Koropak.co.id – Hidup segan matipun tak mau. Di satu sisi tak ingin kehilangan dedikasi dan semangat pasukan penjelajah lapangan hijau, menggiring bola sepak nan bulat. Di sisi lain, tak mudah dan sudah barang tentu tidak murah bagi pengelola Persatuan Sepak Bola Tasikmalaya (Persitas) Kabupaten untuk melejitkan prestasi.
Yang ada hari ini, Persitas lebih kepada bagaimana mempertahankan partisipasi agar tak kena sanksi Asosiasi PSSI, dan degradasi yang mengancam klub ini runtuh lalu mati ditinggal pergi seluruh penghuni.
Pengurus Persitas, Arif Rachman, SE, MM menegaskan Persitas saat ini belum tepat berbicara prestasi di saat Pemkab Tasikmalaya sebagai pemilik, sejauh ini tidak pernah mempunyai mimpi dan keberpihakan lebih untuk Persitas. Keterlibatan dalam setiap liga kompetisi dengan segala keterbatasan yang dimiliki selama ini, dianggap hanya sebatas untuk mempertahankan eksistensi.
“Hanya sekedar mampu mempertahankan keberadaan Persitas di Kabupaten Tasikmalaya, sudah lebih dari sekedar lumayan. Sekalipun pada kenyataannya Persitas dengan segala keterbatasannya telah mampu menorehkan sejumlah prestasi cukup menggembirakan,” kata Arif kepada Koropak.co.id, Senin (30/4/2018).
Jika melirik kekuatan klub-klub sepak bola di daerah tetangga seperti Ciamis (PSGC) hari ini, maka cukup prihatin dengan apa yang dialami Persitas.
“Mereka di luar sana sudah bebicara prestasi, sedangkan kita masih berjibaku dengan bagaimana agar kita memiliki lapangan sepak bola yang layak, memiliki pemain yang baik dan pelatih yang handal, termasuk kemampuan untuk menggaji mereka,” ucap Arif.
Dikatakan Arif, anggaran rutin yang tidak lebih dari sekitar Rp 700 juta untuk Persitas, hanya cukup untuk sekedar mempertahankan agar klub ini tidak dinilai diam alias tidak “move on” dan menghindari degradasi.
“Kita sudah lama mendambakan lapangan sepak bola yang berada di Kaliki Mangunreja untuk segera dituntaskan. Ratusan milyar rupiah yang telah digelontorkan pemerintah provinsi tak jelas kelanjutannya. Bahkan ujung-ujungnya muncul dugaan bahwa Rp 60 milyar untuk proyek tersebut, habis diserap proyek hotmix menjelang pilkada Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 lalu,” ujar Arif.
Jika Pemkab Tasikmalaya serius dan memiliki keinginan untuk menyelesaikan lapangan sepak bola yang konon berstandar FIFA itu, sebenarnya sederhana, tinggal menyisihkan anggaran setiap tahunnya dan fokus,” tuturnya.*
Penulis : Farhan