Koropak.co.id – Penampilannya yang bersahaja, mudah akrab, murah senyum, dan yang penting cepat tanggap bila ada masyarakat yang terkena musibah atau kematian. Dia senantiasa menjenguk masyarakat yang tengah sakit walaupun setiap hari kegiatannya sangat banyak.
Dia adalah Ajengan Ending Solahudin Ali. Semasa kecil, buyut Ajengan Ending, yakni Eyang Jaelani yang sudah yatim piatu, diasuh Wangsa Muhamad, nama asli Pangeran Papak. Setelah dewasa, Eyang Jaelani memperdalam ilmu agamanya ke Pesantren Tebuireng, Gontor.
Dalam perjalanan pulangnya, ia singgah di Kawali sampai akhirnya menikah dengan wanita dari Dusun Pogor Kawali, dan menetap hingga meninggal di sana, dan dimakamkan di Nanggerang, Desa Banjarwaru Kawali. Keajenganan Eyang Jaelani, jatuh pada Ajengan Ending Solahudin Ali, turunan keempat.
Walaupun lahir di Kawali dan besar di Kawali, kekerabatan dengan saudara-saudaranya yang di Garut masih terjalin dengan menggelar pertemuan keluarga besar dari Garut dan Kawali setiap 1 tahun sekali.
Di usianya yang menua, Ajengan Ending tidak pernah terlewatkan melaksanakan solat wajib dan solat sunat lainnya. Bahkan, usai sholat subuh, Ajengan Ending senantiasa mengisi ceramah subuh untuk masyarakat sekitar, di masjid yang jaraknya hanya 10 meter dari rumahnya.
Beranjak siang, Ajengan Ending memberikan ceramah di berbagai masjid di Kawali. Tidak jarang, Ajengan Ending sering diundang untuk bertausyiyah di berbagai wilayah di Kabupaten Ciamis.*