Video

Bongkar Masa Lalu Bakal Calon Presiden: Puan Maharani

×

Bongkar Masa Lalu Bakal Calon Presiden: Puan Maharani

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Pelaksanaan Pilpres 2024 masih terbilang jauh. Namun sejumlah nama sudah memenuhi ruang-ruang publik. Bukan cuma wara-wiri di televisi, tapi sudah pasang gaya di baliho yang menyasar hingga ke kampung. Satu di antaranya adalah Puan Maharani.

Pemilik nama lengkap Puan Maharani Nakshatra Kusyala itu merupakan satu dari sedikit perempuan Indonesia yang masuk ke dalam radar survei calon Presiden. Kendati posisinya tidak pernah masuk peringkat tiga besar dengan elektabilitas tertinggi, dalam survei-survei yang dilakukan banyak lembaga namanya kerap muncul.

Sebagai politikus dari partai pemenang Pemilu 2019 dan kini duduk sebagai ketua DPR RI, Puan Maharani punya tiket istimewa untuk ikut berkompetisi memerebutkan kursi orang nomor satu di republik ini.

Apalagi ia merupakan putri dari Megawati Soekarnoputri, pemegang tongkat komando di PDI Perjuangan. Siapa yang kelak akan diusung partai banteng moncong putih itu, kuncinya ada di tangan Megawati.

Kendati ada kader lain yang punya peluang serupa, bahkan menurut beberapa lembaga survei memiliki elektabilitas tinggi, posisi Puan belum digeser dari percaturan kandidat. Sebagai putri mahkota dan digadang-gadang sebagai penerus perjuangan Soekarno, keberadaan Puan Maharani dalam lingkarannya tetap spesial.

Perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973, itu lahir dan tumbuh di keluarga yang terbilang istimewa. Selain cucu Presiden pertama Indonesia, ayah ibunya juga termasuk politikus andal. Tak heran, sejak kecil ia terbiasa dengan segala hal yang berbau politik.

Walau begitu, masa anak-anak dan remajanya tak jauh berbeda dengan teman-teman seumurannya. Kendati merupakan cucu dari mantan Presiden, Puan tak sungkan berbaur dengan masyarakat umum. Saat berangkat sekolah, misalnya, ia terbiasa naik bajaj (bajay) atau kendaraan umum lainnya, seperti becak atau angkot.

Selain itu, salah satu kesukaan di masa kecilnya adalah bermain layang-layang. Ditemani kedua kakaknya, Puan nekad main layang-layang di atas genting demi bisa memenangi permainan. Kendati sempat ditentang kakaknya lantaran khawatir jatuh, Puan bergeming.

Beranjak remaja, putri dari pasangan Taufik Kiemas dan Megawati Soekarnoputri itu sering diajak ibunya berkeliling Indonesia untuk mengurus partai. Secara tidak langsung, Puan belajar bagaimana membangun soliditas organisasi di tengah kondisi yang tidak berpihak.

Saat PDI mendapat tekanan dari Orde Baru, Puan Maharani turut merasakan dan menyaksikan perlakuan sewenang-wenang penguasa. Ia mendapat pelajaran penting bagaimana ibunya yang oleh rezim saat itu diadang masuk ke dalam struktur partai tapi bisa melawan dan mampu memenangi “pertempuran”.

Ketika Orde Baru berada di ujung tanduk, saat gerakan mahasiswa dan masyarakat tak terbendung, Puan menyaksikan dan ikut andil dalam momentum bersejarah tersebut. Ia yang saat itu masih berusia 20 tahunan, turut membantu sesuai kemampuannya.

 

Baca: Di Senayan, Puan Apresiasi Kapolri

 

Apa yang bisa dilakukan, ia lakukan. Di antaranya menjadi juru masak bagi para aktivis. Ia memasak dan menyediakan makanan untuk para pendemo yang melewati rumahnya di daerah Kebagusan.

Beragam pelajaran yang didapat dari atmosfer politik kala itu, membuat Puan menjadi pribadi yang matang dan kalem. Ketenangannya itu mengingatkan kita pada sosok ayahnya, Taufik Kiemas, yang menjabat ketua MPR RI periode 2009 s.d. 2014.

Puan mulai terlibat aktif dalam pergerakan partai dimulai dengan menjadi ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat. Kala itu usianya masih 34 tahun.

Pada pemilihan calon anggota legislatif 2009 s.d. 2014, istri Happy Hapsoro dan ibu dua anak itu maju sebagai caleg dan mendapatkan suara terbanyak kedua. Ia melenggang ke gedung parlemen hingga didaulat menjadi ketua Fraksi PDI Perjuangan.

Begitupun dalam Pileg 2014 dan 2019. Dalam Pemilu 2014, Puan yang dipercaya menjadi ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan, berhasil membawa partai merah menjadi pemenang. Bukan hanya Pileg, tapi juga sukses dalam Pilpres yang mengusung Jokowi-JK.

Tak heran, ia diberi jatah jabatan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kala itu usianya masih 41 tahun, sehingga oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) ia diganjar penghargaan menteri termuda dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Karier politik Alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia serta peraih gelar kehormatan doktor honoris causa dari Universitas Diponegoro dan dari Pukyong National University Korea Selatan itu semakin cemerlang.

Dalam Pemilu 2019, Puan Maharani maju sebagai caleg di Daerah Pemilihan Jawa Tengah V yang meliputi daerah Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten. Posisinya tak tergoyahkan. Di tingkat nasional, ia mendapat suara terbanyak dengan raihan 404.034 suara.

Posisi Puan di gedung parlemen semakin kuat setelah ditunjuk menjadi ketua DPR RI. Sebagai partai pemenang pemilu, PDI Perjuangan menugaskan Puan untuk menduduki posisi tersebut. Ia menjadi perempuan pertama yang menakhodai lembaga perwakilan rakyat itu.

Kini, Puan Maharani menjadi salah satu tokoh yang digadang-gadang menjadi bakal calon Presiden Indonesia. Selain dia, ada nama-nama lain yang punya peluang serupa, di antaranya Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan banyak tokoh lainnya.

 

Baca juga: Bukan Struktur Partai, Relawan Pendukung Puan Deklarasi di Malang

 

error: Content is protected !!