Koropak.co.id, Jakarta – Di zaman yang serba modern ini, ada banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan jodoh. Bisa dari situs internet, aplikasi smartphone, dan masih banyak lagi cara yang lainnya.
Namun, bagi masyarakat tradisional di Indonesia, mereka justru memiliki cara tersendiri untuk bisa mendapatkan jodohnya. Pasalnya, dalam kehidupan masyarakat tradisional, ternyata urusan jodoh diatur dan dilakukan dalam sebuah ritual atau upacara yang sudah menjadi tradisi turun temurun.
Ada banyak sekali tradisi unik yang dilakukan masyarakat tradisional di Indonesia untuk mencari jodoh. Apa saja tradisi unik dalam mencari jodoh yang ada di Indonesia itu?
1. Omed-Omedan (Bali)
Bisa dikatakan bahwa Omed-omedan merupakan tradisi mencari jodoh yang cukup ekstrem di Indonesia. Dalam bahasa Bali, Omed-omedan berarti saling tarik menarik. Peserta yang mengikuti tradisi ini adalah laki-laki dan perempuan dengan rentan usia antara 17 s.d 30 tahun dan wajib mengenakan pakaian berwarna putih.
Kemudian untuk syarat lainnya, para peserta belum menikah atau tidak sedang menstruasi. Sementara itu, untuk teknisnya, peserta akan dibagi menjadi dua kelompok, setelah itu dilanjutkan dengan aksi dorong mendorong oleh perwakilan salah satu kubu. Dalam prosesinya, peserta juga diperbolehkan untuk berpelukan bahkan berciuman dengan lawan jenis dan hal itu pun dilakukan secara bergiliran bagi semua peserta.
Biasanya, jika ada peserta yang saling tidak suka, mereka akan mencoba untuk menghindar meski berisiko terdorong. Setelah acara selesai, pasangan yang telah berpelukan atau berciuman bisa langsung berjodoh. Akan tetapi jika belum berjodoh, mereka bisa mengikutinya lagi tahun depan.
2. Berempuk (Sumbawa)
Di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kaum pria harus bertarung terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan jodoh. Sebelum bertarung, biasanya pria Sumbawa akan berkumpul, kemudian setelah itu setiap dua orang akan melakukan pertarungan yang berlangsung dalam tiga ronde.
Namun mereka akan bertarung dengan tangan kosong agar banyak yang menonton, terutama wanita lajang. Pertarungan dengan tangan kosong itu juga dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian wanita lajang.
Sayangnya, terkadang ada perkelahian lanjutan kendati acara sudah selesai. Meskipun tradisi ini terbilang cukup ekstrem, namun tradisi berembuk masih hidup sampai dengan saat ini.
3. Tarian Emaida Yibu (Papua)
Papua juga mempunyai tradisi unik dalam mencari jodoh yang dilakukan melalui tarian Emaida Yibu atau tarian dalam rumah adat. Tarian ini biasanya dilakukan Suku Mee yang akan membangun rumah dari kayu dan bambu.
Nantinya, para pria dan wanita akan menari-nari di dalam rumah tersebut. Menariknya, dalam tarian ini juga mereka akan saling menarik perhatian lawan jenis hingga pada akhirnya mereka bisa menemukan tambatan hatinya.
Baca: Martandang, Cara Pria Batak Dekati Wanita Pujaan
4. Gredoan (Banyuwangi)
Tradisi Gredoan menjadi ajang pencarian jodoh bagi suku Osing. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini sendiri terbuka dan berlaku bagi siapa saja, baik itu perjaka, gadis, duda, maupun janda sekalipun. Kata Gredoan sendiri berasal dari bahasa Osing, yaitu Nggridu yang berarti goda atau menggoda.
Gredoan juga bisa diartikan sebagai cara yang lebih baik bagi gadis, perjaka, duda, atau janda untuk saling mengenal. Selain itu, para pelaku tradisi Gredoan dari Suku Osing ini juga percaya bahwa berkenalan melalui gredoan akan berlanjut sampai ke jenjang pernikahan.
Saat ini, tradisi gredoan hanya dilakukan setahun sekali, yakni pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut oleh masyarakat Suku Osing dengan sebutan Mauludan.
5. Kabuenga (Wakatobi)
Kabuenga merupakan tradisi mencari jodoh khas Wakatobi yangh terbilang unik. Sebab, tradisi ini akan mempertemukan laki-laki dan perempuan yang sudah baligh dalam kegiatan jual beli. Diketahui dalam sejarahnya, tradisi ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Buton.
Tradisi ini berawal dari banyaknya pemuda yang memilih untuk merantau dan jarang bertemu dengan gadis setempat. Oleh karena itulah, sebagai solusinya digunakanlah Kabuenga untuk mempertemukan mereka. Dalam pelaksanaannya, para wanita akan menjual liwo, sejenis makanan khas Wakatobi dengan mengenakan pakaian adat dan konde.
Nantinya, para pria pun akan datang dan bisa membeli dagangan para gadis itu. Dari pertemuan itulah, proses perkenalan di antara mereka pun dimulai. Jika sang pria tertarik dengan sang wanita, ia bisa langsung mendatangi kediaman wanita tersebut.
6. Kamomose (Buton Tengah)
Masyarakat Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara juga memiliki tradisi unik dalam mencari jodoh yang dinamakan dengan Kamomose. Pada umumnya, tradisi ini diperuntukkan bagi remaja yang masih sendiri atau jomblo. Dalam pelaksanaannya, sekelompok wanita akan berjajar saling berhadapan di malam hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Kemudian di tengah-tengah mereka juga akan disediakan sebuah baskom yang terdapat lilin menyala. Nantinya, para pemuda yang mengikuti Kamomose, harus memiliki kacang tanah yang biasa dijual oleh warga sekitar. Selanjutnya, mereka harus bergantian dan berkeliling sembari melempar kacang tersebut ke dalam baskom.
Dalam tradisi kamomose, jika pemuda itu tertarik dengan salah satu gadis, maka dia akan melempar kacangnya ke baskom yang dibawa wanita itu. Setelah itu, akan terjadi perundingan dengan pihak keluarga untuk meminta persetujuan. Apabila lamaran disetujui, maka hubungan keduanya bisa berlanjut hingga ke tingkat yang lebih serius.
Silakan tonton berbagai video menarik di sini: