Koropak.co.id – Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto, yang lebih dikenal sebagai H.O.S. Tjokroaminoto, lahir pada tanggal 16 Agustus 1882, di Ponorogo, dan meninggal pada tanggal 17 Desember 1934. Dia merupakan seorang nasionalis Indonesia yang memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu peran terpentingnya adalah sebagai pemimpin Sarekat Dagang Islam yang kemudian berkembang menjadi Sarekat Islam, sebuah organisasi yang berperan besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Kehidupan pribadi Tjokroaminoto tercermin dari latar belakang keluarganya. Dia adalah anak kedua dari 12 bersaudara dan berasal dari keluarga yang memiliki hubungan erat dengan lingkungan pemerintahan pada masa itu.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Tjokroaminoto melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja Opleiding School voor Inlandsche Ambtrnaren (OSVIA) di Magelang. Setelah lulus, dia bekerja sebagai juru tulis di Ngawi sebelum kemudian pindah dan menetap di Surabaya pada tahun 1906.
Peran utamanya dalam Sarekat Islam membawa pengaruh besar dalam perjuangan politik dan sosial di Indonesia pada masanya. Dia memimpin organisasi ini dengan visi untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan melawan penjajahan.
Baca: Keberanian Pangeran Diponegoro: Mengguncang Kekuasaan Belanda
Sarekat Islam di bawah kepemimpinannya tumbuh menjadi kekuatan politik yang signifikan, dengan keanggotaannya yang mencapai jutaan orang. Namun, perjalanan Tjokroaminoto dalam perjuangan kemerdekaan tidaklah mudah.
Dia sering berhadapan dengan tantangan internal dan eksternal, termasuk pertentangan dengan faksi-faksi internal seperti faksi Marxis/Leninis yang dipimpin oleh Semaun. Meskipun demikian, dedikasinya terhadap perjuangan kemerdekaan tetap kuat.
Tjokroaminoto juga aktif dalam upaya pembentukan partai politik yang mewakili kepentingan Islam, seperti Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Namun, perpecahan dan konflik internal menghambat kemajuan partai tersebut.
Wafatnya Tjokroaminoto pada tahun 1934 menandai akhir dari kehidupan seorang tokoh besar dalam sejarah Indonesia. Namun, warisannya tetap hidup melalui para murid dan pengikutnya, termasuk Soekarno, yang terinspirasi oleh ajarannya dalam perjuangan kemerdekaan.
Meskipun ada konflik antara para muridnya setelah kematiannya, seperti yang terjadi dalam Pemberontakan Madiun 1948, warisan pemikiran dan perjuangannya tetap menjadi bagian integral dari sejarah Indonesia yang modern.
Baca juga: Nurtanio Pringgoadisuryo: Perintis Industri Penerbangan Indonesia