Video

Masjid Menara Kudus Bikin Gentar Pejabat Indonesia

×

Masjid Menara Kudus Bikin Gentar Pejabat Indonesia

Sebarkan artikel ini

KOROPAK.CO.ID – Sejumlah pejabat Indonesia dikabarkan takut berkunjung ke Masjid Menara Kudus maupun makam Sunan Kudus yang terletak di sebelah barat masjid. Bahkan, Presiden Joko Widodo pernah diberitakan membatalkan kunjungannya ke masjid ini.

Menurut cerita rakyat, pejabat yang berani berziarah ke tempat tersebut akan kehilangan jabatannya. Presiden Soekarno dan Gus Dur sering disebut sebagai contoh nyata dari mitos ini.

Masjid Menara Kudus sendiri adalah bukti kecerdasan dakwah Sunan Kudus. Ia memadukan berbagai puncak kebudayaan saat itu, dengan membangun menara masjid yang menyerupai candi Hindu dan menambahkan hiasan keramik Tiongkok.

Pesan dari Sunan Kudus sangat jelas: Islam hadir bukan untuk menghancurkan peradaban setempat, tetapi untuk merangkulnya. Salah satu wujud dari kearifan lokal ini terlihat ketika Sunan Kudus melarang warga setempat mengonsumsi daging sapi untuk menghormati umat Hindu yang banyak tinggal di Kudus kala itu.

Di balik kemegahan Masjid Menara Kudus, tersembunyi sebuah cerita yang menarik. Hanya sedikit pejabat, politisi, atau orang yang merasa memiliki kekuatan khusus yang berani singgah atau berziarah ke makam Sunan Kudus.

Mitos yang berkembang mengatakan bahwa pejabat yang berani berkunjung ke tempat ini akan kehilangan jabatannya. Presiden Soekarno dan Gus Dur pernah berziarah ke sini, dan keduanya kemudian lengser.

Hal ini sering dianggap sekadar mitos, namun uniknya, pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo dikabarkan juga membatalkan kunjungannya ke Kudus.

Jejak digital tentang peristiwa tersebut masih tersebar di internet, dan masyarakat mengaitkannya dengan cerita rakyat yang menyebutkan bahwa Sunan Kudus memasang rajah “Kolo Cokro” di gerbang masjid.

Baca: Jejak Arsitektur Bung Karno di Masjid Jamik Bengkulu

Konon, rajah tersebut mampu melemahkan kekuatan seseorang, bahkan dipercaya bahwa seorang penguasa akan segera kehilangan kekuasaannya setelah melewati gerbang itu. Menurut cerita yang beredar, Sunan Kudus memasang rajah Kolo Cokro di pintu gerbang masjid bukan tanpa alasan.

Selain untuk meredakan konflik di antara pewaris Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga ingin menjaga pesantrennya dari pengaruh politik. Pada saat itu, Kesultanan Demak sedang dilanda intrik perebutan kekuasaan antara Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

Dalam situasi politik yang memanas, kedua belah pihak datang kepada Sunan Kudus untuk meminta restu dan nasihat. Sunan Kudus memilih untuk menetralkan semua pihak dengan meminta mereka meninggalkan posisi politik dan kekuasaan sebelum mencari solusi konflik.

Rajah Kolo Cokro pun dipasang untuk meniadakan semua kekuatan, kedigdayaan, dan kekuasaan dari kedua pihak yang berseteru. Rajah itu dipasang di pintu masuk pesantren, sehingga siapa pun yang masuk melalui gerbang tersebut akan terkena efek dari rajah yang dipasang Sunan Kudus.

Joko Tingkir dengan kecerdikannya masuk melalui pintu lain, sedangkan Arya Penangsang karena lalai melewati gerbang tersebut. Sejarah mencatat bahwa Arya Penangsang tak hanya kehilangan kekuasaan, tetapi juga tewas dengan tragis.

Abdul Jalil, seorang pengurus komunitas Menara Kudus, menyatakan bahwa mitos ini bukan sekadar cerita, karena terdapat bukti dan peristiwa yang mendukung kisah rajah tersebut.

Hingga saat ini, mitos ini terus berkembang dan dipercaya oleh masyarakat, sehingga banyak pejabat dan politisi enggan mengambil risiko untuk berkunjung ke Masjid Menara Kudus.

Namun, pada tahun 2017, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berani berkunjung ke masjid dan makam Sunan Kudus. Apakah ia tidak mempercayai mitos tersebut? Ternyata, menurut berita, Ganjar mungkin menggunakan kecerdikan seperti Joko Tingkir, dengan masuk ke masjid melalui pintu yang lain.

error: Content is protected !!