Muasal

Gamelan Sari Oneng dan Momen Bersejarah di Paris

×

Gamelan Sari Oneng dan Momen Bersejarah di Paris

Sebarkan artikel ini
Gamelan Sari Oneng dan Momen Bersejarah di Paris
Doc. Foto: Jabar Ekspres

KOROPAK.CO.ID – Pada tahun 1889, Gamelan Sari Oneng, sebuah kelompok seni yang berasal dari perkebunan teh Parakansalak, ikut berpartisipasi dalam peresmian Menara Eiffel di Paris, Perancis.

Acara tersebut bertepatan dengan peringatan 100 tahun Revolusi Prancis, menjadikannya sebuah peristiwa monumental dalam sejarah.

Sebanyak 75 anggota Gamelan dan penari Sari Oneng diterbangkan dari Perkebunan Parakansalak dan Sinagar di Sukabumi. Kehadiran mereka di Paris bukan hanya untuk merayakan peresmian menara ikonik itu, tetapi juga untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia di tanah kolonialnya.

Festival dunia yang berlangsung selama enam bulan menyaksikan penampilan harian dari Gamelan Sari Oneng. Namun, di balik kemeriahan tersebut, terdapat kabar duka yang menghantui: seorang penari bernama Aneh meninggal dunia setelah diduga menderita aneurisma otak yang tidak terdeteksi sebelum keberangkatan.

“Metode pemeriksaan medis pada masa itu masih sangat terbatas,” jelas Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah sebagaimana dilansir dari laman GNFI.

Baca: Misteri Suara Gamelan dan Kisah Mistis di Jogja

Aneh tampil dengan baik selama dua bulan, namun tiba-tiba terjatuh dan mengalami ruptured aneurysm. Dia dilarikan ke rumah sakit tetapi nyawanya tidak tertolong, dan pemakamannya di Paris terjadi pada 4 Juli 1889.

Kematian Aneh mengungkapkan kondisi kerja yang keras di pameran tersebut. Meski pentas di Eropa, kondisi ekonomi mereka sangat memprihatinkan, dan kelompok seni ini sempat mogok kerja karena persoalan upah.

Setelah negosiasi, upah mereka ditingkatkan, namun mereka tetap diperlakukan sebagai komoditas oleh pemerintah Hindia Belanda.

Media Prancis seperti Le Figaro melaporkan kematian Aneh, yang menjadi sorotan karena ia mungkin adalah satu-satunya pekerja dan pemusik Indonesia yang diberitakan oleh koran Prancis.

Peristiwa ini tidak hanya menyoroti perjalanan budaya Indonesia, tetapi juga realitas pahit dari kolonialisme yang masih membayangi.

error: Content is protected !!