KOROPAK.CO.ID – Ada sebuah pertanyaan besar ketika melihat Prabowo berjalan. Kakinya yang tampak sering terseret membuat banyak orang bertanya-tanya. Spekulasi pun bermunculan, terutama yang mengaitkan kondisi tersebut dengan masalah kesehatan serius.
Sayangnya, tidak sedikit pembenci yang dengan kejam mengejeknya, menyebut Prabowo sebagai “manusia pincang dari Gowa.” Namun, di balik langkah tertatih itu, tersimpan kisah penuh pengorbanan yang mungkin akan membuat mereka menyesal jika mengetahuinya.
Prabowo Subianto telah bercita-cita menjadi tentara sejak kecil, terinspirasi oleh pamannya, Subianto Djojohadikusumo, yang gugur sebagai pahlawan dalam pertempuran Lengkong. Cita-cita itu membawa Prabowo ke Akademi Militer, di mana ia lulus pada tahun 1974.
Kariernya di militer penuh dengan aksi heroik. Salah satu momen paling legendaris adalah saat ia menyelamatkan atasannya, Sahrir MS, dari bidikan sniper Fretelin dalam Operasi Seroja di Timor Timur.
Fadli Zon, seorang sahabat dekat Prabowo, pernah menjelaskan bahwa saat itu Prabowo dengan berani mendekati komandan kompinya yang terluka tanpa membawa senjata, meski berada dalam bahaya besar.
Anehnya, sniper yang ditugaskan untuk menembak malah merasa kasihan dan tidak melepaskan tembakan. Keberanian Prabowo pada hari itu menyelamatkan nyawa Sahrir meninggalkan kisah yang mendalam.
Selain itu, dalam karier militernya, Prabowo juga pernah jatuh dari tebing yang tinggi saat membawa beban berat, nyaris kehilangan nyawanya. Meski tertahan oleh pepohonan, cedera pada kakinya tetap parah. Selama bertahun-tahun, ia beberapa kali mendekati maut di medan perang.
Bahkan dalam latihan, Prabowo tak luput dari kecelakaan. Saat berlatih di Jerman Barat bersama Luhut Pandjaitan, Prabowo mengalami patah kaki dalam latihan terjun payung. Meski harus menjalani operasi besar, Prabowo menganggap semua kecelakaan ini sebagai hal biasa bagi seorang prajurit.
Meski ia tidak pernah mempermasalahkan cedera yang dialaminya, kini di usia senja, dampak dari semua luka masa lalu mulai terasa.
Kakinya yang terluka parah saat di medan tempur maupun latihan membuatnya berjalan pincang. Namun bagi Prabowo, semua itu dianggap sebagai bagian dari pengabdian sebagai seorang prajurit.
Dalam gaya khasnya, Prabowo selalu menegaskan bahwa cedera tersebut adalah konsekuensi wajar dari profesi militernya. ia tetap semangat, meski tertatih. Sejarah penuh pengorbanan di balik jejak Prabowo mengingatkan bahwa di balik setiap kelemahan fisik, ada keberanian yang tak terlihat.