Koropak.co.id – Bulan Syawal tidak sekadar momen saling bersilaturahmi dan memaafkan di Magelang, tetapi juga menjadi saat untuk mengenang cerita-cerita masa lalu yang kaya akan sejarah.
Tradisi unik yang dikenal sebagai Syawalan Gunung rutin diselenggarakan sejak tahun 2003 di Dusun Brigasan, Desa Pasangsari, Kecamatan Windusari, Magelang.
Dalam acara ini, masyarakat dari enam dusun yakni Wonolelo, Dimik, Karang Slamet Lor dan Kidul, Congkrang, serta Brigasari turut serta dalam gotong royong selama dua hari penuh.
Acara Syawalan Gunung tidak hanya berlangsung sebagai ritual ziarah, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkaya wawasan sejarah bagi para pengunjung.
Edi Masruri, panitia Syawalan Gunung, menjelaskan bahwa tradisi ini bermula dari sebuah mimpi seorang tokoh agama, Mbah Misbahul Munir.
Dalam mimpi tersebut, petunjuk untuk merawat makam leluhur yang terletak di puncak gunung diberikan. Makam tersebut konon menjadi tempat peristirahatan terakhir tokoh keluarga keraton yang pernah disingkirkan oleh Belanda.
Baca: Memahami Makna Tradisi Syawalan di Klaten
“Setelah makam itu dirawat dan dibersihkan, banyak peziarah yang datang, dan keberadaan babi hutan yang sebelumnya merusak ladang warga pun berkurang secara drastis,” ujar Edi.
Hal ini membuat ladang-ladang warga menjadi lebih aman dari gangguan hewan-hewan liar. Pengakuan Syawalan Gunung sebagai bagian dari Warisan Budaya Tak Benda oleh masyarakat setempat juga mendapat dukungan dari tokoh agama seperti KH Zainal Abidin.
“Saya berharap agar tempat ini dapat menjadi destinasi wisata religi yang meningkatkan perekonomian warga sekitar,” harapnya.
Camat Windusari, Syiha Bidin Ashodiqi, juga menambahkan harapannya bahwa Syawalan Gunung dapat menjadi tujuan wisata yang menarik berkat pemandangan alamnya yang memukau. “Sekarang sudah tidak ada lagi hewan liar di sini, karena sudah dibuka dan sering dikunjungi untuk berziarah,” ujarnya.
Tradisi Syawalan Gunung di Magelang tidak hanya menjaga warisan budaya lokal, tetapi juga memberikan dampak positif dalam pengembangan pariwisata religi dan ekonomi masyarakat setempat.