Actadiurna

Meriahnya Perang Air Tradisional Bajong Banyu di Magelang

×

Meriahnya Perang Air Tradisional Bajong Banyu di Magelang

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – Masyarakat Dusun Dawung, Desa Banjanego, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, merayakan bulan suci Ramadan dengan tradisi unik yang disebut “Bajong Banyu” atau perang air.

Menurut laporan dari Tribun Jogja, prosesi Bajong Banyu berlangsung pada Minggu (3/3/2024), meskipun hujan turun dengan deras. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat warga untuk ikut serta dalam tradisi yang digelar dengan khidmat.

Ritual dimulai dengan kirab pengambilan air di sumber mata air Tuk Dawung oleh puluhan warga, tokoh masyarakat, dan perangkat desa setempat. Tuk Dawung dikenal sebagai sumber air penting bagi warga Dawung dan sekitarnya, digunakan untuk pertanian, kebutuhan minum, dan keperluan lainnya.

Gepeng Nugroho, seorang seniman dari Dusun Dawung, menjelaskan bahwa kirab tersebut dilakukan dengan mengenakan busana adat Jawa. “Para peserta membawa kendi untuk mengambil air, sementara yang lain membawa sesaji dan tumpeng,” jelasnya sebagaimana dilansir dari laman GNFI.

Prosesi diiringi oleh alunan musik gamelan dan tarian tradisional. Setibanya di lokasi sumber air, para sesepuh dusun memimpin doa sambil mengisi air ke dalam kendi-kendi. Kemudian, air tersebut dibawa kembali menuju lapangan dusun.

Baca: Gebyur Bustaman: Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Kota Semarang

Air yang dikumpulkan kemudian dituangkan ke dalam gentong tanah dan disakralkan melalui doa keselamatan yang dipimpin oleh sesepuh desa, diikuti oleh seluruh warga. Gepeng menegaskan bahwa prosesi Bajong Banyu tetap sama setiap tahunnya.

Tradisi ini, selain sebagai ritual penyucian diri menjelang Ramadan, juga memiliki makna filosofis dalam menjaga sumber air di dusun tersebut. Mata air di Sendang Kedawung, sejak dulu, tidak pernah kering, bahkan saat musim kemarau.

“Ritual ini mengingatkan pentingnya menjaga sumber mata air sebagai sumber kehidupan bagi warga Dusun Kedawung. Tradisi ini tidak hanya menjadi tontonan bagi warga setempat, tetapi juga menarik perhatian dari desa lain di Kecamatan Mertoyudan, seperti yang diungkapkan oleh Candra dari Dusun Sekaran,” tambahnya.

Meskipun hujan turun dengan deras, semangat kebersamaan dalam menjaga tradisi dan keakraban masyarakat tetap terasa. Diharapkan, tradisi Bajong Banyu ini terus dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian dari kekayaan budaya dan solidaritas masyarakat.

Baca juga: Pacu Itik: Tradisi Berusia 90 Tahun yang Terus Berkembang di Indonesia

error: Content is protected !!