Video

Gerakan Kiai Asnawi Banten Lawan Belanda, Dituding PKI

×

Gerakan Kiai Asnawi Banten Lawan Belanda, Dituding PKI

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Banten, 15 November 1926. Gerakan protes sosial tak terbendung. Masyarakat geram dan tak mau tinggal diam melihat polah kesewenangan pemerintah kolonial. Saat konvoi serdadu Belanda melewati jembatan Sanggoma, Caringin, Labuan Banten, para pejuang melemparkan granat tangan ke arah serdadu Belanda.

Serangan itu menewaskan lima orang dan belasan lainnya terluka. Serdadu Belanda membalas dengan tembakan, sehingga para pejuang banyak yang gugur dan terluka. Mereka yang syahid dimakamkan massal di pinggir sungai Sanggoma.

Salah satu sosok yang menjadi motor dalam gerakan perlawanan itu adalah K.H. Tubagus Muhammad Asnawi. Lantaran berasal dari Kampung Caringin, Banten, namanya lebih dikenal dengan sebutan Kiai Asnawi Caringin.

Ia tak pernah lelah mengobarkan semangat juang kepada masyarakat, termasuk membentuk Laskar Mujahidin dan mengumpulkan para jawara agar selalu selangkah seperjuangan dalam menghadapi Belanda.

Namun, Pemerintah kolonial pun tidak tinggal diam. Sehari pasca serangan di jembatan Sanggoma, Belanda menerjunkan ratusan serdadunya untuk mengejar dan menangkap para pejuang.

Kiai Asnawi dan anggota keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Jakarta selama setahun, kemudian dipindahkan ke Cianjur. Selama di pengasingan, ia tetap berdakwah kepada masyarakat.

Selain dicap pemberontak, oleh Belanda Kiai Asnawi dituduh sebagai antek PKI. Benarkah?

Dalam laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, dijelaskan siapa sosok Kiai Asnawi Caringin. Pria kelahiran 1850 itu merupakan putra dari pasangan Syekh Abdurrahman dan Ratu Sabi’ah. Orang tuanya itu diketahui keturunan langsung dari Sultan Agung Mataram dan Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Sejak kecil, Asnawi tampak berbeda dengan anak-anak seusianya. Kecerdasannya di atas rata-rata. Ayahnya sangat menyayanginya dan menaruh harapan yang besar agar putranya kelak menjadi seorang pemimpin.

 

Baca: Nahdlatul Ulama dan Isyarat Tongkat dari Kiai Kholil Bangkalan

 

Tak heran, ia dididik sangat ketat dengan mengajarinya ilmu agama dan yang lainnya. Jika Asnawi terlihat malas belajar, ayahnya tak segan memberi hukuman yang terbilang cukup keras, seperti direndam di kolam masjid atau dijemur di atap masjid.

Didikan ayahnya itu menorehkan hasil positif. Pada usia sebelas tahun, Asnawi mampu menghafal Al-Qur’an dan bisa menyerap dengan baik disiplin ilmu lainnya. Untuk memantapkan keilmuannya, Asnawi dikirim ke Makkah.

Saat menimba ilmu di tanah suci, ia mendapat kabar kalau ayahnya meninggal dunia. Dengan berat hati, setelah sekitar enam tahun di sana, ia berpamitan kepada guru dan teman-temannya untuk kembali pulang ke Tanah Air.

Di tanah kelahirannya, Kiai Asnawi tak lantas berdiam diri, tapi berdakwah mengingatkan dan mengajak masyarakat pada kebaikan. Ia melihat banyak masyarakat yang bermaksiat terang-terangan, lantaran minim ilmu dan mudah diprovokasi Belanda untuk melakukan kejahatan, sehingga keadaan menjadi tidak kondusif.

Perjudian, pelacuran, hingga penjarahan dan pembunuhan dilakukan secara terang-terangan. Kiai Asnawi bergerak. Setelah menikah dengan Ratu Halimah, putri seorang pejabat Kabupaten Banten Kulon, ia mendirikan Madrasah Masyarikul Anwar yang dikenal sebagai pesantren ilmu fikih, tasawuf, dan ilmu beladiri.

Selain pesantren yang ada di Kampung Caringin, Kecamatan Labuan itu, peninggalan Kiai Asnawi yang masih ada dan dapat dirasakan manfaatnya sampai sekarang adalah Masjid Agung Caringin.

Febri Jiwandana, mahasiswa UIN Bandung pada 2021 menulis, masjid tersebut dibangun kembali pada 1884, setelah tersapu tsunami besar seiring terjadinya letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883.

Kiai Asnawi membangun kembali masjid tersebut sebagai pusat syiar agama Islam dan menjadi pusat perjuangan rakyat Banten melawan penjajahan Belanda. Hingga kini, kendati Kiai Asnawi telah meninggal dunia pada 1937, masjid dan tapak-tapak perjuangannya masih membekas di bumi pertiwi ini.

 

Baca juga: Diajukan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Profil Kiai Bisri Syansuri

 

error: Content is protected !!