Video

Ce Mamat dan Jejak Pemberontakan Komunis di Banten

×

Ce Mamat dan Jejak Pemberontakan Komunis di Banten

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Nama Ce Mamat mungkin kurang familier di telinga banyak orang. Namun, kisah hidup pria bernama asli Mohamad Mansur itu memiliki jejak tersendiri dalam sejarah perjalanan Banten. Ia memotori pemberontakan di Banten, hingga membuat murka Soekarno-Hatta.

Tak lama setelah Indonesia dinyatakan sebagai negara merdeka, Banten bergejolak. Ce Mamat membuat gerakan dengan membentuk Dewan Rakyat yang menginginkan perubahan. Mereka di antaranya mendesak agar pemerintahan tidak diisi oleh orang-orang lama.

Pada awal kemerdekaan, Banten merupakan satu dari lima keresidenan di Provinsi Jawa Barat, dan dibagi menjadi tiga kabupaten, yakni Serang, Lebak, dan Pandeglang. Adapun empat keresidenan lainnya adalah Jakarta, Priangan, Bogor, dan Cirebon.

Untuk mengisi kekosongan kekuasaan di Banten, Pemerintah Pusat menunjuk Achmad Chatib sebagai residen Banten. Ia lantas menyusun staf pemerintahan keresidenan dan mempertahankan bupati-bupati lama.

Keputusan Achmad Chatib itu ditentang sebagian warga Banten yang menginginkan perubahan. Mereka menolak dipilihnya bupati-bupati lama, karena dinilai masih bagian dari pemerintahan Belanda atau Jepang. Namun, residen tidak menanggapi permintaan tersebut. Pasalnya, dibanding yang baru, orang-orang lama lebih memahami tugas-tugas pemerintahan.

Alasan itu tidak diterima kelompok penentang. Kebencian mereka terhadap orang-orang lama tidak lantas hilang dengan alasan tersebut, bahkan semakin menjadi dengan dibentuknya laskar gulkut atau gulung bukut.

Laskar itu dibentuk ntuk menggulung atau membunuh para pamong praja yang biasa memakai bukut atau penutup kepala. Bukan hanya kepada pamong praja dan polisi, mereka juga membidik orang-orang Jepang dan Eropa untuk dihabisi.

Beberapa priyayi turut ditangkap dan dibunuh. Dua di antaranya adalah wedana Anyer dan asisten wedana Paburuan. Mereka juga bergerak ke Baros, Petir, dan Ciruas untuk mengganggu roda pemerintahan di sana, dan membunuh para pejabatnya.

Tujuan gerakan Ce Mamat dan Dewan Rakyatnya itu cuma satu, yakni mengambil alih kekuasaan. Puncaknya, pada 27 Oktober 1945, sekitar pukul sepuluh pagi, mereka mendatangi kantor keresidenan dan memaksa Achmad Chatib untuk menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Rakyat.

 

Baca: Sejarah Hari Kebangkitan Nasional dan Kelahiran Organisasi Boedi Oetomo

 

Terjebak pada kondisi terdesak, Achmad Chatib memenuhi permintaan Ce Mamat cs. Maka, sejak 28 Oktober 1945 kekuasaan Keresidenan Banten beralih ke tangan Dewan Rakyat. Pada malam harinya, Laskar Gulkut menangkap dan memenjarakan Bupati Serang, Hilman Djajadiningrat.

Selain itu, mereka juga menyerbu Detasemen Polisi Serang, merebut jawatan-jawatan vital, seperti pos, telepon, listrik dan lain-lain. Pemberontakan mereka semakin masif hingga tersiar kabar kalau Banten akan memisahkan diri dari Indonesia.

Kabar itu sampai ke telinga Presiden Soekarno. Pada 9 Desember 1945, Soekarno-Hatta datang langsung ke Banten. Di hadapan ribuan rakyat, mereka menyampaikan kegeramannya pada Dewan Rakyat lantaran tindakan-tindakannya sangat berlebihan.

Mohammad Hatta pun bersikap tegas dengan menyatakan bahwa Dewan Rakyat tidak berguna dan harus dibubarkan. Alih-alih melunak, gerakan Ce Mamat cs kian beringas. Ia menculik serta membunuh bupati Lebak, Hardiwinangoen, dan mayatnya dibuang ke sungai. Beberapa orang-orang sentral di pemerintahan pun ditangkap.

Tapi, lantaran tindakan-tindakannya itu, Dewan Rakyat mulai ditinggalkan para pendukungnya. Keresidenan Banten pun mulai melakukan perlawanan. Achmad Chatib memerintahkan Komandan Tentara Keamanan Rakyat Banten, KH Syam’un, untuk menumpas Dewan Rakyat.

Awal Januari 1946, tepatnya tanggal 8 Januari, tentara menyerang markas besar Dewan Rakyat di Ciomas. Pertempuran pun tak terelakan, dan berlangsung selama lebih dari 24 jam. Setelah melarikan diri ke Lebak dan Bogor, Ce Mamat akhirnya berhasil ditangkap.

Siapa sebenarnya Mohamad Mansur atau Ce Mamat itu? Selain dikenal sebagai jawara, ia juga pernah menjadi sekretaris Partai Komunis Indonesia Cabang Anyer. Setelah pemberontakan komunis terhadap pemerintah kolonial pada 1926 gagal, orang-orang PKI diburu. Ce Mamat melarikan diri ke Malaya lalu bergeser ke Palembang, dan pulang lagi ke Banten pada kisaran 1932.

Di Banten, ia menjadi pengacara yang membela para jawara saat berperkara di pengadilan. Ia pun aktif melakukan gerakan-gerakan sosial. Muaranya, pria yang punya hubungan dengan Tan Malaka itu membentuk Dewan Rakyat.

Ce Mamat mengklaim, Dewan Rakyat merupakan satu-satunya badan yang sejatinya mewakili demokrasi rakyat, sementara yang lain merupakan warisan kolonial. Namun, dengan organ itu pula mereka melakukan pemberontakan dan tak segan melakukan pembunuhan, hingga akhirnya Dewan Rakyat ditumpas Tentara Keamanan Rakyat.

 

Baca juga: 23 Mei 1920, Sejarah Berdirinya Partai Komunis Indonesia

 

error: Content is protected !!