Koropak.co.id – Di tengah hiruk-pikuk modernitas, permainan tradisional Betawi, tumbuk batu, tetap menyimpan keunikan dan kekayaan budaya yang patut dikenang. Permainan ini, yang sering dimainkan oleh anak-anak Betawi, tidak hanya menghibur tetapi juga mengajarkan berbagai nilai penting.
Dikutip dari buku Permainan Populer Tradisional Betawi, tumbuk batu adalah permainan berkelompok yang mengharuskan para pemain bekerja sama dalam sebuah proses yang mirip dengan menumbuk padi di lesung.
Konsep ini terinspirasi dari kegiatan tradisional masyarakat Betawi yang mengolah padi sebagai bahan makanan pokok. Biasanya, permainan ini dimainkan oleh anak perempuan, meskipun anak laki-laki kadang-kadang juga ikut serta.
Tempat yang digunakan untuk bermain tidak memerlukan luas, bisa berupa teras rumah, ruangan kelas, atau area serupa lainnya. Nilai-nilai positif yang terkandung dalam permainan ini cukup signifikan. Salah satunya adalah mengasah kejujuran.
Tanpa sikap jujur, permainan ini tidak akan berjalan dengan adil. Jika salah satu pemain curang, bisa menyebabkan keributan di antara para pemain. Selain itu, tumbuk batu juga melatih konsentrasi dan ketelitian, karena pemain harus menebak dengan benar di mana batu kerikil tersembunyi.
Menariknya, tumbuk batu tidak hanya dikenal di Betawi. Permainan serupa juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain, meski dengan nama dan sedikit variasi yang berbeda.
Baca: Lenong Denes: Seni Pertunjukan Resmi Khas Masyarakat Betawi
Di Jawa Tengah, contohnya, ada permainan yang mirip bernama cublak-cublak suweng. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada lagu yang dinyanyikan selama permainan.
Untuk memainkan tumbuk batu, diperlukan minimal tiga hingga lima orang. Peralatan yang dibutuhkan sangat sederhana, hanya satu buah batu kerikil. Proses permainan dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang akan bertugas sebagai penjaga.
Penjaga akan berbaring telungkup, sementara pemain lainnya duduk melingkar dan meletakkan tangan mereka di atas punggung penjaga. Satu pemain akan mengitari batu kerikil di tangan para pemain lainnya sambil menyanyikan lagu khas tumbuk batu. Lagu ini adalah:
“Tumbuk-tumbuk uang.
Uangnya ami arum.
Rum Selilitum.
Sembayang tepekang.
Buka satu dari bawah.”
Saat lagu berakhir, semua pemain mengepalkan tangan mereka. Penjaga kemudian harus menebak di mana batu kerikil berada. Jika tebakan benar, pemain yang memegang batu akan menggantikan posisi penjaga pada putaran berikutnya. Jika salah, permainan diulang dari awal dengan penjaga kembali telungkup.
Tumbuk batu, dengan segala kesederhanaan dan keunikannya, tidak hanya menghubungkan generasi muda dengan warisan budaya Betawi, tetapi juga membangun semangat kebersamaan dan kejujuran di antara para pemainnya.
Baca juga: Soto Tangkar, Hidangan Legendaris Betawi yang Terlahir dari Kesulitan