Koropak.co.id – Pertanyaan tentang siapa manusia pertama yang datang ke Indonesia menjadi sorotan yang tak pernah pudar bagi sebagian orang Indonesia. Keberagaman suku bangsa dan ras di Indonesia menimbulkan minat yang tinggi untuk mengetahui asal-usul manusia di wilayah ini.
Salah satu teori awal yang dikenal berasal dari anggota sekolah sejarah Gottingen pada tahun 1870-an, meskipun dianggap usang oleh banyak orang, masih mempengaruhi pandangan masyarakat Indonesia tentang dua ras pribumi, yaitu Mongoloid dan Melanosoid.
Sebelum berbagai suku bangsa bermukim di Indonesia, wilayah ini telah dijelajahi oleh berbagai jenis manusia purba. Salah satunya adalah Manusia Solo (Homo erectus soloensis), yang ditemukan pertama kali oleh Eugene Dubois, seorang paleoantropolog Belanda.
Fosil manusia purba ini ditemukan di situs Trinil sepanjang Bengawan Solo, dan diberi nama hipotetis Pithecanthropus erectus. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa Manusia Solo memiliki ciri fisik yang menonjol, termasuk ukuran otak yang besar yang mempengaruhi daya pikir mereka.
Baca: Mengenal Kehidupan Manusia Pertama di Nusantara
Kebudayaan Ngandong menjadi ciri khas dari Manusia Solo, dengan penggunaan alat-alat dari tulang binatang, duri ikan pari, dan batu-batuan serpih yang diolah menjadi alat-alat sehari-hari. Mereka mengembangkan keahlian dalam pembuatan kapak, belati, dan tombak, serta diperkirakan sudah mengenal seni.
Meskipun kesan pertama tentang Manusia Solo adalah kemajuan kebudayaan mereka, penelitian juga menunjukkan tanda-tanda cedera serius pada tengkorak Manusia Solo, yang diinterpretasikan sebagai tanda-tanda kanibalisme atau pemburuan kepala ritual. Namun, ada juga argumen bahwa cedera tersebut mungkin terkait dengan bencana alam atau kerusakan selama penggalian.
Bukti-bukti sejarah dan penelitian arkeologi menyoroti perkembangan pemikiran dan emosi manusia purba, termasuk keyakinan akan adanya sesuatu yang lebih besar dari diri mereka, yang sering kali diinterpretasikan sebagai kepercayaan pada Tuhan.
Meskipun Manusia Solo diperkirakan punah pada Zaman Pleistosen, penyebab kepunahannya masih menjadi misteri bagi para peneliti hingga saat ini.
Baca juga: Mengintip Cara Hidup Manusia Purba di Nusantara