Koropak.co.id – Sumatera, pulau yang menyimpan keberagaman luar biasa, menjulang sebagai salah satu dari lima pulau terbesar di Indonesia. Di dalamnya, Provinsi Aceh memancarkan kekayaan tradisi dan kebudayaan yang telah mengukir sejarahnya.
Buku “Yuk, Mengenal Rumah Tradisional Sumatera” karya Wilujeng Dwi Windhiari membuka tirai ciri khas rumah adat di pulau ini, khususnya Rumah Adat Provinsi Aceh yang dikenal dengan sebutan Krong Bade.
Rumah Krong Bade, atau yang lebih dikenal sebagai Rumoh Aceh, merajut keberadaannya dalam harmoni dengan alam Sumatera. Memanjang dari timur ke barat, bangunan berbentuk persegi panjang ini membangun ketinggian 2,5-3 meter dari tanah.
Tiang-tiang penyangganya, kokoh berdiri, membentuk panggung yang mengangkat rumah dari permukaan tanah. Kayu menjadi materi utama bagi tiang dan papan-papan yang membentuk dinding dan lantai. Alasnya, selembaran bambu atau trieng, dan atapnya, indah teranyam dari rumbia atau daun enau.
Keunikan Rumah Krong Bade juga terpancar dalam penggunaan Taloe meu-ikat, rotan, Ijuk, dan kulit pohon waru sebagai perekat antarbagian bangunan. Sebuah tangga dengan jumlah anak tangga ganjil melambung menuju pintu rumah, memberikan keanggunan tersendiri.
Dalam rumah ini, setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing. Seuramoe keue, ruang depan, berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan santai bersama keluarga.
Baca: Menelusuri Sejarah Masjid Raya Baiturrahman: Simbol Agung Perjuangan Aceh
Seuramoe teungoh, atau rumah inong, menjadi ruangan inti yang hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga tertentu. Bagian ini sering dipakai untuk pernikahan atau upacara pemakaman. Di sini, ketinggian ruangan dibuat lebih tinggi, menandakan keistimewaan dan fungsi tertentu.
Seurameo likot, ruang belakang, menjadi dapur, ruang makan, dan tempat berkumpul bersama keluarga. Bagian bawah rumah panggung dijadikan tempat penyimpanan hasil panen dan terkadang difungsikan sebagai tempat menenun kain khas Aceh.
Tidak hanya dalam fungsi, Rumoh Aceh juga memiliki lambang kekayaan pemilik rumah melalui dekorasi dan hiasan. Relung-relung seperti renda mempercantik dinding-dinding rumah, menciptakan suasana elegan yang dipenuhi keindahan tradisional.
Semua bahan baku diambil dari kayu-kayu alam, menunjukkan kebijaksanaan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Pembangunan Rumoh Aceh diawali dengan rapat keluarga yang dipimpin tetua adat, menandakan kerjasama dan persatuan keluarga dalam menjaga keutuhan tradisi.
Rumoh Aceh, dengan segala keunikan dan keberagamannya, terus berdiri kokoh sebagai saksi bisu sejarah dan keseimbangan harmonis antara manusia dan alam.
Baca juga: Sejarah dan Keunikan Museum Tsunami Aceh: Mengenang Tragedi dan Kearifan Arsitektur Tradisional