Video

Transformasi Andong, Dari Simbol Bangsawan Jadi Warisan Budaya

×

Transformasi Andong, Dari Simbol Bangsawan Jadi Warisan Budaya

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Andong, sebuah alat transportasi tradisional yang sangat dikenal, masih dapat ditemui di beberapa daerah di Jogjakarta. Meskipun namanya berbeda-beda, fungsi andong telah mengalami perubahan seiring waktu.

Selain digunakan sebagai alat transportasi untuk turisme dan pedagang pasar, andong juga menjadi bagian dari kegiatan kesenian serta dijadikan aksesori untuk rumah dan hotel.

Dahulu, kusir andong merupakan simbol status sosial seorang priayi Jawa yang terhormat dan berkecukupan, khususnya di Jogjakarta, di mana mereka dikenal sebagai priogung atau orang besar karena kekayaan mereka.

Awalnya, andong bukanlah kereta kuda beroda empat seperti yang kita kenal sekarang, melainkan lebih pendek dan beroda dua.

 

Baca: Menapaki Perjalanan Panjang Andong dan Keberadaannya Kini

 

Di Jogjakarta, keberadaan andong dimulai sejak berdirinya Keraton Jogjakarta Hadiningrat, dan kemudian digunakan sebagai kendaraan pribadi oleh para raja Mataram Islam pada awal abad ke-19 hingga abad ke-20.

Andong menjadi salah satu penanda status sosial priyayi keraton, dan pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono 7, hanya rakyat biasa yang tidak diperkenankan menggunakan andong.

Masyarakat umum hanya diizinkan menggunakan gerobak sapi atau dokar. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono 8, penggunaan andong sudah mulai dibuka untuk masyarakat umum, meskipun masih terbatas.

Pada perkembangannya, andong semakin terdesak oleh kemajuan angkutan modern seperti bis kota dan taksi, yang membuat usaha para priyayi sulit dipertahankan karena biaya perawatan yang relatif mahal.

 

Baca juga: Menguak Sejarah Kedaton Ambarrukmo di Yogyakarta

 

error: Content is protected !!