Koropak.co.id – Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial menerapkan sistem pemukiman berdasarkan etnis, termasuk bagi masyarakat Tionghoa.
Untuk memfasilitasi kepemimpinan dan koordinasi dalam komunitas ini, diangkatlah sosok yang dikenal sebagai Kapitan, yang berfungsi mirip dengan pemimpin lokal. Namun, tidak semua Kapitan mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang sama, terutama jika mereka adalah perempuan.
Salah satu tokoh penting dalam sejarah kepemimpinan Tionghoa di Batavia adalah Nyai Gan Djie, yang menggantikan posisi suaminya, Gan Djie Kok, setelah kematiannya pada tahun 1666.
Gan Djie Kok adalah seorang Kapitan yang berpengaruh dalam komunitas Siqua, dan setelah wafatnya, terjadi kekosongan kepemimpinan.
Meskipun Gubernur Jenderal Joan Maetsuyker menunjukkan kurangnya perhatian terhadap komunitas Tionghoa, Nyai Gan Djie mengambil alih peran tersebut dan menjabat selama 12 tahun.
Namun, kepemimpinan Nyai Gan Djie tidak diterima dengan baik oleh warga Tionghoa. Dalam pandangan masyarakat Tionghoa pada masa itu, perempuan dianggap tidak layak memegang posisi kepemimpinan. Mereka lebih menghargai peran perempuan dalam ranah domestik sebagai pengurus rumah tangga, ibu, dan istri.
Baca: Sultan Agung, Sang Penguasa Mataram dan Peranannya dalam Penyerbuan ke Batavia
Nyai Gan Djie juga menghadapi stigma tambahan sebagai seorang janda dan selir dari Bali, yang semakin menurunkan statusnya di mata komunitasnya.
Walaupun menghadapi berbagai tantangan dan penolakan, Nyai Gan Djie berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin yang efektif. Ia berhasil membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari komunitas Tionghoa di Batavia.
Di bawah kepemimpinannya, urusan seperti kematian, perolehan tempat tinggal, bantuan kesehatan, dan pengurangan pungutan pajak menjadi lebih mudah diakses. Mona Lohanda dalam bukunya The Kapitan Cina Of Batavia 1837 – 1942 mencatat kontribusi Nyai Gan Djie dalam memperbaiki sistem sosial dan ekonomi.
Dalam catatannya, Onghokham juga mengungkapkan bahwa Nyai Gan Djie mampu menjalankan tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, termasuk menguasai perdagangan di Batavia. Kinerja dan pencapaiannya menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki kapasitas untuk memimpin dan membawa perubahan.
Pada tahun 1678, Nyai Gan Djie mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Waarnemend Kapitein Tionghoa, merasa sudah saatnya untuk pensiun. Pengunduran dirinya diterima dengan baik oleh pemerintah kolonial, menandai akhir dari periode kepemimpinan yang penuh tantangan namun sangat berharga.
Kisah Nyai Gan Djie merupakan contoh sejarah yang memperlihatkan peran perempuan dalam kepemimpinan di tengah struktur masyarakat yang patriarkal, dan menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah soal gender, melainkan tentang kemampuan dan dedikasi.
Baca juga: Alfred Rambaldo, Orang Belanda Pertama yang Berhasil Terbang di Langit Batavia