Koropak.co.id – Pamekasan, kota dan kecamatan yang terletak di Pulau Madura, Jawa Timur, merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi Kabupaten Pamekasan. Dengan luas sekitar 27,35 kmĀ² dan populasi sekitar 90.212 orang pada tahun 2021, Pamekasan memainkan peran penting dalam wilayah tersebut.
Dikenal pada masa lalu sebagai “Pamellengan” atau “Pamelingan,” kota ini dipimpin oleh Ki Wonorono, keturunan Raja Majapahit Wikramawardhana. Setelah runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1478, Pamelingan memerdekakan diri.
Kepemimpinan diteruskan oleh putrinya, Nyi Banu, kemudian Pangeran Bonorogo, dan terakhir oleh Raden Aryo Seno, yang dikenal sebagai Pangeran Ronggo Sukowati.
Pangeran Ronggo Sukowati menjadi raja Islam pertama di Pamekasan pada 3 November 1530, yang kini diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Pamekasan.
Di bawah kepemimpinannya, struktur kota seperti masjid, asrama militer, penjara, pasar, dan jalan-jalan strategis mulai dibangun. Pamekasan memiliki letak strategis di tengah Pulau Madura, memudahkan konektivitas dengan Sumenep dan Sampang.
Kota ini menyimpan jejak sejarah kolonial Belanda, dengan bangunan keresidenan yang dulunya berfungsi sebagai perwakilan Gubernur Jawa Timur dan kini menjadi Badan Koordinasi Daerah (Bakorowil). Selain itu, Pamekasan pernah menjadi markas kepolisian wilayah yang mengkoordinir keamanan di empat kabupaten di Madura.
Baca: Jembatan Suramadu: Simbol Konektivitas Jawa-Madura
Kota ini memiliki berbagai monumen dan tempat wisata unik, seperti Monumen Arek Lancor, Pasar Batik 17 Agustus, Api Tak Kunjung Padam, Makam Raja Ronggosukowati, dan tradisi Karapan Sapi.
Batik Pamekasan terkenal dengan warna mencolok seperti merah, sementara keris dianggap sakral dan sering diwariskan sebagai simbol kekuatan dan nenek moyang. Karapan Sapi, balapan sapi tahunan, merupakan tradisi khas Madura yang menarik perhatian banyak pengunjung.
Pamekasan juga memiliki peran penting dalam sejarah nasional Indonesia melalui Mohammad Tabrani, seorang jurnalis dan tokoh Jong Java yang mengusulkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada Kongres Pemuda I di Batavia pada tahun 1926.
Pamekasan dengan 13 kecamatan, jumlah terkecil di Pulau Madura, mempermudah administrasi dan memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Madura.
Dengan sejarah yang kaya dan keunikan budaya yang mendalam, Pamekasan tetap menjadi kota yang menarik untuk dikunjungi dan dipelajari, menegaskan posisinya sebagai pusat administratif dan budaya penting di Pulau Madura.
Baca juga: Tragedi Konflik Sampit: Ketegangan antar Suku Dayak dan Madura