Video

Asal Usul Rusia Mengagumi Indonesia

×

Asal Usul Rusia Mengagumi Indonesia

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – Pada 30 Juni 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkit peran penting yang dimainkan Rusia (dulu Uni Soviet) dalam mendukung Indonesia saat awal kemerdekaan.

Dalam sambutannya di Istana Kremlin kepada Presiden Joko Widodo, Putin menegaskan bahwa Rusia telah membantu Indonesia dalam membangun kenegaraan dan memperkuat posisinya di kancah internasional.

Putin juga mengungkapkan peran Rusia dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, termasuk pengiriman spesialis, insinyur, dan ahli konstruksi. Banyak dari bangunan yang dibangun dengan bantuan Uni Soviet, seperti stadion, rumah sakit, dan institusi lainnya, masih berfungsi hingga saat ini.

Putin menekankan bahwa Indonesia adalah mitra utama Rusia di Asia Pasifik dan Rusia akan terus mendukung Indonesia dalam memperkuat posisi internasionalnya.

Hubungan antara Rusia dan Indonesia, menurut Putin, bersifat konstruktif dan saling menguntungkan, serta didasarkan pada tradisi persahabatan dan bantuan timbal balik yang telah berlangsung lama.

Doktor sastra Indonesia dan Malaysia dari School of Oriental and African Studies, University of London, Vladimir I. Braginsky, menjelaskan bahwa ketertarikan Rusia terhadap Nusantara sudah ada sejak abad ke-11.

Namun, kekaguman tersebut bersifat misterius karena pengetahuan masyarakat Rusia tentang Nusantara hanya berasal dari mitos, yang menggambarkan kepulauan tersebut sebagai taman Eden dengan kekayaan emas dan batu berharga.

Selama masa penjajahan Belanda, Rusia mengirimkan konsul pertama dan terakhirnya di Batavia, M. Bakunin, yang menjabat dari 1894 hingga 1899. Hubungan Rusia dan Indonesia juga melibatkan tokoh-tokoh seperti Tan Malaka dan Munawar Musso, yang pernah tinggal di Moskow.

 

Baca: 17 Agustus 1960, Indonesia Putus Hubungan Diplomatik dengan Belanda

 

Dukungan ideologis Uni Soviet terhadap Indonesia muncul kembali saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, di mana Uni Soviet menjadi salah satu negara yang aktif mendukung kemerdekaan Indonesia.

Andrew Gromyko, pada sidang PBB antara 1945 hingga 1947, secara aktif mengecam Belanda yang masih melakukan penjajahan di Indonesia.

Uni Soviet juga mendukung kemerdekaan Indonesia dalam berbagai forum internasional, termasuk Konferensi Asia di Delhi pada 1949 dan pertemuan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) pada 1947-1948.

Pada 1948, Uni Soviet mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto, disusul dengan pengakuan de jure dan pembukaan hubungan diplomatik pada 1950.

Uni Soviet menunjukkan penghormatan yang besar terhadap Bung Karno. Saat kunjungan Sukarno ke Leningrad, ia terkejut melihat sebuah bangunan yang dulunya masjid namun dijadikan gudang.

Setelah Sukarno mengajukan permintaan, bangunan tersebut dikembalikan sebagai tempat ibadah dalam waktu hanya 10 hari, dan kini dikenal sebagai Central Mosque.

Selama hubungan harmonis tersebut, Uni Soviet memberikan bantuan signifikan, termasuk 600 juta dolar AS dalam bentuk kapal penjelajah, destroyer, kapal selam, tank amfibi, dan pesawat tempur MIG. Bantuan ini menjadikan angkatan laut Indonesia sebagai yang terkuat kedua setelah Tiongkok.

Namun, setelah peristiwa Gerakan 30 September, hubungan Indonesia-Uni Soviet mengalami penurunan. Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, yang berseberangan dengan orientasi pemerintahan Sukarno sebelumnya, mengakhiri kerjasama dengan Uni Soviet.

 

Baca juga: Sejarah di Balik Lagu Kebangsaan Indonesia dan Para Penciptanya

 

error: Content is protected !!