Seni Budaya

Keunikan Tradisi Walima, Peringatan Maulid Nabi di Gorontalo

×

Keunikan Tradisi Walima, Peringatan Maulid Nabi di Gorontalo

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – Di balik cakrawala yang belum mencapai puncak, Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, telah memulai perayaan yang begitu meriah. 

Mereka, sejak pagi, sibuk mengisi momen bersejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga dikenal sebagai walima.

Tradisi walima di Gorontalo telah hadir sejak abad ke-17 saat Islam pertama kali menyentuh tanah Hulondalo. Perayaan ini berawal dengan “dikili,” sebuah tradisi zikir yang dilaksanakan di masjid At-takwa, yang terletak di tengah Desa Bongo.

“Dikili,” dalam bahasa Indonesia, berarti zikir. Dikili digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur dan doa kepada Nabi Muhammad SAW atas kelahirannya. 

Ritual ini dimulai setelah salat Isya, dihentikan selama subuh, dan kemudian dilanjutkan dengan doa hingga jam 9 atau 10 pagi,” jelas Yamin Nusi, Kasie Pemerintahan Kecamatan Batudaai Pantai.

Dalam dikili, selain doa dan pujian kepada Nabi Muhammad, juga disampaikan kisah kelahiran dan kenabian Muhammad SAW. Uniknya, naskah dikili asli tertulis dalam bahasa Arab Pegon, tulisan Arab tanpa harakat, namun dalam bahasa Gorontalo.

Namun, bagi sebagian warga muslim Gorontalo, membaca naskah dikili ini cukup sulit. Selain tidak memiliki harakat, bahasa Arab umumnya tidak memiliki huruf E, O, NG yang ada dalam bahasa Gorontalo. 

Baca: Lantunan Me’eraji dalam Menyambut Isra Miraj Masyarakat Muslim Gorontalo

Oleh karena itu, pelantun dikili biasanya adalah orang tua yang memiliki pengetahuan agama yang kuat. Tidak semua masjid memiliki pembaca dikili, sehingga sebagian diundang dari masjid lain bahkan dari kampung lain.

Selain dikili, warga Desa Bongo juga sibuk menyiapkan walima di tempat yang disebut tolangga, yang merupakan keranda tempat kue-kue tradisional ditempatkan. 

Namun, walima tidak hanya tentang makanan tradisional. Beberapa tambahan modern seperti kopi sachet, makanan ringan kemasan, mie instan, dan lainnya juga ikut menyemarakkan perayaan. Beberapa tolangga bahkan menambahkan brudeli, kue panggang berbentuk lingkaran dengan lubang di tengahnya.

Tolangga yang sudah disiapkan diarak dari rumah-rumah warga menuju masjid, tempat prosesi dikili berlangsung. Ini adalah momen penting dalam doa syukur warga atas lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang telah berlangsung 14 abad yang lalu.

Desa Bongo telah menjadi pusat wisata religi di Gorontalo, dengan Festival Walima sebagai salah satu even pariwisata. Acara ini mencakup arakan tolangga ke masjid, yang merupakan momen penting yang harus diabadikan oleh pengunjung setiap tahun.

Walima di Desa Bongo bukan hanya peringatan religius, tetapi juga perayaan budaya yang unik dan kaya makna. 

Baca juga: Festival Seni Budaya Jaton ke-XVI Dongkrak Ekonomi Gorontalo

error: Content is protected !!