Koropak.co.id – Plang jalan yang berada dekat bekas terminal Cilembang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, ini dipasang di bagian median, sehingga mudah dibaca oleh para pengendara. Tulisannya pun terbaca jelas, karena semuanya menggunakan huruf kapital.
Namun, tidak banyak yang tahu siapa K.H. E.Z. Muttaqien yang ditulis dalam papan nama itu. Orang-orang yang kami tanya secara acak, semuanya geleng kepala saat ditanya siapa sosok pemilik nama tersebut.
Jangankan kaum milenial, mereka yang umurnya sudah lewat setengah abad pun sama. Dari semua orang yang ditanya, jawabannya sama: tidak tahu. Padahal, sosok bernama lengkap Engkin Zaenal Muttaqien itu sarat inspirasi.
Bukan tanpa alasan jika pemerintah daerah mengabadikan namanya di salah satu ruas jalan di Kota Tasikmalaya, tepatnya mulai dari bekas terminal Cilembang sampai simpang lima arah Cikurubuk.
Lantas, siapa sebenarnya sosok yang ditulis dengan nama K.H. E.Z. Muttaqien itu?
Ia adalah putra dari pasangan KH. Abdullah Syiraj dan Siti Mahya, asli urang Tasik, tak jauh dari Gunung Galunggung, tepatnya dari Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya.
Sejak kecil, pria kelahiran 4 Juli 1925 itu dikenal sebagai sosok yang haus ilmu. Setelah menamatkan pendidikan formal di Sekolah Rakyat, melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya hingga mendalami ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lain, seperti Cipasung, Tasikmalaya, dan Gunung Puyuh, Sukabumi.
Ia pun banyak menimba ilmu dari para ulama besar dan pemikir bangsa, seperti M. Natsir, K.H. Ahmad Dahlan, A. Hassan, Anwar Tjokroaminoto dan lain-lain. Tak heran, wawasan keagamaan dan kebangsaannya kian terasah luas.
Pertemuannya dengan orang-orang berpengaruh semakin membuat kecintaannya pada pendidikan dan dakwah kian mengkristal. Ia yang sejak di bangku madrasah tsanawiyah sudah dilatih menjadi guru oleh ayahnya, setelah dewasa tak bisa jauh dari aktivitas ilmu dan keagamaan.
Selain pernah menjadi guru di Sekolah Rakyat dan SMP, dalam perjalanan kariernya pun ia tercatat sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi. Bahkan, sejak 1972 ia dipercaya menjadi rektor Unisba atau Universitas Islam Bandung.
Baca: Lasminingrat, Sosok Pejuang Emansipasi Wanita dari Tanah Garut
Di luar dunia pendidikan formal, keilmuannya dalam bidang agama tak diragukan. Itu di antaranya dibuktikan dengan dipercayanya Kiai Muttaqien menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia.
Ia pun pernah aktif di dunia politik hingga menjadi legislator tingkat daerah dan pusat. Baginya, nilai-nilai Islam harus tertanam dan tumbuh kembang di semua akses kehidupan, termasuk di ranah politik.
Tak heran, Kiai Muttaqien bersuara lantang menolak kebijakan Presiden Soekarno yang ingin memasukkan Partai Komunis Indonesia ke dalam kabinet. Lantaran penentangannya itu, pada 1961, ia dipenjara selama lebih dari empat tahun.
Sebagai penceramah, Kiai Muttaqien sering diundang ke banyak tempat, hingga ke luar pulau untuk menyiarkan ilmu-ilmu agama. Bila dirangkum dalam satu kalimat, sebagian besar hidup Kiai Engkin tidak terlepas dari dakwah.
Dari satu tempat ke tempat lain, dari satu waktu ke lain waktu, hidupnya dicurahkan untuk berdakwah. Bukan hanya dalam ilmu agama, tapi juga dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan pendidikan secara umum.
Tak heran, pada 1982, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta memberinya gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu dakwah. Pemberian gelar itupun tidak terlepas dari kiprahnya membesarkan Unisba. Di masa kepemimpinannya, Unisba berkembang dengan mempunyai sebelas fakultas, hingga memiliki kompleks kampus yang cukup luas di dua tempat di Bandung.
Namun, langkah dakwah Dr. (HC) K.H. E.Z. Muttaqien terhenti setelah dirinya mengalami kecelakaan lalu lintas. Peristiwa itu terjadi ketika ia pulang ceramah di wilayah Ciamis. Ia sempat koma cukup lama, hingga meninggal dunia di Bandung pada 12 April 1985.
Semasa hidupnya, tak hanya dikenal sebagai ulama karismatik, ia juga merupakan tokoh intelektual yang telah melahirkan banyak karya. Selain menjadi bagian penting dari perkembangan Unisba, ia juga telah membuat puluhan karya ilmiah dan aktif menulis artikel di sejumlah surat kabar.
Kini, namanya pun diabadikan menjadi perguruan tinggi di Purwarkata, yakni Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ Muttaqien.
Baca juga: Kartono, Sang Alif dengan Ilmu Kantong Bolong