Actadiurna

Kerajinan Tangan Rajapolah Mulai Redup

×

Kerajinan Tangan Rajapolah Mulai Redup

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – Tasikmalaya adalah sebuah Kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat, terkenal dengan sebutan sang Mutiara dari Priangan Timur. Selain Kota Santri, sebutan Kota Kerajinan pun disematkan kepada Tasikmalaya karena di Kota ini terdapat aneka ragam kerajinan tangan yang dihasilkan oleh masyarakatnya.

Kerajinan tangan mulai Batik Tasikmalaya, Bordir Tasikmalaya, Kelom Geulis Tasikmalaya, Mendong dan juga kerajinan anyaman bambu Tasikmalaya adalah sebagian kecil dari beragamnya kerajinan khas Tasikmalaya yang terkenal di mata para wisatawan.

Baca pula : Tasikmalaya Pusat Kerajinan

Rajapolah, salah satu nama kecamatan yang berada tepat di utara Tasikmalaya, dimulai pada tahun 1989 dikenal sebagai daerah penghasil berbagai macam kerajinan anyaman. Biasanya kerajinan yang ada di daerah ini dijadikan sebagai cenderamata bagi para wisatawan yang singgah di Tasikmalaya.

Kerajinan Tangan Rajapolah Mulai Redup

Namun, perkembangan zaman sedikit demi sedikit merubah keberadaan para pengrajin kerajinan tangan ini. Isu akan dibangunnya jalan Tol Cigatas (Cileunyi, Garut, Tasikmalaya) yang dimulai dari Cileunyi hingga Cilacap menjadi keluhan para pengrajin akan merosotnya penjualan kerajinan tangan.

Salah seorang pengusaha kecil kerajinan tangan, H Wawan mengatakan penjualan setiap harinya tidak tetap. Kadang ramai kadang juga sepi, akan tetapi setiap harinya ada saja. Namun, jika dihitung dalam kurun waktu setiap tahunnya angka penjualan semakin menurun.

“Penjualan kerajinan sebenarnya hanya mengandalkan para pengendara yang hendak beristirahat, walaupun awalnya tidak ada niat untuk membeli akan tetapi ketika berada di kawasan kerajinan mungkin akan ada sedikit rasa minimal untuk melihat-lihat saja,” ujarnya.

Perubahan pun mulai terasa semenjak diberlakukannya jalan layang Rajapolah yang menyambungkan langsung antara Tasikmalaya dengan Ciamis. Dampak yang cukup hebat membuat perubahan yang sangat besar bagi para penjual kerajinan.

Pria yang membuka usaha kerajinan sejak tahun 1993 ini memanfaatkan momen lebaran saat terjadi kemacetan, apalagi saat pihak kepolisian melakukan sistem satu arah, menjadi kesempatan beliau untuk menambah angka penjualan.

“Kami berharap, pemerintah dapat memberikan akses sekaligus ikut mempromosikan hasil karya masyarakat khususnya kerajinan tangan di Rajapolah yang sudah menjadi kebudayaan yang diwarisi secara turun temurun,” ucapnya.*

 

error: Content is protected !!