Actadiurna

Pesan di Balik Nyalin Situs Samida, Jejak Putra Prabu Siliwangi

×

Pesan di Balik Nyalin Situs Samida, Jejak Putra Prabu Siliwangi

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id, Jawa Barat – Aroma wewangian yang khas itu menyusup pelan di antara sepi dan khidmatnya upacara Nyalin di Situs Samida yang berada di Dusun Cibulakan, Desa Sirnajaya, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Senin, 9 Januari 2023.

Puluhan mata tertuju kepada empat orang yang duduk di bawah saung bertirai putih. Mereka adalah juru kunci dan pemelihara tempat yang dipercaya sebagai pusat peradaban yang dibangun Guru Gantangan, salah seorang putra Prabu Siliwangi.

Wawa Koswara, sang juru kunci atau kuncen Situs Samida, tampak hati-hati mencuci dan memberi wewangian pada benda-benda pusaka yang diyakini sudah berusia ratusan tahun. Satu per satu, benda-benda itu dibuka untuk dimandikan, kemudian diganti kain pembungkusnya. Itulah prosesi nyalin atau mengganti kain.

Ada banyak jenis benda pusaka yang disimpan dalam dua kotak berukuran besar itu. Selain pedang dan keris, ada juga trisula, arca, poci, keramik-keramik kecil dan barang-barang lainnya yang diperlakukan dengan sangat hati-hati. Puluhan benda pusaka itu sementara ini disimpan di rumah juru kunci.

“Ke depannya saya ingin punya tempat pusaka, seperti bumi alit atau museum untuk menyimpan benda-benda pusaka seperti tadi,” harap Wawa.

Upacara Nyalin ini rutin digelar setiap tahun, tepatnya pada Senin Kliwon bulan Jumadil Akhir. Sebelum prosesi nyalin dilakukan, sang kuncen dan para penjaga lainnya mengambil air dari pancuran Cibarani yang diyakini sebagai tempat mandi keluarga raja.

Abdul Haris, budayawan setempat, mengatakan, ritual ini digelar bukan untuk migusti atau mempertuhan benda-benda pusaka, tapi mupusti atau merawat barang-barang para pendahulu Rajadesa.

Baca: Menengok Tradisi Nyuguh Masyarakat Kampung Adat Kuta Ciamis

Menurutnya, upacara nyalin ini bukan sekadar ritual tahunan, hanya mencuci dan mengganti kain pembungkus benda-benda pusaka. Ada makna mendalam yang mesti dijadikan pedoman dan selalu dilakukan para penerus zaman.

“Nyalin itu bentuk syukuran atas nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Saya artikan, nyalin itu mengganti. Ganti apa? Baju yang kotor, ganti. Akhlak yang kotor, ganti. Jadi, apa yang kira-kira negative, ganti dengan yang baik,” paparnya.

Haris menjelaskan, keberadaan Rajadesa tidak terlepas dari peran Guru Gantangan yang merupakan salah seorang putra Prabu Siliwangi. Setelah terusir dari Kerajaan Pajajaran lantaran mempunyai kekurangan fisik, Guru Gantangan berkelana ke banyak tempat hingga akhirnya bermukim di bukit Samida.

Awalnya sepi sedikit penghuni, di bawah kendali Guru Gantangan bukit Samida berkembang menjadi ramai dan menjadi pusat peradaban di kala itu. Prabu Siliwangi akhirnya menobatkan Guru Gantangan sebagai raja Samida dengan gelar Prabu Sirnaraja.

Masyarakat meyakini, Samida merupakan cikal bakal berdirinya Rajadesa yang kini menjadi nama kecamatan. Di kawasan ini banyak ditemukan pecahan keramik dan kerak besi yang menegaskan bahwa Samida dan sekitarnya merupakan pemukiman kuno, yakni di era Prabu Sirnaraja.

Kini, tepatnya sejak 2021, Pemerintah Kabupaten Ciamis telah menetapkan Situs Samida sebagai cagar budaya peringkat kabupaten. Tinggalan arkeologis yang terdapat di Samida antara lain struktur batu melingkar yang disebut teras batu Samida dan pagempungan yang merupakan susunan batu andesit berbentuk lengkung.

Berdasarkan kajian, seperti ditulis dalam laman Pemerintah Kabupaten Ciamis, struktur batu di Situs Samida memiliki persamaan tipologi bentuk dengan struktur yang terdapat di puncak Bukit Badigul, Pakuan Pajajaran.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

error: Content is protected !!