Memoar

Mengenang S. Tidjab: Maestro Karya Seni Indonesia

×

Mengenang S. Tidjab: Maestro Karya Seni Indonesia

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – S. Tidjab (14 Mei 1946 – 1 Maret 2019) merangkai kisah-kisah yang menghiasi jagad seni Indonesia dengan kepiawaian pena dan imaginasi yang melampaui batas-batas waktu. 

Sebagai seorang penulis sandiwara radio, cerita, dan skenario film serta sinetron asal Indonesia, ia menorehkan namanya dalam lembaran sejarah seni pertunjukan tanah air.

Di era keemasan tahun 1980-an, karya-karyanya menemukan jalan menuju hati pendengar melalui gelombang-gelombang radio yang menyampaikan cerita-cerita megah seperti “Tutur Tinular”, “Mahkota Mayangkara”, “Kaca Benggala”, dan “Kidung Keramat”. 

Dialog-dialog yang disusun dengan sempurna oleh Tidjab, menjadi jembatan yang mengantarkan pendengar masuk ke dalam dunia zaman sandiwara radio, merasakan setiap nuansa dan detail dari cerita yang disampaikan.

Namun, bakatnya tidak terbatas pada panggung radio saja. Ia juga menyulam kisah-kisah epik dalam dunia perfilman Indonesia. 

Melalui karya-karya seperti “Tutur Tinular: Pedang Naga Puspa” (1989), “Tutur Tinular II: Naga Puspa Kresna” (1991), dan “Tutur Tinular III: Pendekar Syair Berdarah” (1992), Tidjab melahirkan narasi-narasi yang memukau dan menghidupkan kembali legenda-legenda masa lampau.

Baca: Didi Sahruwijaya: Maestro Kendang Kuningan yang Go Internasional

Kehadirannya juga terasa kuat dalam jagad sinetron Indonesia melalui karya-karya seperti “Mahkota Mayangkara” yang disiarkan di TPI, dan “Mahkota Majapahit” yang ditayangkan di RCTI. 

Dengan tiap jalinan kata, Tidjab menggambarkan kehidupan yang penuh warna dan dramatis, menghipnotis jutaan penonton di depan layar kaca.

Tidak hanya sebagai seorang pengarang dan penulis, Tidjab juga menunjukkan bakatnya dalam peran akting, mewarnai layar lebar dengan kontribusi di film seperti “Tanah Gersang” (1971). Karya-karya Tidjab tak hanya berdiam di panggung seni belaka. 

Ia melebarkan sayap kreatifnya ke ranah sastra dengan menerbitkan novel-novel seperti “Tutur Tinular: Pelangi di Atas Kurawan” (2001) dan “Pelangi di Atas Gelagah Wangi: Drama Cinta di Senja Kala Majapahit” (2008), yang mengukir jejaknya dalam dunia literasi Indonesia.

Namun, pada 1 Maret 2019, dunia seni Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. S. Tidjab meninggalkan jagat fana ini di Rumah Sakit Sentra Medika Cisalak, Depok, Jawa Barat, pada usia 72 tahun, setelah berjuang melawan penyakit kanker rektum yang menyerangnya. 

Akan tetapi, warisannya akan tetap bersinar dalam karya-karya abadinya. Ia dipanggil untuk bersama-sama berkumpul dengan para legenda yang telah mendahuluinya, di TPU Tapos Depok, pada 2 Maret 2019.

Baca juga: Kiprah Abdullah Wasi’an dalam Dialog Antaragama

error: Content is protected !!