Koropak.co.id – Astana Gede Kawali, berlokasi di Desa Indarayasa, Kawali Ciamis, menyimpan banyak sekali peninggalan kerajaan sunda yang diperkirakan sudah berumur ribuan tahun. Hal itu dibuktikan dengan adanya jenis prasasti yang ada.
Bilamana dilihat dari peta kepulauan Indonesia, pada awal kemerdekaan, kita masih bisa melihat nama-nama pulau dengan nama Sunda besar, Sunda kecil, laut Sunda, dan Selat Sunda. Hal tersebut menguatkan bukti bahwa kerajaan sunda pernah ada, dan di Kawali inilah, tempat kerajaan Sunda itu bermula. Didukung pula dengan riwayat sejarah yang secara turun temurun telah berkembang di masyarakat.
Di Astana Gede, terdapat kolam yang airnya tidak pernah kering walau musim kemarau. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kolam itu berisi air suci yang dipakai bersuci ketika para Raja dan permaisuri hendak melakukan sebuah ritual.
Adapula prasasti yang disebut Batu Pangenteungan. Pengertian yang berkembang di masyarakat sekitar, batu itu dipakai untuk berkaca atau bersolek. Saat dicoba, ternyata memang benar wajah kita terlihat pada batu berbentuk segitiga tersebut karena di didalamnya terdapat air yang tidak pernah kering.
Jika dilihat dari silsilah kerajaan Sunda yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, kerajaan sunda sudah ada sejak sebelum masehi. Pada zaman Kerajaan Sunda Pajajaran, Prabu Siliwangi. mulai terbukti eksistensinya dengan adanya Prabu Kiansantang dan Larasantang. Keberadaannya diperjelas dengan banyaknya penemuan prasasti yang diperkirakan berusia ribuan tahun. Termasuk di antaranya Batu Panyandungan, Batu Tapak, dan Batu Panyandaan, yang tertuliskan petuah-petuah hidup dalam tulisan sunda buhun.
Antara keaslian dan keasrian penataan lingkungan yang aman dan nyaman, Astana Gede siap dikunjungi oleh para turis lokal maupun mancanegara. Didukung dengan keramahan penduduk sekitar yang sangat welcome kepada semua turis yang datang.
Seperti halnya kunjungan mahasiswa dari beberapa negara ke Astana Gede Kawali pada Rabu (4/4/2018) kemarin. Kunjungan mahasiswa mancanegara tersebut dalam rangka seminar tentang Kegaluhan yang diprakarsai Universitas Galuh Ciamis.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Badan Bahasa, Balai Bahasa Bandung, Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Bali, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), serta perwakilan rektor dari 20 universitas ternama di dalam dan luar negeri.*