Koropak.co.id – Stasiun bukan semata tempat untuk pemberhentian dan pemberangkatan kereta api, tetapi juga menjadi saksi bisu pertemuan dan perpisahan manusia. Di setiap peran stasiun, tersimpan kenangan dan sejarah yang masih menggema hingga saat ini.
Stasiun Jakarta Kota, yang lebih dikenal dengan nama Stasiun Beos, adalah salah satu dari sekian banyak stasiun tua yang memikat hati dengan arsitektur megahnya yang kental akan sentuhan Belanda.
Dari sini, perjalanan dengan kereta api hingga ke Bogor masih menyimpan daya tarik tersendiri, terutama bagi para pengagum arsitektur klasik stasiun.
“Stasiun ini dibangun sekitar tahun 1870, menjadi pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Batavia dengan kota-kota lain seperti Bekasi, Bogor, Bandung, dan Karawang,” ungkap Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Taufik Azhar.
Meskipun telah berubah dengan berjalannya waktu, Stasiun Beos tetap menjadi pusat kegiatan pemberhentian dan pemberangkatan kereta api, baik untuk perjalanan lokal maupun jarak jauh di Pulau Jawa.
Baca: Sejarah Panjang Stasiun Kereta Api Tertua di Yogyakarta
Kini, statusnya sebagai bangunan cagar budaya dan obyek wisata sejarah semakin menegaskan peran pentingnya dalam mengabadikan sejarah.
Bangunan bergaya art deco yang dirancang oleh Frans Johan Louwrens Ghijsels ini memperlihatkan keindahan dalam kesederhanaan, dengan rangka atap berbentuk kupu-kupu dan dinding coklat bertekstur kasar yang memberikan nuansa yang begitu khas.
Ruang-ruang di dalam Stasiun Beos kini digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari kantor hingga tempat penjualan tiket, menciptakan kesibukan yang tak pernah padam di setiap sudutnya.
Suara deru mesin kereta dan canda tawa ribuan orang mungkin menjadi gambaran hidup di masa lalu di stasiun ini, mengingatkan kita pada cerita masa lalu yang masih tersimpan di balik dinding-dindingnya.
Baca juga: Mengulik Sejarah Stasiun Jakarta Kota, Awalnya Bernama Beos