi terhadap dunia sastra telah menancapkan inspirasi mendalam untuk para generasi. Ia telah membuktikan bahwa konsistensi yang dibalut kejujuran bakal melahirkan banyak apresiasi yang di luar dugaan.

Siapa sangka, Ajip yang tidak punya ijazah SMA bisa dipercaya menjadi pengajar di kampus ternama di dalam dan luar negeri?

 

Baca juga: Petualangan Kho Ping Hoo, Tukang Obat Jadi Penulis Cerita Silat

 

error: Content is protected !!