Koropak.co.id, Jakarta – Ramadan tinggal menghitung hari. Esok lusa, umat Islam di seluruh dunia bakal melaksanakan salah satu rukun Islam, yakni saum. Di Indonesia, beberapa organisasi keagamaan sudah mengumumkan kapan tanggal 1 Ramadan 1444 Hijriah, termasuk waktu lebarannya atau 1 Syawal.
Muhammadiyah, misalnya. Organisasi yang didirikan Muhammad Darwis atau KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 itu sudah mengeluarkan maklumat tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah.
Dalam maklumat tersebut ditegaskan bahwa 1 Ramadan tahun ini jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023, dan 1 Syawal pada Jumat Pahing, 21 April 2023. Penentuan tanggal itu berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Begitupun dengan Persatuan Islam atau Persis. Namun, kendati awal Ramadannya sama, organisasi yang didirikan di Bandung pada 12 September 1923 ini berbeda waktu dalam penentuan 1 Syawal.
Berpijak pada metodologi hisab imkan ru’yah kriteria astronomi, Dewan Hisab dan Rukyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam menyatakan bahwa awal Ramadan 1444 Hijriah ditetapkan pada Kamis, 23 Maret 2923, dan 1 Syawal jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2023.
Bagaimana dengan Nahdlatul Ulama? Dalam menentukan awal Ramadan, organisasi keagamaan yang didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926 itu mesti melalui rukyatul hilal yang dilakukan di sejumlah titik pengamatan. Adapun Pemerintah menggunakan keduanya, yakni hisab dan rukyatul hilal.
Baca: Lima Keseruan Ramadan di Era 90-an yang Kini Jarang Ditemukan
Di Indonesia, perbedaan awal Ramadan atau Syawal bukan hanya terjadi kali ini. Tahun lalu juga begitu. Pada Ramadan 2022, Pemerintah dan Nahdlatul Ulama menetapkan awal Ramadan jatuh pada 3 April 2022, sedangkan Muhammadiyah pada 2 April 2022. Kendati begitu, hari idulfitrinya sama, yakni 2 Mei 2022.
Perbedaan seperti itu bukan hal yang baru, karena sudah terjadi sejak Indonesia belum merdeka. Pada tahun 1938, misalnya, diketahui ada dua pihak yang berbeda keputusan dalam menentukan awal Ramadan. Ada yang memulai saum pada Senin, 24 Oktober 1938, sedangkan yang lain memutuskan Selasa, 25 Oktober 1938.
Jauh sebelum itu, seperti ditulis de Graff dalam “Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa”, perbedaan dalam menentukan awal Ramadan menjadi perselisihan antara Sunan Kudus dengan Sunan Kalijaga. Akibatnya, Sunan Kudus memilih meninggalkan Demak. Namun, de Graff menilai ada alasan lain lebih mendalam yang membuat Sunan Kudus bersikap seperti itu.
Di Aceh pun terjadi hal serupa. Pada Abad ke-16, Sultan setempat berselisih paham dengan Tuwan yang merupakan seorang ahli agama. Mereka berbeda pendapat dalam menentukan hari pertama saum di bulan Ramadan.
Sejarah mencatat, di negeri ini perbedaan dalam menentukan hari pertama di bulan Ramadan telah berlangsung sejak berabad-abad silam. Pengalaman panjang itu sejatinya menjadi pijakan kuat untuk lebih dewasa dalam menyikapi setiap perbedaan.
Silakan tonton berbagai video menarik di sini: