Koropak.co.id – Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berziarah ke makam almarhum almagfurlah KH. Zainal Mustafa (KHZ) Sukamanah, Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (31/3/2108).
Seusai berziarah, Kang Dedi yang merupakan kader NU, didampingi ketua DPD Partai Golkar, H. Erry P, Ketua PC NU Kabupaten Tasikmalaya, KH. Atam Rustam menyebutkan, spirit yang dibangun KHZ wajib diteladani. Selain mengandung nilai-nilai tauhid yang tinggi juga menjadi nilai teladan kebangsaan.
“KHZ telah mengajarkan kita agar tetap menegakkan kepala di hadapan bangsa lain. Dalam arti tidak tunduk di bawah kekuatan atau kekuasaan negara lain. Ini teladan bagi generasi saat ini,” kata Dedi.
Dari catatan sejarah kata dia, KHZ sangat getol menyuarakan perlawanan terhadap penjajah baik Belanda maupun Jepang. Dia tidak segan menyulut semangat perlawanan umat melalui khotbah-khotbah sebelum shalat Jum’at.
Atas langkah-langkahnya itu, KHZ dkerap menerima intimidasi dari penjajah maupun pribumi yang pro penjajah.
Saat periode penjajahan Jepang, bersama Kiai Ruhiat dari Pesantren Cipasung, KHZ menolak melakukan Seikerei. Istilah terakhir ini memiliki arti sikap hormat kepada Dewa Matahari dengan cara membungkukan badan ke arah matahari terbit.
Tak ayal penolakan ini membuat murka penjajah Jepang kepadanya. Dia dipanggil oleh pihak penjajah namun menolak dengan tegas. Keributan akhirnya pecah antara para santri Pesantren Sukamanah dengan tentara Jepang pada 25 Februari 1944.
Menurut Dedi Mulyadi, heroisme yang dikobarkan oleh KHZ tidak boleh hilang ditelan zaman. Untuk itu, ia mengusulkan agar dibangun Museum Digital untuk mengenang perjuangan sang kiai membela tanah air.
“Namanya Diorama Kiai Haji Zainal Mustafa. Fungsinya, bisa untuk wisata religi. Masyarakat bisa mempelajari setiap fase perjuangan yang sudah KHZ lakukan. Beliau berjuang untuk orang Tasikmalaya, untuk orang Jawa Barat, juga untuk Indonesia,” tutur Dedi.
Ketua PC NU Kabupaten Tasikmalaya, KH Atam Rustam mengatakan, karakter kiai kampung masa lalu dan masa kini memang selalu menjunjung tinggi nilai kebangsaan.
“Benar kata Kang Dedi. Ada nilai kebangsaan yang disyi’arkan oleh kiai kampung masa lalu bahkan sampai hari ini. Jadi memang harus diteladani,” ujarnya.*