Muasal

Raja Galuh di Kala Banjir Nabi Nuh: Tutur Purwaning Jagat

×

Raja Galuh di Kala Banjir Nabi Nuh: Tutur Purwaning Jagat

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Kisah tentang banjir besar yang terjadi pada zaman Nabi Nuh telah difirmankan dalam kitab suci dan dibahas dalam berbagai literatur. Namun, sampai sekarang masih terjadi perdebatan soal waktu dan detail kejadiannya.

Terlepas dari persoalan tersebut, ada satu naskah bernama Purwaning Jagat yang menarik untuk disimak. Selain mengisahkan raja-raja di Tatar Sunda, dalam naskah tersebut juga diceritakan tentang banjir pada zaman Nabi Nuh.

Salam Widuri menuangkan hasil penelitian naskah tersebut dalam tulisannya yang berjudul “Naskah Purwaning Jagat (Kisah Raja-Raja di Tatar Sunda) Analisis Isi dan Fungsi”. Ada banyak hal yang dikupas dalam naskah berbahasa Jawa dan beraksara Pegon itu.

Sebagai warisan leluhur berbentuk tulisan tangan yang di dalamnya terkandung banyak nilai, pengungkapan sebuah naskah penting dilakukan untuk dijadikan pedoman bagi sebuah bangsa dalam menapaki kehidupan saat ini dan nanti.

Mengutip buku Oman Fathurahman berjudul “Filologi Indonesia Teori dan Metode”, Salma menuliskan, naskah merupakan cermin sejarah masa lalu, dan sejarah adalah separuh dari kehidupan setiap bangsa.

Selain memperkaya pengetahuan sosial budaya, mengetahui sejarah raja-raja di masa silam bisa menjadi asupan informasi dalam pengenalan jati diri bangsa. Begitupun dengan membaca naskah Purwaning Jagat yang bisa menjadi salah satu sumber untuk mengetahui leluhur orang Sunda.

Dalam naskah Purwaning Jagat, Ratu Galuh disebut sebagai anak Nabi Nuh yang bernama Bagenda Sadar. Ratu Galuh yang dimaksud bukan nama sebuah kerajaan, tapi gelar seorang raja.

Terkait kisah banjir besar di zaman Nabi Nuh, dalam naskah tersebut diceritakan, ketika terjadi banjir, Raja Galuh mendirikan sebuah gunung yang tingginya mencapai langit, sehingga semua rakyatnya bisa diselamatkan dengan cara naik ke puncak gunung.

Setelah banjir surut, mereka turun dan tiba di suatu tempat bernama Bojonglopang. Namun, mereka malah menyembah gunung tersebut, sehingga membuat malaikat murka dan memanah gunung tersebut. Maka pecahlah gunung itu, dan pecahannya menjadi kabuyutan-kabuyutan.

 

Baca: 7 Kisah Luhung Gunung Galunggung, Galung Agung

 

Salma Widuri menjelaskan, dalam peristiwa tersebut sangat terasa nuansa Islamisasinya. Dalam ajaran Islam, menyembah selain Allah merupakan perbuatan syirik yang tidak boleh dilakukan. Agar kemusyrikan itu tidak berlangsung lama, malaikat menghancurkan gunung yang disembah rakyat Sunda yang dianggap telah menyelamatkan nyawa mereka.

Selain kisah tentang banjir di zaman Nabi Nuh, dalam naskah Purwaning Jagat dituturkan pula tentang runtuhnya Kerajaan Pajajaran dan tersebarnya cucu cicit Prabu Siliwangi ke seluruh daerah bekas kekuasaan Pakuan Pajajaran, khususnya wilayah Priangan.

Kehancuran Pajajaran itu disebabkan adanya kekacauan di dalam negeri yang berlarut-larut. Untuk memastikan penyebab kekacauan itu diperlukan inventarisasi dari berbagai aspek dan metodelogi.

Namun, dalam naskah Purwaning Jagat diceritakan bahwa penyebab bubarnya anak cucu Ratu Sunda dari Pajajaran lantaran Kian Santang. Sepulang dari Makah, Kian Santang menyebarkan agama Islam, sehingga menimbulkan kegoncangan di Pakuan.

Upaya Kian Santang itu ditentang para pembesar kerajaan yang kukuh memegang agama karuhun, dan mengusir Kian Santang untuk keluar dari Pakuan.

Informasi lain yang disampaikan Salma Widuri dari hasil penelitiannya adalah keberadaan naskah Purwaning Jagat yang dianggap sebagai pusaka, sehingga tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.

Sebagai barang keramat yang diwariskan turun-temurun dari satu kuncen ke kuncen lain, naskah Purwaning Jagat tidak bisa dibawa semaunya. Pernah ada seseorang yang membawanya pulang, tapi kemudian ia sakit keras dan baru sembuh setelah naskah tersebut dikembalikan kepada kuncen.

Salma menerangkan, hasil dari pengkajian terhadap isi naskah Purwaning Jagat dapat disimpulkan bahwa naskah tersebut memiliki 39 episode yang saling berkesinambungan. Dari segi isi teks, naskah Purwaning Jagat lahir dari budaya pesantren. Itu  terlihat dari aksara pegon dan isi cerita yang mengandung unsur keagamaan.

 

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

 

error: Content is protected !!