Koropak.co.id – Saini Karnamisastra atau dikenal dengan nama Saini K.M. merupakan penulis produktif yang telah membuat banyak karya. Selain menulis puisi dan naskah drama, ia juga membuat cerita pendek, novel, dan karya terjemahan.
Siapa sangka, ternyata ia punya pengalaman menarik saat mulai menekuni dunia sastra. Pria kelahiran Sumedang, 16 Juni 1938, yang sudah jatuh cinta pada puisi sejak kecil itu, kegirangan ketika puisi pertamanya dimuat dalam majalah Siasat, 1960.
Putra kedua dari sepuluh bersaudara itu terkejut dan girang saat menerima wesel yang berisi honor dari puisinya. Hal itu membuatnya semakin semangat berkarya. Bukan semata lantaran honornya, tapi apresiasi atas karyanya.
Setelah itu ia semakin produktif menulis. Ada banyak karya yang telah dibuatnya, mulai naskah drama hingga terjemahan. Pangeran Geusan Ulun, Pangeran Sunten Jaya, Ben Go Tun, Siapa Bilang Saya Godot, Restoran Anjing, Egon, Kerajaan Burung, dan Sebuah Rumah di Argentina adalah beberapa naskah drama yang dibuatnya di rentang waktu 1963 s.d. 1980.
Sedangkan Nyanyian Tanah Air (1968), Rumah Cermin (1979), Sepuluh Orang Utusan (1989), dan Mawar Merah (2001) merupakan kumpulan puisi yang dibuat Saini. Ia juga menulis cerita pendek Anting Perak (1967), dan novel Purbaya (1976).
Baca: Girang Saini K.M. Saat Puisi Pertama Dimuat dalam Majalah
Ada pula karya terjemahan, seperti Percakapan dengan Stalin (1963, karya Milovan Djilas) dan Bulan di Luar Penjara (1965, karya Ho Tji Minh). Sementara karya nonfiksinya bisa dibaca dalam Beberapa Gagasan Teater (1981), Dramawan dan Karyanya (1985), Teater Modern dan Beberapa Masalahnya (1987), atau Puisi dan Beberapa Masalahnya (Penerbit ITB, 1993).
Selain produktif menulis, lulusan IKIP Bandung, jurusan Bahasa Inggris, itu dikenal sebagai pendiri Jurusan Teater di Akademi Seni Tari Indonesia atau sekarang Institut Seni Budaya Bandung, pada tahun 1978, dan menjadi dosen sampai direktur di perguruan tinggi tersebut.
Mulai 1988 sampai 1995 Saini bertugas sebagai Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan pernah menjadi anggota DPRD Jawa Barat.
Konsistensinya dalam dunia karya, ia telah mendapat banyak penghargaa. Pada 1973, ia mendapat hadiah sastra dari Dewan Kesenian Jakarta atas dramanya yang berjudul Pangeran Sunten Jaya, dan apresiasi serupa untuk beberapa karyanya.
Selain itu, pada 1980 Saini mendapat hadiah sastra dari Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa atas dramanya yang berjudul Sebuah Rumah di Argentina. Bukan hanya di Indonesia, di luar negeri juga ia mendapat apresiasi, di antaranya Hadiah Sastra Asia Tenggara 2001 (SEA Write Awards 2001) dari pemerintah Thailand atas karya Lima Orang Saksi.
Baca juga: Ajip Rosidi, Sastrawan Sunda yang Serba Bisa