Muasal

Peran Ridzie-Kan dalam Pemerintahan Jepang di Banjarmasin

×

Peran Ridzie-Kan dalam Pemerintahan Jepang di Banjarmasin

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – Pada tanggal 18 Maret 1942, langit di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi saksi pelantikan seorang pemimpin yang akan mengubah arah sejarah wilayah itu. 

Pangeran Musa Ardi Kesuma, dengan penuh kebanggaan dan tanggung jawab, menerima gelar ridzie, atau gubernur kecil, dari maklumat Kepala Bala Tentara Dai Nipon.

Sebagai seorang ridzie, Pangeran Musa memiliki otoritas yang luas, mengendalikan Pemerintah Sipil di daerah-daerah Banjarmasin, Hulu Sungai, dan Kapuas-Barito. 

Dia memegang kendali penuh dalam menunjuk pemimpin baru di Jawatan, mengangkat dan memberhentikan pegawai, serta memiliki wewenang lainnya yang memengaruhi kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.

Ketika Jepang mengambil alih kekuasaan, paradigma kepemimpinan diubah. Para Kiai yang sebelumnya menjabat sebagai kepala distrik diangkat kembali, namun dengan gelar yang berbeda: Gubernur Kecil atau Ridzie-Kan. 

Baca: Invasi Sumatra: Jejak Perang Pasifik di Asia Tenggara

Pada sebuah jamuan makan malam pada 24 Februari 1942, Jepang secara resmi mengumumkan perubahan ini, menegaskan bahwa mereka bukan lagi Kiai seperti pada masa Hindia Belanda, melainkan Gubernur Kecil atau Ridzie-Kan.

Pangeran Musa tidak berjalan sendirian dalam tugasnya. Ia didampingi oleh dr. Sosodoro Djatikoesoemo sebagai wakil ridzie, sementara dr. Roesbandi menjabat sebagai wakil ketua Gemeente Banjarmasin. 

Kantor Pemerintahan Sipil berlokasi di bekas kantor Gubernur Haga, yang merupakan simbol perubahan signifikan dalam administrasi setempat.

Sebelum masa kepemimpinannya sebagai ridzie, Pangeran Musa Ardi Kesuma telah menjadi bagian dari Pimpinan Pemerintah Sipil (PPC), suatu badan pemerintahan sementara yang dibentuk sebelum kedatangan Tentara Jepang. 

Dalam masa transisi menuju kedaulatan baru, Pangeran Musa dan rekan-rekannya bekerja keras untuk mempersiapkan wilayahnya menghadapi perubahan yang mendatang.

Baca juga: Pangeran Antasari dan Semboyan Juangnya dalam Perang Banjar

error: Content is protected !!