Koropak.co.id – George Rudolf Willems Sinsoe (12 November 1912 – 9 Juli 1974), atau lebih dikenal dengan nama Tjok Sinsoe, adalah seorang penata musik dan pemain jazz terkenal asal Indonesia pada era 1940-an. Ia merupakan paman dari kakak beradik musisi jazz terkenal, Ireng dan Kiboud Maulana.
Tjok Sinsoe menyelesaikan pendidikan di AMS (setingkat SMA) hingga kelas II pada tahun 1932. Bakat musiknya diwarisi dari ibunya, yang mahir bermain biola, mandolin, serta pandai menyanyi. Tjok awalnya tertarik pada instrumen biola, terinspirasi oleh permainan biola Joe Fenaty dalam film King of Jazz.
Ia juga pandai memainkan gitar, yang dipelajarinya dari sang ibu. Sebelum Perang Dunia II, ia dan keluarganya pindah ke Jawa dan menetap di Banyuwangi, sebelum akhirnya hijrah ke Jakarta sebelum zaman pendudukan Jepang.
Pada tahun 1935, Tjok mendapatkan kontrak untuk bermain musik di Singapura dan berkeliling Semenanjung Malaka. Tahun 1937, ia gagal memasuki Hong Kong karena pendudukan Jepang di China. Di Jakarta, Tjok mendirikan orkes Hawaiian Syncopeters, salah satu dari lima orkes Hawaiian terbesar di dunia.
Pada masa pendudukan Jepang, ia bermain dalam Orkes Symphoni Hosho Kyoku, di mana ia menciptakan karya-karya terkenal seperti “Surya Wisesa” dan “Embun”. Karier Tjok dalam menata musik film dimulai sejak Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail.
Karyanya untuk Harimau Tjampa (1954) memenangkan hadiah dari Festival Film Asia di Singapura pada tahun 1955. Pada 1950-an, ia tampil di Hotel Des Indes, Jakarta, bersama Nick Mamahit (piano) dan Bart Risakotta (drum) dalam format Jazz Trio.
Saat Taman Ismail Marzuki dibuka pada tahun 1968, Tjok menyelenggarakan pertunjukan musik dalam bentuk Big Band, yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali.
Baca: Mengenang S. Tidjab: Maestro Karya Seni Indonesia
Pada “Expo 1970” di Osaka, Jepang, ia bergabung dengan Indonesia VI pimpinan Mus Mualim, bersama musisi-musisi lain seperti Sadikin Zuchra, Idris Sardi, Maryono, dan Benny Mustapha.
Selain bermusik, Tjok juga pernah bermain dalam film berjudul Krisis pada 1950-an. Pada awal 1970-an, ia kembali muncul di dunia musik dengan rombongan Big Band-nya. Sejak 1964, Tjok mulai menekuni hobi melukis dan sempat mengadakan pameran lukisan abstrak di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Pada tahun 1972, Tjok tampil di Taman Ismail Marzuki dengan format Big Band bersama 25 pemain. Beberapa anggota adalah dari korps musik Angkatan Laut dan Orkes Simfoni Djakarta. Penampilan tersebut dibuka dengan lagu “In The Mood” ciptaan Joe Garland.
Meskipun tidak segesit Glenn Miller, semangat Tjok untuk memajukan musik jazz di Indonesia tetap terlihat. Dalam kesempatan itu, ia memainkan repertoar-repertoar Big Band terkenal seperti “String of Pearl”, “Temptation”, “Mood Indigo”, dan “Bags New Groove”.
Acara ini juga diselenggarakan 18 jam setelah kepergian maestro Sam Saimun, yang seharusnya dijadwalkan turut menemani Tjok menyanyikan “Selendang Sutera” ciptaan Ismail Marzuki dalam pembukaan acara tersebut.
Tjok Sinsoe meninggal pada 9 Juli 1974, namun kontribusinya dalam dunia musik jazz Indonesia tetap dikenang. Dengan dedikasinya, Tjok telah menginspirasi banyak musisi dan pencinta jazz di Indonesia, memperkaya budaya musik tanah air melalui karyanya yang tak terlupakan.
Baca juga: Didi Sahruwijaya: Maestro Kendang Kuningan yang Go Internasional