Koropak.co.id – Dalam perjalanan sejarahnya, Republik Indonesia telah dipimpin oleh sejumlah tokoh presiden yang meninggalkan jejak dalam berbagai bidang.
Salah satunya adalah Soeharto, dikenal sebagai Smiling General dan Bapak Pembangunan. Sebelum menjabat sebagai presiden, Soeharto memiliki latar belakang militer yang kuat selama masa pendudukan Jepang dan Belanda.
Soeharto resmi menjabat sebagai presiden kedua Republik Indonesia pada 27 Maret 1968, setelah sebelumnya menempati posisi Ketua Presidium Kabinet Ampera.
Namun, perjalanannya menuju kursi presiden tidaklah mudah, dengan berbagai dinamika politik yang mempengaruhi langkahnya. Pada 23 Maret 1946, beberapa tokoh terkemuka termasuk Tan Malaka dan Sukarni ditangkap atas dugaan akan menculik Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Kemudian, pada 27 Maret 1946, Perdana Menteri Sjahrir dan anggota kabinetnya diculik oleh pihak tak dikenal, yang kemudian diketahui sebagai aksi yang direncanakan oleh Walikota Jenderal RP Sudarsono.
Presiden Soeharto tidak hanya diakui atas prestasinya dalam pembangunan ekonomi, tetapi juga atas perannya dalam membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah pecahnya peristiwa G30S pada tahun 1965.
Melalui Supersemar, Soeharto mengambil alih kepemimpinan dari Presiden Sukarno dan memulai masa jabatan presidennya yang berlangsung selama 32 tahun.
Baca: Peristiwa 26 Maret 1968: Awal Era Soeharto
Dengan latar belakang dari seorang petani, Soeharto berhasil mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan, mengawali karirnya dari pangkat sersan hingga menjadi presiden.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh besar dalam korps angkatan bersenjata, terlibat dalam berbagai peristiwa penting, seperti pembubaran PKI dan serangan umum 1 Maret 1949.
Pembubaran PKI oleh Soeharto menjadi salah satu langkah penting dalam mengatasi kekacauan politik yang terjadi setelah peristiwa G30S.
Dengan dukungan dari MPRS, Soeharto akhirnya ditetapkan sebagai pejabat presiden pada tahun 1967, sebelum kemudian secara resmi menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS pada 27 Maret 1968.
Meskipun menimbulkan pro dan kontra, masa kepemimpinan Soeharto dianggap sebagai salah satu periode pembangunan ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.
Dengan berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan, Soeharto berhasil membawa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, meskipun juga meninggalkan sejumlah kontroversi dan kritik terhadap rezim otoriter yang dibangunnya.
Baca juga: 57 Tahun Lalu: Soeharto Dilantik sebagai Presiden